BerandaHits
Selasa, 17 Jun 2024 09:08

Tawuran Remaja di Semarang, Pakar: Pengaruh Tongkrongan

Tawuran remaja di Semarang akhir-akhir ini telah memakan seorang korban jiwa. (Awali)

Di Semarang dan beberapa wilayah lain masih sering terjadi tawuran antarremaja. Mereka saling bentrok sambil mengacungkan senjata tajam. Pengaruh tongkrongan dan keinginan untuk eksis menjadi salah satu penyebabnya.

Inibaru.id - Akhir-akhir ini warga Semarang dibuat resah karena di beberapa kawasan Kota Atlas sering terjadi tawuran antarremaja. Tawuran biasanya terjadi dini hari dengan menggunakan senjata tajam yang mematikan.

Setelah di Semarang Barat beberapa hari lalu, aksi tawuran kembali terjadi di wilayah Kecamatan Candisari, Minggu (16/6/2024). Nggak sekadar kenakalan remaja biasa, tawuran bahkan menyebabkan nyawa melayang, seperti halnya yang terjadi di Jalan Anjasmoro, Kelurahan Tawang Mas, Semarang Barat, pada Sabtu (15/5) sekitar pukul 03.00 WIB.

Korban meninggal diketahui bernama Rafly Tangkas Pratama, warga Jalan Hanoman, Krapyak, Semarang Barat. Korban bersimbah darah mengalami luka ditubuhnya, diantaranya kaki dan perut.

"Kami mendapat laporan, korban meninggal sudah berada di rumah sakit dr Kariadi. Ada luka di bawah perut," terang Kapolsek Semarang Barat, Kompol Andre Bachtiar.

Alasan Tawuran Relatif Sama

Ilustrasi: Senjata tajam selalu menyertai aksi tawuran remaja. (VOI)

Jika kita amati, meski berbahaya, tawuran remaja merupakan fenomena yang sering terjadi di banyak wilayah, nggak hanya Semarang. Yang menjadi pemantik bentrokan terkadang merupakan sesuatu yang sepele.

Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI) Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengemukakan bahwa tawuran remaja semakin menjadi fenomena rutin dengan alasan relatif sama sejak dulu hingga sekarang.

"Semakin menjadi fenomena rutin dengan keparahan yang semakin mengerikan," katanya melalui wawancara tertulis, dikutip dari Antara (18/2/2024).

Menurut Vera, ada dua faktor yang menjadi alasan para remaja melakukan tawuran, yakni internal dan eksternal.

Faktor internal, yaitu fungsi otak yang belum optimal dari remaja membuat mereka kurang dapat memikirkan konsekuensi jangka panjang. Mereka juga masih didominasi emosi dalam berperilaku atau mengambil keputusan.

"Remaja ingin merasa menjadi bagian dari satu kelompok dan jika merasa diterima oleh kelompok tersebut maka remaja akan cenderung mengikuti nilai (value) dari kelompok tersebut termasuk jika nilainya mengandung kekerasan," kata dia.

Sementara dari faktor eksternal, Vera berpendapat adanya tradisi tawuran di sekolah dan lingkungan. Sekolah dekat dengan lingkungan yang berisiko kekerasan seperti pasar, terminal, tongkrongan geng, menjadi alasan para remaja melakukan tawuran.

Alasan eksternal lainnya termasuk nggak ada pengamanan atau pencegahan di lingkungan dan nggak ada wadah yang dapat menyalurkan energi mereka.

Sementara itu, Psikolog dari Profil Talenta Indonesia, Yasinta Indrianti mengungkapkan tawuran antarremaja didukung karakteristik remaja yang sedang masa pencarian jati diri. Rasa ingin berkompetisi menunjukkan eksistensi tetapi terkadang nggak bisa menyalurkannya dengan tepat.

"Cara menyikapinya dengan mengajarkan remaja untuk menghindari tawuran yang melibatkan pendekatan holistik, mencakup pengembangan keterampilan sosial, pengelolaan emosi, dan membangun kesadaran," ungkapnya.

Ya, setiap remaja pasti melewati fase pencarian jati diri. Namun, bukan berarti setiap remaja harus terlibat tawuran. Semoga pihak berwenang segera bisa melakukan langkah pencegahan sehingga tawuran remaja nggak terjadi lagi! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024