Inibaru.id – Meski diberkahi dengan alam yang subur dan sumber daya alam yang melimpah, orang Indonesia juga harus selalu bersiap menghadapi datangnya bencana alam. Nah, untuk mencegah terjadinya bencana, ada sejumlah cara yang dilakukan, termasuk di antaranya adalah dengan menggelar tradisi tertentu.
Hal inilah yang dilakukan di Lingkungan Nglurah, Kelurahan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Di sana, warga rutin menggelar tradisi dukutan demi mencegah bencana.
Kali terakhir tradisi ini digelar adalah pada Selasa (5/12/2023) lalu, tepatnya pada Selasa Kliwon Wuku Dukut dalam Penanggalan Jawa. Pada hari itulah, warga setempat menggelar tradisi Dukutan di Situs Candi Menggung.
Sejak pukul 06.00 WIB, warga sudah mendatangi situs tersebut dengan membawa aneka sesaji serta hasil bumi. Malam sebelumnya, warga juga menggelar acara tirakatan, Millens.
“Tujuan dari tradisi ini adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar Lingkungan Nglurah tetap aman dan jauh dari bencana, selalu diberkati keberkahan, dimudahkan rezekinya, dihindarkan dari malapetaka, dan keinginan para warga bisa terlaksana,” ungkap koordinator Lingkungan Nglurah yang juga ikut serta dalam tradisi ini Ismanto Hartono sebagaimana dilansir dari Radarsolo, Rabu (6/12/2023).
Sejarah Tradisi Dukutan
Tradisi dukutan ternyata lebih dari sekadar cara warga untuk meminta bantuan dan pertolongan Tuhan. Tradisi ini ternyata muncul berkat adanya sejarah yang terkait dengan keberadaan dua arca yang ada di Situs Candi Menggung. Arca tersebut dikenal dengan nama Nyai Roso Putih serta Kyai Menggung.
Ceritanya, pada zaman dahulu, warga Nglurah Lor serta Nglurah Kidul nggak bisa hidup rukun dan terus berseteru. Nah, kedua tokoh tersebut kemudian meminta masyarakat dari kedua wilayah untuk melupakan permusuhan dan saling membantu.
Salah satu cara untuk mewujudkan kedamaian dari kedua kelompok masyarakat tersebut adalah dengan menggelar tawur agung. Prosesi ini memang dianggap cocok untuk melenyapkan berbagai hal yang bersifat duniawi, termasuk emosi dan rasa ingin bermusuhan.
Nah, prosesi tawur agung ini masih digelar hingga sekarang. Diharapkan, kerukunan warga dalam menjalankan tradisi ini mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa dan wilayah tersebut pun bebas dari berbagai bencana.
“Dengan melakukannya, kami menghadap Yang Agung dengan jiwa yang bersih dan suci, meninggalkan keduniawian, hanya fokus memohon kepada-Nya,” lanjut Ismanto.
Hm, menarik banget ya. Ternyata di Indonesia ada tradisi Dukutan yang digelar demi mencegah datangnya bencana. Semoga saja tradisi ini tetap lestari hingga puluhan atau ratusan tahun di masa depan, ya, Millens? (Arie Widodo/E05)