BerandaHits
Kamis, 3 Sep 2025 13:25

Sinyal Bahaya saat Berunjuk Rasa; Kapan Waktu yang Tepat untuk Mundur?

Benturan yang rentan terjadi saat berunjuk rasa membuat kita perlu mengetahui kapan sinyal bahaya muncul dan kapan waktu yang tepat untuk mundur. (VOI/Bambang E Ros)

Saat turun ke jalan, lautan massa rentan berbenturan dengan aparat keamanan. Maka, memutuskan untuk balik badan karena menemukan sinyal bahaya saat berunjuk rasa bukanlah sebuah kesalahan. Pertanyaannya, kapan waktu yang tepat untuk mundur?

Inibaru.id - Anita sempat cemas menyaksikan tayangan live demo di depan Gedung DPRD Jawa Tengah yang berakhir ricuh pada 28 Agustus 2025 lalu. Pasalnya, anak sulungnya adalah salah seorang peserta aksi ini. Makin malam, dia mengaku semakin cemas.

"Aku nggak bisa tidur, apalagi setelah ada kabar bahwa konflik pecah. Sebagai mantan aktivis semasa kuliah, aku tahu ini arahnya ke mana," tutur ibu dua anak itu, Selasa (2/9/205). "Alhamdulillah. Anakku baik-baik saja sampai rumah."

Kecemasan Anita tentu saja beralasan. Meski demonstrasi atau aksi turun ke jalan merupakan hak konstitusi yang dilindungi undang-undang, dalam praktiknya penyampaian aspirasi di lapangan nggak jarang memunculkan konflik. Yang paling sering adalah benturan antara peserta aksi dengan aparat kepolisian.

Bentrokan yang terjadi bisa disebabkan oleh banyak hal, mulai dari suasana yang kian memanas, tuntutan yang nggak diakomodasi, kehadiran penyusup yang memprovokasi, hingga penanganan massa yang berlebihan, misalnya dengan menyemprotkan gas air mata dan kekerasan lainnya.

Menjaga Diri di Tengah Aksi

Para aktivis di Indonesia cukup kenyang dengan konflik dengan pihak kepolisian saat melancarkan protes, mulai dari saga Omnibus Law, kenaikan harga BBM, aksi tahunan May Day, hingga unjuk rasa di depan Gedung DPR yang hingga kini belum menemukan titik terang.

Benturan yang rentan terjadi ini menandakan betapa pentingnya menjaga keselamatan diri ketika turun ke jalan. Saat turun ke jalan, ada sejumlah faktor penting yang perlu dipikirkan. Persiapan matang dan sikap bijak adalah dua hal penting untuk menjaga diri tetap aman di tengah aksi.

Faiz, salah seorang peserta aksi dari Kota Semarang mengatakan, unjuk rasa yang baik adalah yang terorganisasi dengan baik, Maksudnya, ada pembagian yang jelas dalam satu kelompok aksi. Ada koordinator, humas, urusan logistik, medis, dan lain-lain.

"Sejak awal, isu biasanya sudah digodok terlebih dulu agar pas di lapangan kami nggak 'kosong'. Kami juga belajar gimana mitigasi kalau terjadi benturan di lapangan. Kalau situasi sudah nggak kondusif ya mundur. Mundur selangkah untuk maju lagi nanti," tuturnya Rabu (3/9).

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mundur?

Memahami kapan waktu yang tepat untuk mundur bukanlah perkara mudah saat berada di lapangan. Faiz mengatakan, kondisi yang memanas dan orang-orang yang begitu banyak acap membuat situasi jauh lebih sulit. Apa yang sebelumnya direncanakan juga acap buyar pas konflik pecah.

"Ya pernah juga kena gas air mata atau dikejar polisi sampai ngumpet-ngumpet untuk nyelamatin diri. Alhamdulillah masih selamat," tutur pemuda 20 tahun yang enggan menyebutkan almamater dan nama lengkapnya ini.

Perlu kamu tahu, nggak ada yang bisa memastikan kapan waktu yang tepat untuk mundur karena skenario yang terjadi bisa sangat kompleks di lapangan. Namun, kamu bisa memercayai intuisi dan logika berpikirmu sendiri.

Perilaku pengunjuk rasa bisa bermacam-macam, tapi kamu akan tahu saat ada yang membuatmu nggak nyaman atau aksinya sudah melenceng hingga berharap ada yang menghentikannya. Nah, saat itulah kamu sebaiknya mundur.

Yang Harus Diantisipasi

Memercayai intuisi dan berpikir logis menjadi dua hal penting untuk menyelamatkan kita dari bahaya saat berunjuk rasa. (Getty Images/Nur Photo/Claudio Pramana via Bloomberg)

Berpikir logis dan selalu memercayai intuisi tubuh kita akan menyelamatkan kita saat berunjuk rasa. Namun, yang namanya rencana, selalu saja ada yang meleset. Untuk mengantisipasinya, berikut adalah beberapa hal yang perlu kamu persiapkan, dikutip dari Wired (22/6/2022):

Sebelum Turun ke Jalan

1. Pahami isu dan aturan

Sebagaimana dikatakan Faiz, hal terpenting sebelum peserta aksi turun ke jalan adalah memahami isu. Jangan datang tanpa tahu apa yang diperjuangkan. Lakukan riset singkat seperti apa tuntutannya, siapa yang menggagas, dan apa konteks kebijakan yang diprotes.

Selain itu, pahamilah apa yang menjadi hakmu sebagai warga negara hingga pasal-pasal yang mengaturnya, termasuk apa yang sebaiknya masyarakat sipil lakukan saat ditangkap polisi atau dituduh sebagai provokator.

2. Bawa perlengkapan esensial

Berikut adalah beberapa perlengkapan pribadi yang sebaiknya kamu bawa:

  • Tas kecil atau backpack ringan;
  • Air minum, yang selain untuk melepas dahaga juga berguna untuk terkena gas air mata;
  • Masker kain atau medis, topi, dan kacamata hitam untuk melindungi dari debu dan sinar matahari serta menjaga privasi diri;
  • Pakaian yang nyaman dan nggak mencolok, yang menutupi ciri khas seperti tato atau tanda lahir;
  • Sepatu tertutup yang kuat untuk berjalan jauh;
  • Snack ringan berenergi;
  • Hand sanitizer.
  • Salinan nomor darurat (pengacara, keluarga, atau lembaga bantuan hukum).

3. Yang nggak perlu dibawa

Hindari membawa KTP palsu, barang terlarang, atau senjata tajam. Ponsel pintar juga bisa jadi alat pelacak. Sejumlah aktivis digital safety menyarankan untuk menggunakan ponsel cadangan atau minimal aktifkan keamanan dengan PIN yang kuat serta menonaktifkan fitur Face ID.

Saat Aksi Berlangsung

1. Amati sekitar

Kenali titik kumpul, pintu keluar, dan perubahan suasana massa. Jika situasi berubah tegang atau ada provokator, lebih baik mundur dulu.

2. Jangan berlari dengan panik

Lari bisa memicu kepanikan massal. Bergerak cepat tapi tenang ke pinggir kerumunan kemungkinan akan lebih aman ketimbang berlari dengan panik.

3. Lakukan solidaritas kecil

Berbagi air minum, membantu teman yang kelelahan, atau sekadar menyemangati sesama peserta juga penting, karena gerakan massa yang solid lahir dari rasa saling menjaga.

4. Etika dokumentasi

Memotret peserta lain atau aparat kepolisian tanpa persetujuan bisa berisiko. Pun demikian dengan mendokumentasikan kerusuhan untuk menyebarluaskannya di media sosial. Kamu bisa mendokumentasikan kegiatanmu sebagai bukti atau untuk alasan keamanan, tapi pastikan hanya yang relevan dan pahami UU ITE.

Jika Situasi Memburuk

1. Terkena gas air mata

Terpapar gas air mata adalah situasi yang paling lazim terjadi saat kita turun ke jalan. Jika kamu mengalaminya, segera menjauh dari sumber asap, jangan panik, bernapas pelan, dan segera bilas mata dengan air bersih.

Jika sehari-hari kamu menggunakan lensa kontak, gantilah dengan kacamata sebelum beraksi untuk mencegah reaksi yang kuat saat matamu terkena gas air mata.

2. Ditangkap aparat kepolisian

Hal yang paling menakutkan saat turun ke jalan adalah ditangkap aparat kepolisian. Saat situasi ini terjadi, pastikan untuk tetap tenang, sebutkan identitas seperlunya, jangan melawan fisik, dan segera minta bantuan hukum jika memungkinkan. Catat atau ingat ciri aparat yang menangkap.

3. Jika terpisah dari kelompok

Saat aksi, kadang sinyal internet diperlambat, maka penting bagimu untuk membuat rencana offline, salah satunya menentukan titik kumpul darurat. Ini penting, setidaknya untuk antisipasi ketika kita terpisah dari kelompok.

Aksi didesain untuk mencari solusi, bukan merusak. Maka, hal-hal yang berada di luar itu seharusnya nggak dibenarkan. Orasi yang ofensif, vandalisme di jalan, menjarah, atau memprovokasi polisi, bukanlah bagian dari perjuangan, yang malah berpotensi menjauhkan diri dari menemukan resolusi.

Untuk kamu yang masih setia mengawal demokrasi di negeri ini, stay safe ya, Gez! Semoga nggak ada lagi nyawa yang menjadi tumbal! (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: