BerandaHits
Senin, 13 Jun 2021 16:30

Senapan Ak-47; Simbol Revolusi yang Telah Membunuh Jutaan Orang

AK-47 telah mengambil nyawa ribuan orang. (military.discovery.com via Tempo)

Kalau ditanya apa senjata paling berbahaya di dunia pada abad 20, mungkin kamu akan menjawab bom atom. Jawaban ini kurang tepat karena ternyata alat yang sudah membunuh jutaan orang adalah senapan Ak-47. Senjata ini diciptakan Mikhail Kalashnikov di Rusia.

Inibaru.id – Bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat pada perang dunia kedua di Nagasaki dan Hiroshima mungkin sudah melenyapkan 200.000 nyawa. Tapi, masih ada senjata lain yang telah merenggut jiwa lebih banyak, yaitu senapan serbu Kalshnikov atau AK-47. Bukan cuma ratusan ribu, jutaan orang hilang nyawanya di ujung senapan ini.

Awalnya, senjata ini dikembangkan secara rahasia untuk militer Uni Soviet, Millens. Hingga kini diperkirakan telah ada 100 juta AK-47 dan variannya yang diproduksi. Sekarang, senapan ini bisa ditemukan di seluruh dunia, termasuk di tangan warga sipil AS. Tahu nggak kalau pada 2012, warga sipil di Negeri Paman Sam itu telah membeli AK-47 yang sama banyaknya dengan jumlah senapan polisi dan militer Rusia?

Temuan Kalashnikov

Orang yang telah mendesain senjata ini adalah Mikhail Kalashnikov pada pertengahan abad ke-20. Dia dilahirkan pada 10 November 1919 dan merupakan seorang mekanik tank di militer Soviet selama Perang Dunia II. Pada 1941, Kalashnikov terluka dalam invasi Jerman di Uni Soviet.

Usai menyaksikan sendiri keunggulan tempur senjata api tentara Jerman, Kalashnikov memutuskan untuk mengembangkan senjata yang lebih baik. Selama masih di militer, dia menghasilkan beberapa desain yang kalah dari rancangan pesaing sebelum akhirnya menghasilkan AK-47 yang pertama.

AK merupakan kependekan dari Automat Kalshnikova, sementara 47 merujuk pada 1947, tahun senjata itu diproduksi kali pertama.

Dua tahun kemudian, AK-47 menjadi senapan serbu Angkatan Darat Soviet. Tertarik dengan efisiensi senjata ini, negara lain dalam Pakta Warsawa juga ikut mengadopsinya. Negara-negara lain seperti Vietnam, Afghanistan, Kolombia dan Mozambik bahkan menjadikannya simbol revolusi. Kalau kamu perhatikan, AK-47 bahkan ada di bendera Mozambik.

Mikhail Kalashnikov memegang AK-47. (picture-alliance/dpa via dw.com)

Seolah nggak puas, Kalashnikov terus saja memperbaiki desain klasik senjata ini. Pada 1959, AKM yang merupakan senjata dengan receiver mulai diproduksi. Jadi, pada bagian badan senapan ini berisi mekanisme penembakan. Senjata ini berbahan logam yang dicetak mesin (stamping) sehingga lebih ringan dan murah. Kalashnikov juga mengembangkan senapan mesin PK, sementara modifikasi AK-47 masih diproduksi di negara-negara di seluruh dunia.

Kelebihan dan Jumlahnya yang Melimpah

Sebenarnya, kenapa sih senjata ini disebut revolusioner? Jadi, AK-47 ini relatif mudah untuk diproduksi, pendek dan ringan, mudah digunakan, dan punya sedikit recoil (hentakan yang disebabkan oleh senjata api ketika ditembakkan). Senjata ini juga legendaris karena bisa diandalkan dalam kondisi berat dari hutan belantara yang basah hingga badai pasir Timur Tengah, dalam dingin dan panas ekstrim.

Selain itu, proses perawatannya juga mudah. Piston gas yang besar dan ada keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekaniknya membuat senapan ini nggak mudah macet.

Sebagai penemu, Kalashnikov sangat senang menyombongkan keunggulan senapannya atas senapan M-16 milik AS. “Selama Perang Vietnam, serdadu Amerika membuang M-16 mereka dan mengambil AK-47 dan peluru dari tentara Vietnam yang tewas. Saya dengar tentara Amerika juga cukup sering menggunakan AK-47 di Irak,” kata dia dalam wawancara pada 2007.

Di Irak, hampir semua orang biasa menggunakan AK-47. (Pemerintah Kabupaten Ghor via BBC)

Eh, kamu tahu nggak kalau senjata yang jumlahnya paling besar di dunia ini juga sering digunakan untuk kejahatan dan terorisme? Sudah banyak kasus terorisme dan penyerangan yang melibatkan senjata ini. Sebut saja, penyandera yang menyerbu area Olimpiade di Munich, Jerman, pada 1972 dan penembakan massal di AS juga menggunakan versi semi-otomatis senapan ini dalam kejadian di Stockton, California, dan Dallas.

Militer AS juga sudah mendistribusikan senapan ini dalam konflik di Afghanistan dan Irak. Masa pakai senjata ini juga cukup panjang yaitu 20 hingga 40 tahun. Nggak heran jika senjata ini kerap dijual dan digunakan kembali.

Percaya nggak kalau senapan ini cukup murah? Yap, harganya cuma sekitar Rp 700 ribu. Produksi besar di seluruh dunia ditambah biaya buruh yang murah membuat harganya terjangkau.

Warisan Kalashnikov

Jerih payah Kalashnikov membuat Uni Soviet menganugerahinya Hadiah Stalin, Bintang Merah, dan Ordo Lenin. Lelaki ini meninggal sebagai pahlawan nasional pada 2013 dalam usia 94 tahun.

Jika beberapa sumber mengatakan Einstein menyesal atas temuan atom, maka nggak demikian dengan Kalashnikov. Dia menolak semua upaya untuk membuatnya merasa bersalah atas banyaknya nyawa yang melayang di ujung senapan ciptaannya. Dia berkilah bahwa senapan itu untuk pertahanan diri, bukan untuk menyerang.

Pernah pada 2007 seorang reporter bertanya apakah dia nggak gundah dan bisa tidur nyenyak di malam hari, dia menjawab “Saya tidur nyenyak. Para politikuslah yang bersalah karena gagal mencapai kesepakatan dan menggunakan kekerasan.” Hm

Tapi, sekeras-kerasnya hati seorang Kalashnikov, dia tetaplah manusia. Dia menulis surat kepada Kepala Gereja Ortodoks Rusia, yang berbunyi “Rasa sakit dalam jiwa saya tidak tertahankan. Saya terus bertanya pada diri sendiri sebuah pertanyaan yang tak kunjung terjawab: Jika senapan serbu saya mengambil nyawa orang, itu berarti saya bertanggung jawab atas kematian mereka.”

Itu adalah pertanyaan abadi: Apa yang membunuh? Pistol, atau mereka yang menggunakannya? Dia menutup surat itu dengan menulis “seorang hamba Tuhan, sang perancang Mikhail Kalashnikov.”

Sedih ya, Millens? Tapi, semoga ada jalan lain untuk mempertahankan diri ketimbang menggunakan senapan ya. (The/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: