BerandaHits
Jumat, 11 Feb 2021 07:41

Semakin Banyak Kebun Sawit, Semakin Panas Suhu Indonesia

Kelapa sawit bikin Indonesia makin panas. (Flickr/Open Government Partnership)

Semakin banyak hutan-hutan yang dialihfungsikan jadi kebun sawit di Indonesia. Padahal, dampaknya bisa membuat semakin panas suhu udara. Selain itu, ekosistem juga akan semakin terancam. Baiknya gimana, ya?<br>

Inibaru.id - Indonesia adalah negara produsen minyak sawit terbesar di dunia. Fakta ini bisa jadi berarti baik dan buruk. Baik dari sisi ekonomi, namun juga buruk dari sisi lingkungan. Nyatanya, semakin banyak alih fungsi hutan jadi kebun sawit, semakin panas suhu udara di Indonesia.

Sawit memang tanaman yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Tanaman ini bisa dipakai sebagai bahan baku berbagai macam produk kebutuhan manusia, dari cokelat, sabun, atau bahkan minyak goreng. Karena alasan inilah Indonesia rela membabat habis hutan hujannya yang sangat berharga demi menggantinya dengan kelapa sawit.

Masalahnya, penelitian yang dipimpin Clifton Sabajo dan Alexander Knohl dari University of Göttingen, Jerman, membuktikan dampak mengerikan dari masifnya pertumbuhan kebun sawit dan tanaman komersial lain di Indonesia. Sebagai contoh, ekspansi tanaman-tanaman ini di Sumatera telah berimbas langsung dalam membuat suhu udara di pulau tersebut semakin panas.

"Perkebunan kelapa sawit dan karet tidak hanya berdampak pada keanekaragaman hayati dan cadangan karbon, tetapi juga memiliki efek pemanasan suhu dan menambah efek perubahan iklim," kata Knohl, seorang profesor di bidang bioklimatologi.

Daun kelapa sawit nggak punya kanopi yang baik. (Pixabay)<br>

Bedasarkan data satelit dari tahun 2000 hingga 2015, ditemukan fakta bahwa di sekitar area yang ditebang dan dijadikan kebun sawit, memiliki suhu 10 derajat Celcius lebih hangat dari lahan perhutanan.

Meski sama-sama tanaman, sawit nggak bisa memberikan dampak positif bagi alam sebagaimana tanaman lainnya. Daunnya nggak rimbun sehingga tanah di sekitarnya lebih banyak terpapar radiasi matahari. Sawit juga memperburuk penyerapan air dalam tanah. Alhasil, tanah di sekitarnya jadi kering dan nggak lagi subur.

Hal ini sangat berbeda dengan tumbuhan non-komersial. Daunnya rimbun sehingga tanah tidak mudah terpapar radiasi matahari. Tanah pun cenderung lembab dan nggak mudah kering. Resapan airnya tetap terjaga sehingga berimbas pada suhu yang lebih sejuk.

Dalam rentang waktu yang sama, suhu udara di Provinsi Jambi ternyata juga naik 1,05 derajat Celcius. Nah, Sabajo dan Knohl menuding hal ini juga terkait dengan alih fungsi lahan sebagai kebun sawit.

Sawit memiliki pengaruh besar pada iklim. (Flickr/usaid-biodiversity-forestry)

Masalahnya, aturan-aturan yang dibuat pemerintah Indonesia sama sekali nggak memperhatikan dampak dari alih fungsi lahan bagi iklim. Contohnya, UU Cipta Kerja justru makin mempermudah keluarnya izin peralihan lahan. Padahal, dampaknya nggak hanya akan membuat suhu udara naik, namun juga berkurangnya ketersediaan air serta makin maraknya kebakaran hutan.

Meski banyak manfaatnya di sisi ekonomi, ada baiknya pemerintah, pengusaha dan seluruh aspek masyarakat mengkaji ulang kebijakan agar nggak lagi sembarangan mengubah hutan jadi kebun sawit. Dampaknya jauh lebih mengerikan dari sekadar semakin panas suhu udara, lo. (Nat/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024