BerandaHits
Sabtu, 3 Feb 2023 09:03

Sejarah Michelin Stars, Penghargaan untuk Restoran Lezat dari Produsen Ban

Michelin Stars, penghargaan restoran dari produsen ban. (AFP/Getty Images - Justin Tallis)

Produsen ban Michelin kok bisa memberikan bintang penghargaan terhadap restoran yang memiliki makanan dengan rasa yang lezat? Memang apa kaitan ban dengan tempat makan? Ternyata begini sejarah Michelin Stars.

Inibaru.id – Restoran berlabel Michelin Star tentu dikenal luas sebagai penyedia makanan lezat. Tapi, kalau kamu cermati, yang mengeluarkan label tersebut, yaitu Michelin, yang nggak lain adalah produsen ban. Kok bisa sih sebuah produsen ban sampai repot-repot memberikan penghargaan bagi tempat makan?

Cerita tentang Michelin bermula dari sebuah kota kecil di tengah Prancis bernama Clermont-Ferrand. Kalau kamu rajin melihat liga sepak bola Prancis alias Ligue 1, pasti mahfum dengan klub Clermont Foot yang memang berasal dari kota tersebut. Di kota inilah, tepatnya pada 1889, Andre dan Edouard Michelin mendirikan perusahaan ban yang kemudian mendunia tersebut.

Sebelas tahun setelahnya, kedua bersaudara tersebut merilis sesuatu yang sangat kontras dengan bisnis bannya, yaitu The Michelin Guides dan Green Guides, sekumpulan buku yang berisi informasi atau petunjuk umum akan berbagai macam hal.

Green Guides berisi tentang informasi umum atas berbagai kota, wilayah, dan negara. Sementara itu, Michelin Guides dikenal sampai sekarang sebagai informasi terkait restoran yang direkomendasikan di berbagai negara. Tapi, Michelin Guides awalnya dibuat untuk hal yang sangat berbeda.

Awal Mula Michelin Guides

Michelin Guides, cikal bakal penghargaan Michelin Stars. (Reuters/Charles Platiau)

Michelin Guides awalnya dibuat sebagai petunjuk bagi pengendara kendaraan bermotor seperti map, cara memperbaiki atau mengganti ban, daftar mekanik kendaraan, hotel, dan stasiun pengisian bahan bakar di seluruh Prancis. Saat itu, 35 ribu kopi dari buku ini laris manis di pasaran.

“Michelin mengantisipasi berubahnya industri wisata pada awal abad ke-20,” ungkap profesor sejarah Prancis dari Universitas Massachusetts-Lowell, Patrick Young sebagaimana dilansir dari BBC Indonesia, (19/11/2018).

Pada 1904, seri Michelin Guides berikutnya dirilis, tapi untuk menunjukkan berbagai informasi tentang negara Belgia. Setelahnya, berturut-turut seri negara lain seperti Aljazair dan Tunisia (1907), negara-negara di sekitar Pegunungan Alpen dan Sungai Rhine seperti Italia, Swiss, Bavaria, dan Belanda (1908), Jerman, Spanyol, dan Portugal (1910), Britania Raya (1911), Afrika utara, Italia Selatan, dan Corsica (1911) juga dirilis.

Tim Khusus untuk Review

Pada 1922, barulah Michelin Guides mulai membahas kategori yang lebih spesifik seperti panduan restoran dan daftar hotel di Paris. Hal ini ternyata membuat buku panduan ini semakin laris dan populer. Michelin bersaudara pun akhirnya membuat tim khusus untuk berkunjung dan melakukan review terhadap restoran secara sembunyi-sembunyi.

Sejak 1926, Michelin Guides mulai memberikan label satu bintang untuk menunjukkan rating baik bagi restoran-restoran yang direkomendasikan. Pada 1931, jumlah bintangnya ditambah menjadi nol, satu, dua, dan tiga bintang. Lima tahun kemudian, petunjuk tentang maksud dari jumlah bintang pada restoran pun diungkap.

  • Satu bintang artinya adalah restoran tersebut masuk dalam kategori sangat baik;
  • Dua bintang artinya adalah restoran tersebut masuk dalam kategori sangat baik dan layak untuk kembali dicoba;
  • Tiga bintang artinya restoran tersebut masuk dalam kategori luar biasa. Kunjungan ke restoran tersebut akan memberikan pengalaman spesial.

Per 2013, setidaknya sudah ada 14 buku petunjuk Michelin Guides yang mencakup informasi dari 23 negara. Dengan adanya Michelin Stars ini pastinya pemburu kuliner di seluruh dunia semakin penasaran untuk mencicipi hidangan yang ada di restoran yang direkomendasikan, ya? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: