BerandaHits
Senin, 20 Okt 2024 13:00

Sejarah Besar di Prasasti Kecil Dekat Ringin Pendowo Sleman

Ringin Pendowo di Sleman. (Google Street View)

Di Ringin Pendowo Sleman, DIY, ada prasasti kecil yang menceritakan tentang pertempuran hebat pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Inibaru.id – Tanpa disadari, banyak tempat-tempat yang kita lewati sehari-hari adalah tempat bersejarah. Di Yogyakarta misalnya, ada Ringin Pendowo, sebuah pohon beringin yang ada di tengah-tengah pertigaan kecil yang ada di Kalurahan Pandowoharjo, Kapanewon Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lokasi pohon beringin ini persis di persimpangan antara Jalan Pandowoharjo, Jalan Noto Sukardjo, dan Jalan Temon. Pohonnya berukuran cukup besar sehingga membuat persimpangan tersebut rindang. Nah, kalau kamu berhenti sejenak, bakal melihat ada satu prasasti kecil yang ada di sisi selatan dekat pohon tersebut. Prasasti Brayut namanya.

Tanggal 6 Mei 1949. Aku hanya benda mati. Namun demi Illahi, saya menjadi saksi. Di Brayut ini, penjajah Belanda mendapatkan perlawanan rakyat. Darah mengalir, jiwa melayang,” terang tulisan di prasasti tersebut.

Jika kita mencari tanggal tersebut, nggak jauh-jauh dari Serangan Umum 1 Maret 1949 dan ditariknya tentara Belanda dari Yogyakarta yang kala itu berstatus Ibu Kota Indonesia pada 29 Juni 1949. Artinya, di lokasi di mana pohon beringin itu berdiri, memang ada pertempuran bersejarah.

Meski Indonesia sudah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, nyatanya Belanda masih nggak terima karena merasa Indonesia seharusnya masih berada di kekuasannya. Makanya, Agresi Militer Belanda 1 dilancarkan pada Juli – Agustus 1947 dan kemudian dilanjutkan dengan Agresi Militer Belanda 2 yang dilakukan pada Desember 1948 – Januari 1949.

Prasasti kecil di dekat Ringin Pendowo. (Googleuser/Fajar Astanaprima)

Khusus untuk agresi militer yang kedua, Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Sejumlah pemimpin seperti Soekarno, Hatta, dan Sjahrir ditangkap dan diasingkan. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) pun dibentuk dari 22 Desember 1948 sampai 13 Juli 1949 dan dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara dengan Ibu Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.

Tapi agresi militer ini bukanlah lonceng kematian dari perjuangan Indonesia. Pada 1 Maret 1949, serangan umum digelar di Yogyakarta. Serangan ini jadi penanda bahwa perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus menyala setelah sebelumnya diklaim Belanda sudah melemah.

Nah dari sekian banyak perjuangan yang dilakukan setelah serangan umum ini, terjadi pertempuran di dekat Ringin Pendowo. Meski banyak pejuang yang gugur dalam pertempuran tersebut, terus ngototnya para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia membuat Belanda nggak lagi meremehkan dan sadar kalau pejuang Indonesia bakal terus melawan jika agresi militer tetap dilakukan.

Pihak PBB sampai mengadakan Perjanjian Roem – Roijen yang salah satu isinya adalah meminta perang gerilya di Indonesia dihentikan, mengembalikan perdamaian, dan akhirnya mengadakan perjanjian lebih lanjut di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda yang menghasilkan penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia Serikat pada akhir 1949.

Luar biasa ya, Millens, kisah pertempuran kaya sejarah di Ringin Pendowo ternyata juga ikut berpengaruh besar pada perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: