BerandaHits
Senin, 16 Nov 2025 13:01

Riwayat Bullying di Sekolah Akan Sulitkan Calon Mahasiswa di Korsel

Ilustrasi: Puluhan calon mahasiswa ditolak di enam kampus di Korsel karena memiliki riwayat bullying. (Pexels/Mikhail Nilov)

Sebanyak 45 calon mahasiswa dari enam universitas ditolak karena memiliki riwayat bullying. Ini menjadi kebijakan pemerintah untuk pelaku kekerasan di sekolah sebagai upaya memperkuat disiplin dan integritas di dunia pendidikan.

Inibaru.id - Dunia pendidikan tinggi Korea Selatan menegaskan komitmennya untuk menindak tegas pelaku kekerasan di sekolah. Sebanyak 45 calon mahasiswa dari enam universitas di negara tersebut gagal masuk perguruan tinggi akibat riwayat bullying yang mereka lakukan semasa sekolah.

Dikutip dari Korea JoongAng Daily, dua di antara pelajar tersebut bahkan ditolak masuk salah satu kampus paling bergengsi di Negeri Gingseng, yakni Universitas Nasional Seoul (SNU), meski memiliki nilai akademik yang tinggi dalam ujian nasional College Scholastic Ability Test (CSAT).

Sedikit informasi, SNU sejatinya memang telah menerapkan sanksi pemotongan hingga dua poin dari skor CSAT sejak tahun akademik 2014, bagi pendaftar yang pernah menerima hukuman disipliner seperti pemindahan sekolah atau dikeluarkan akibat kekerasan di lingkungan pendidikan.

Selain SNU, beberapa universitas besar lain juga mengambil langkah serupa. Pusan National University tercatat menolak delapan calon mahasiswa serta Kangwon National University dan Jeonbuk National University masing-masing lima pelamar.

Sementara itu, Gyeongsang National University juga dilaporkan telah menolak tiga pelamar. Adapun Kyungpook National University menjadi yang tertinggi dalam daftar tersebut dengan melakukan penolakan terhadap 22 pelamar.

Berlaku secara Nasional mulai Tahun Depan

Ilustrasi: Pelaku bullying nggak akan mendapatkan tempat di kampus-kampus di Korsel mulai tahun depan. (Unsplash/La Fabbrica Dei Sogni)

Penolakan tersebut berlaku di jalur penerimaan awal maupun reguler, baik yang berdasarkan nilai rapor dan wawancara, maupun hasil tes CSAT. Diperkirakan jumlah penolakan tersebut akan semakin besar karena kebijakan ini baru akan berlaku secara nasional mulai tahun depan.

Mulai tahun akademik mendatang, semua universitas di Korsel diwajibkan menolak pelamar dengan catatan kekerasan di sekolah, tanpa memandang jalur penerimaannya.

Kebijakan baru ini muncul setelah publik bereaksi keras terhadap kasus putra mantan jaksa Chung Sun Sin, yang diketahui pernah memindahkan sekolah anaknya karena kasus bullying, tapi sang buah hati tetap diterima di SNU hanya dengan pengurangan dua poin CSAT.

Kendati disebut sebagai langkah maju untuk memerangi tindak kekerasan di sekolah, kebijakan ini juga sempat menimbulkan kekhawatiran baru. Semakin banyak siswa yang dituduh melakukan perundungan kini menyewa pengacara dan mengajukan gugatan administratif untuk membatalkan keputusan disipliner sekolah.

Dampak Negatif bagi Sekolah

Para pengamat menilai tren tersebut bisa berdampak negatif terhadap suasana belajar. Menurut mereka, langkah hukum yang sering didorong oleh firma hukum ini berisiko mengubah kasus kekerasan di sekolah menjadi sengketa komersial yang berorientasi keuntungan dan memperburuk lingkungan pendidikan.

Namun, agaknya pemerintah Korsel akan tetap memberlakukan regulasi ini untuk memperkuat budaya disiplin dan menanamkan nilai tanggung jawab moral di kalangan pelajar, sekaligus memberi sinyal tegas bahwa kekerasan dan perundungan tidak memiliki tempat di dunia pendidikan.

Banyaknya kasus bullying di sekolah yang berakhir dengan "baik-baik saja" bagi kalangan tertentu memang telah menjadi kekhawatiran tersendiri di dunia pendidikan. Nggak hanya di Korsel, kasus tersebut juga di mana pun, nggak terkecuali di Indonesia.

Pertanyaannya, mungkinkah kebijakan ini juga diterapkan di negeri ini, mengingat kasus perundungan juga masih menjadi isu besar di dunia pendidikan di Indonesia. Menurutmu, adakah kans untuk penerapan regulasi ini, Gez? (Siti Khatijah/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: