BerandaHits
Jumat, 20 Okt 2022 14:50

Riset: Pola Tidur Orang Sebelum dan Sesudah Pandemi Alami Perubahan

Riset: Pola Tidur Orang Sebelum dan Sesudah Pandemi Alami Perubahan

Pola tidur seseorang sebelum dan sesudah pandemi mengalami perubahan. (Getty Images/Istockphoto/Invizbk)

Hasil riset yang dilakukan oleh Samsung Health menyatakan pola tidur seseorang sebelum dan sesudah pandemi mengalami perubahan. Nggak hanya itu, riset juga menyatakan lamanya orang tidur nggak ada hubungannya dengan kualitas tidur.

Inibaru.id - Pandemi Covid-19 yang berlangsung senggaknya dua tahun lamanya telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita, termasuk kebiasaan tidur. Rupanya tekanan pandemi memengaruhi kualitas tidur orang di seluruh dunia.

Sebuah riset yang dilakukan oleh Perusahaan Teknologi Samsung melalui Samsung Health menyatakan, terdapat perubahan pola, durasi, dan efisiensi tidur di seluruh dunia sejak awal pandemi. Sebagai informasi, Samsung Health adalah aplikasi yang berfungsi untuk melacak berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang berkontribusi pada kesejahteraan seperti aktivitas fisik, diet, dan tidur.

Menurut kamu, apakah orang yang durasi tidurnya lama itu berarti tidurnya lebih berkualitas? Jawabannya tentu saja nggak, Millens. Durasi tidur yang lebih lama nggak serta merta menandakan kualitas tidur jadi lebih baik.

Durasi tidur adalah waktu yang kamu habiskan di kasur ketika mencoba untuk tidur. Sedangkan efisiensi tidur mengukur presentase waktu yang sebenarnya dihabiskan untuk tidur.

“Perubahan gaya hidup selama pandemi membuat orang-orang di seluruh dunia tidur lebih lama, tapi tampaknya nggak ada kolerasi antara durasi tidur dan efisiensi tidur itu sendiri,” tulis riset tersebut, yang dilansir dari Antaranews, Kamis (20/10/2022).

Meskipun orang-orang di semua negara menikmati waktu tidur rata-rata lebih lama daripada sebelum pandemi, mereka sebenarnya mengalami penurunan efisiensi tidur. (Freeimages)

Faktanya, meskipun orang-orang di semua negara menikmati waktu tidur rata-rata lebih lama daripada sebelum pandemi, mereka sebenarnya mengalami penurunan efisiensi tidur secara keseluruhan. Menariknya, meski sama-sama lebih banyak beristirahat dibanding sebelum pandemi, laki-laki mengalami peningkatan durasi tidur yang lebih lama dan penurunan efisiensi tidur yang lebih besar ketimbang perempuan, lo.

Kalau dilihat dari usia hasilnya lain lagi. Saat semua kelompok umur tidur lebih lama, efisiensi tidur akan semakin menurun berdasarkan bertambahnya usia. Namun, ada pengecualian untuk orang-orang di usia 20-39 tahun. Mereka justru mengalami peningkatan efisiensi tidur.

“Selain itu, mereka juga menjadi satu-satunya kelompok usia yang menunjukkan peningkatan yang signifikan pada durasi dan efisiensi tidur sekaligus,” kata Samsung Health dalam laporannya.

Perubahan Kebiasaan Tidur Orang Indonesia

Indonesia mengalami peningkatan efisiensi tidur tertinggi dari pra ke pascapandemi.(Berkeluarga/Envato)

Berdasarkan hasil analisis data dari 16 negara dengan pengguna Samsung Health terbesar, terlihat kebiasaan tidur satu daerah nggak sama dengan daerah lainnya. Di 16 negara, rata-rata pengguna bangun lebih lambat dari sebelumnya, tapi efek dari efisiensi tidur yang terekam ternyata beragam.

Bagaimana dengan efisiensi tidur orang Indonesia? Sebelum pandemi, Indonesia adalah wilayah dengan efisiensi tidur terendah. Namun kini negara dengan efisiensi tidur paling rendah adalah Vietnam. Selain itu, dari 16 negara yang diteliti, Indonesia mengalami peningkatan efisiensi tidur tertinggi dari pra ke pascapandemi.

Indonesia juga mengalami penundaan waktu bangun dengan rata-rata 11 menit sejak pandemi dimulai, tetapi Indonesia tetap menjadi wilayah dengan waktu bangun paling awal.

Wah, ini adalah sebuah hasil riset yang menarik untuk disimak ya, Millens. Siapa sangka lebih banyak rebahan di kasur nggak menjamin istirahat kita jadi lebih berkualitas. Jadi mulai sekarang, temukan cara untuk bisa tidur berkualitas, ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025