BerandaHits
Selasa, 17 Nov 2025 11:01

Perubahan Iklim Bikin Bencana Semakin Sering Hadir di Asia Tenggara

Bencana tanah longsor yang terjadi di Cilacap pada Jumat (14/11/2025). (BNPB)

Banjir dan longsor melanda Indonesia dan Thailand, sementara Filipina dan Vietnam dilanda topan. Asia Tenggara jadi wilayah yang rentan terdampak bencana alam akibat perubahan iklim.

Inibaru.id - Dalam beberapa waktu terakhir, Asia Tenggara menghadapi serangkaian bencana alam yang semakin mengkhawatirkan. Banjir, longsor, dan badai tropis melanda wilayah ini dengan intensitas yang lebih tinggi, seiring dengan meningkatnya dampak perubahan iklim.

Di Indonesia, misalnya, banjir dan longsor menjadi ancaman nyata yang menghancurkan banyak daerah, termasuk Semarang, Lampung, dan Cilacap. Tapi, fenomena ini bukan hanya masalah Indonesia. Seluruh kawasan Asia Tenggara sedang bergulat dengan dampak perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Selain merendam pemukiman, banjir juga menghancurkan lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan banyak orang. Longsor yang hadir di sejumlah daerah juga membuat banyak orang kehilangan tempat tinggal.

Masalahnya, bencana semacam ini sudah menjadi pola yang semakin sering terjadi, dan perubahan iklim adalah faktor utama yang memperburuk kondisi ini. Tahun ini, misalnya, banjir yang melanda Thailand menjadi salah satu contoh betapa buruknya dampak krisis iklim.

Menurut informasi yang diungkap SCMP, Sabtu (15/11/2025), Bang Ban, sebuah distrik di Ayutthaya, Thailand, telah terendam selama lebih dari empat bulan. Meskipun banjir tahunan bukan hal baru, kali ini skalanya sangat besar, bahkan merendam situs bersejarah seperti stupa berusia 700 tahun. Banjir ini dipicu oleh peningkatan aliran air dari waduk yang tak bisa lagi menampung volume air yang sangat besar.

Para ilmuwan memprediksi bahwa seiring dengan pemanasan global, musim hujan akan semakin panjang dan deras. Hal ini bisa memperburuk bencana alam, terutama di daerah-daerah yang sudah sangat rentan. Masalahnya, setelah musim hujan berlalu, musim kemarau ekstrem datang dengan kekeringan yang merusak tanaman dan memperburuk keadaan.

Dampak topan tropis yang melanda Filipina pada akhir Oktober 2025. (NDRMMC/Anadolu)

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia dan Thailand, tetapi juga di negara-negara lain di Asia Tenggara seperti Filipina dan Vietnam. Di Filipina, 21 topan tropis telah melanda sepanjang tahun ini, dua di antaranya bahkan mencapai status super topan dengan kecepatan angin lebih dari 185 km/jam. Badai-badai ini telah merusak ribuan rumah dan mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat, terutama yang tinggal di daerah pesisir.

Kerugian akibat bencana alam di Asia Tenggara sangat besar, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Menurut data, bencana cuaca antara 1970 hingga 2021 telah menghabiskan sekitar 1,4 triliun dollar AS di kawasan ini.

Oleh karena itu, negara-negara di kawasan ini harus segera mengambil langkah konkret untuk menanggulangi dampak perubahan iklim, baik dengan mengurangi emisi gas rumah kaca maupun dengan meningkatkan kesiapan dalam menghadapi bencana.

Di tengah berbagai upaya untuk mengatasi krisis ini, seperti pertemuan COP30 yang berlangsung di Brasil, banyak negara yang merasa khawatir jika pertemuan tersebut tidak menghasilkan langkah nyata.

Tanpa adanya komitmen kuat dari negara-negara besar penghasil emisi seperti AS, Tiongkok, dan India, para ilmuwan memperingatkan bahwa kita mungkin sudah berada di ambang kehancuran iklim yang tak bisa diperbaiki.

Banjir dan longsor yang melanda Indonesia serta negara-negara Asia Tenggara lainnya adalah gambaran nyata dari krisis yang sudah terjadi. Kita tidak bisa menunggu lebih lama untuk bertindak. Tapi, kira-kira apa yang bisa lakukan untuk memulainya agar dampaknya benar-benar terasa ya, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: