BerandaHits
Sabtu, 8 Mei 2020 11:38

Nasib Malang ABK Kapal Tiongkok, Kurang Tidur Hingga Makan Umpan Ikan

Nasih tragis jenazah ABK Indonesia yang dilarung di laut. (MBC)

Anak buah kapal (ABK) warga Indonesia di kapal Tiongkok Long Xing 629 bak melakukan kerja rodi. Mereka dieksploitasi untuk bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang. Jenazah tiga rekannya yang meninggal bahkan dibuang ke laut. Seperti apa ya pengakuan mereka? Yuk simak.

Inibaru.id – Nasib malang dialami oleh para anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia yang bekerja di kapal Long Xing 629 milik Tiongkok. Menteri Luar Ngeri Retno Marsudi mengatakan, empat ABK yang bekerja di kapal itu meninggal setelah dieksploitasi berlebihan untuk bekerja di atas kapal. Yang lebih tragis, tiga jenazah di antaranya dilarung di laut.

Pemerintah Indonesia mendesak Pemerintah Tiongkok untuk menyelidiki kasus tersebut dan meminta pihak perusahaan untuk bertanggungjawab. Aparat keamanan di Korea Selatan juga ikut menyelidiki kasus tersebut.

Belakangan, lima ABK WNI yang bekerja di kapal tersebut mau berbagi pengalamannya. Salah satunya adalah BR yang mengungkap jam kerja di kapal ikan berbendera Tiongkok itu bisa lebih dari 16 jam per hari. Mereka juga hampir tidak pernah mendapatkan libur.

“Bekerja terus, buat makan (hanya dapat waktu) sekitar 10 menit dan 15 menit. Kami bekerja mulai jam 11 siang sampai jam 4 dan 5 pagi," kata BR dalam wawancara melalui video daring dari Busan, Korea Selatan pada Kamis (7/5/2020).

Para ABK menceritakan pengalamannya. (KFEM via BBC)<br>

Rekan BR berinisial MY (20) juga mengatakan hal yang sama. MY mengaku sehari hanya bisa tidur tiga jam. Sisa waktunya kemudian digunakan untuk membanting tulang mencari ikan. Sang kapten kapal mewajibkan para ABK Indonesia memenuhi target ikan yang ditentukan dalam sehari.

Sejumlah ABK mengaku nggak menemukan jam kerja yang jelas dalam kontrak kerja. Hal ini membuat mereka nggak bisa protes. Hal inilah yang diungkap RV (27), ABK dari Ambon, Maluku. Menurut ceritanya, jam kerja baru diatur ketika kapten berada di laut.

Ada beberapa ABK yang sempat ingin menanyakan pembagian jam kerja yang lebih manusiawi, tapi hal tersebut urung dilakukan karena takut dipulangkan. Sayangnya, kerja keras ini nggak menjamin mereka mendapatkan penghasilan yang besar. Bahkan, beberapa ABK mengaku belum mendapatkan gaji.

Para ABK Indonesia juga mengaku dianaktirikan soal makanan dan minuman. NA (20), ABK yang berasal dari Makassar mengaku ABK WNI mendapatkan jatah makanan yang kurang bergizi jika dibandingkan dengan ABK dari negara lain seperti Tiongkok.

"Air minumnya, kalau dia minum air mineral, kalau kami minum air sulingan dari air laut," ungkap NA.

"Kalau makanan, mereka makan yang segar-segar," lanjut NA yang diamini KR (19) asal Manado. KR menambahkan ABK Indonesia sering makan ikan yang biasa dibuat untuk umpan.

Dalam sehari para ABK hanya tidur tiga jam. Makanan yang didapat juga nggak layak. (KFEM via BBC)<br>

Pengalaman yang paling pahit yakni ketika para ABK harus melarung tiga jenazah kawannya di lautan lepas. Kapten kapal menolak menyimpan jenazah di dalam ruang pendingin untuk kemudian dikubur secara layak. Alasannya, nggak ada negara di dunia yang menerima pendaratan mayat.

MY menjelaskan, prosedur pelarungan mayat tersebut sebenarnya sudah melanggar kontrak ABK. Menurut perjanjian awal, jenazah semestinya bisa dipulangkan. RV, BR, KR, MY, dan NA menyepakati agar Pemerintah Indonesia semestinya melakukan gugatan hukum pada pemilik kapal agar kejadian serupa nggak terulang lagi di masa depan.

Sungguh tragis nasib para ABK ini ya, Millens? Semoga saja ABK-ABK WNI di kapal lain nggak ada yang mengalami nasib yang serupa. (Kom/MG26/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: