BerandaHits
Kamis, 19 Agu 2020 09:45

Napak Tilas Brompton; Bikinan Tukang Kebun, Dapat Ide Nama dari Gereja

Nama "Brompton" ternyata terinspirasi dari sebuah gereja. (Instagram/PalangMerahIndonesia)

Brompton, sepeda lipat yang kini populer di kalangan goweser ternyata punya sejarah panjang. Sepeda ini ternyata digagas oleh seorang teknisi yang merangkap tukang kebun. Namanya bahkan didapatkan dari gereja setempat. Seperti apa ya sejarahnya?<br>

Inibaru.id - Menjamurnya trend bersepeda di masyarakat di masa pandemi Covid-19 ternyata turut meningkatkan popularitas sepeda lipat bermerek “Brompton”. Padahal, sepeda ini memiliki harga yang nggak murah. FYI, Millens, satu unit sepeda Brompton bisa saja berharga Rp 50 juta!

Nggak hanya soal popularitas, mahalnya harga sepeda Brompton ini juga dipengaruhi oleh keunggulan desain dan bahan berkualitas tinggi. Sepeda ini juga enteng, lo Millens. Bahkan, konon sepeda ini dibuat secara handmade. Sepeda ini pun dikenal lebih tangguh sekaligus estetik.

Ternyata, ada lo beberapa fakta menarik terkait dengan sepeda Brompton. Perjalanannya juga nggak mulus-mulus amat sebelum dikenal luas seperti sekarang. Yuk simak fakta-faktanya.

Nama Brompton Terinspirasi dari Gereja

Salah satu desain lawas sepeda Brompton. (Chrisgrrr.files.wordpress)

Andrew Ritchie adalah sang penggagas sepeda Brompton. Dia merintis produksi sepeda ini pada 1975. Meski profesi utamanya adalah teknisi, Ritchie ternyata juga nyambi jadi tukang kebun. Dia nggak memiliki modal banyak saat itu. Dia bahkan numpang tinggal di apartemen temannya di Kensington Selatan, London.

Awal mula Ritchie menggagas produksi sepeda Brompton adalah saat berkenalan dengan Bill Ingram. Bill saat itu sedang membangun pabrik untuk produksi sepeda Bickerton. Melihat gaya sepeda Bickerton yang unik, Ritchie pun berkeinginan untuk membikin sendiri.

Pada 1975, Ritchie mulai merancang sepeda pertamanya. Dua tahun kemudian, prototype pertama sepeda tersebut berhasil dibuat usai mendapatkan investasi sebesar 100 Poundsterling hasil urunan sepuluh temannya. Saat merancang sepeda keduanya, Ritchie lewat di depan Gereja Brompton dan terkesima dengan namanya. Dia pun kemudian memilih nama gereja ini sebagai merek sepedanya.

Sempat Berhenti Karena Kehilangan Investor

Andrew Ritchie, penggagas Brompton. (Inews)

Produksi Brompton dimulai pada 1981. Pada masa-masa awal ini, Brompton diproduksi dalam skala kecil, yaitu 50 unit saja. Sepeda-sepeda lipat ini dipasarkan di kalangan teman-teman Ritchie.

Sayangnya, Ritchie kemudian kehilangan investor. Pada 1982, dia pun memilih untuk menghentikan produksi sepedanya. Beruntung, teman-temannya ternyata nggak hilang harapan. Mereka membantunya mempromosikan produk sepeda Brompton ke seorang pebisnis. Dia pun kembali mendapatkan investor untuk memproduksi sepedanya.

Semakin Populer dan Laris di Pasaran

Pabrik Brompton di London. (Bbc/Dougal Shaw)

Brompton diproduksi di sebuah pabrik di kawasan Brentford, London Barat, sejak 1988. Di masa ini, popularitas dan penjualan sepeda ini semakin meningkat.

Brompton kemudian membuka 40 gerai lain di Britania Raya. Seiring dengan waktu, Brompton dijual ke negara-negara lain di Eropa seperti Jerman, Belanda, Austria, prancis, dan Belgia. Pada 2011, Brompton bahkan membuka cabang di Kobe, Jepang. Hal ini menegaskan ekspansi Brompton ke seluruh dunia.

Gimana Millens, sejarah perkembangan sepeda Brompton ternyata keren, ya? (Idn/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: