BerandaHits
Sabtu, 17 Apr 2020 13:37

Menyoal Pembawa Keranda di Ghana yang Viral Jadi Meme

Pembawa keranda di Ghana yang necis. (Inquirer)

Belakangan ini, foto dan video tarian pembawa keranda di Ghana viral di media sosial dan dijadikan meme. Seperti apa sih fakta sebenarnya dari tarian tersebut?

Inibaru.id- Kalau kamu aktif bersosial media, pasti nggak asing lagi dong dengan video dan foto-foto yang memperlihatkan pembawa keranda dengan dandanan necis. Yap, pembawa keranda yang berkemeja putih, berjas gelap, bertopi, bercelana kain, dan bersepatu klasik ini diketahui berasal dari Ghana. Masyarakat di negara yang terletak di Afrika Barat itu sering menyebutnya dengan Ghana Dancing Pallbearers.

Grup pembawa keranda atau pallbearers ini viral di berbagai media sosial. Banyak warganet yang menjadikannya meme. Foto dan video mereka dianggap cocok sebagai pengingat agar kita menjaga kondisi tubuh atau tetap di rumah aja saat pandemi corona seperti sekarang ini. Kalau kita nggak nurut dengan saran tenaga medis, bisa jadi mereka akan datang untuk menari-mari di upacara pemakaman kita.

Selain tampilannya yang nyentrik, Ghana Dancing Pallbearers ini viral karena gayanya saat membawa keranda yang dinilai unik. Di Indonesia, umumnya para pembawa keranda adalah para keluarga almarhum. Mereka pasti berwajah sendu penuh kesedihan saat membawa keranda. Namun, Ghana Dancing Pallbearers ini beda, mereka adalah orang yang dibayar untuk membawa keranda sambil menari-nari layaknya sedang berpesta.

Tarian mereka pun bervariasi. Ada tarian saat berdiri memikul keranda. Ada pula tarian memikul keranda dengan cara duduk dan menghentak-hentakkan kaki. Ada juga tarian dengan menahan keranda di paha dan mengibaskan sapu tangan ke peti sambil menari. Gerakan-gerakan itu nggak lupa disambut tepuk tangan dari para pelayat yang hadir. Upacara kematian akhirnya terasa sangat meriah dan jauh dari kata sedih.

Salah satu tarian pembawa keranda di Ghana. (Youtube/Fablajeman)

Hanya, Ghana Dancing Pallbearers ini bukan sebuah tradisi asli dari Ghana. Ini adalah inovasi dari Benjamin Addo, ketua dari rombongan tersebut. Inovasinya yang sangat unik ini ternyata disukai oleh banyak masyarakat Ghana yang ingin membuat suasana pemakaman menjadi lebih ceria.

Menyulap Pemakaman Jadi Perayaan

Kendati sudah menjadi ritual pemakaman yang populer, nggak semua orang di Ghana menggunakan Ghana Dancing Pallbearers. Hal ini karena biayanya yang cukup mahal. Aidoo mengatakan, sekali tampil, timnya akan menerima bayaran sebesar 387 dolar AS atau sekitar Rp 6 juta.

Ritual pemakaman di Ghana memang meriah. (Sankofonline)

Salah seorang yang menggunakan jasa Ghana Dancing Pallbearers adalah Elizabeth Annan. Perempuan itu sengaja mengundang Ghana Dancing Pallbearers untuk pemakaman ibunya.

“Saat membawa orang yang kamu cintai ke peristirahatan terakhirnya, mereka menari. Karena itu, aku memutuskan memberi dancing trip untuk terakhir kalinya,” kata Annan pada Rabu (26/7/2017).

Di Ghana, ritual pemakaman memang dianggap sebagai perayaan. Keluarga yang ditinggalkan biasanya akan menghabiskan banyak dana untuk menyediakan venue, makanan, minuman, fotografer, videografer, brosur, poster, band hingga DJ untuk memeriahkannya. Karena banyaknya kebutuhan, keluarga yang berduka pun sampai berani meminjam ke bank atau menggadaikan barang, lo.

Wah, ritual pemakaman di sana sungguh meriah ya, Millens. Bagaimana pendapatmu tentang Ghana Dancing Pallbearers ini? (Kum/IB03/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024