Inibaru.id - Setiap orang tua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan bertanggung jawab. Namun, gaya pengasuhan yang dipilih seringkali menjadi faktor penentu, apakah tujuan itu tercapai atau justru sebaliknya.
Salah satu gaya pengasuhan yang banyak direkomendasikan oleh para pakar psikologi adalah authoritative parenting atau pola asuh otoritatif. Berbeda dengan gaya otoriter (authoritarian) yang keras atau permisif (permissive) yang longgar, gaya ini memadukan disiplin dengan kehangatan atau aturan dengan empati.
Konsep gaya pengasuhan otoritatif kali pertama dipopulerkan oleh psikolog perkembangan Diana Baumrind pada 1960-an. Dalam penelitiannya, Baumrind mengidentifikasi tiga gaya pengasuhan utama, yakni otoriter, permisif, dan otoritatif.
Konsep pengasuhan ini kemudian diperdalam melalui penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Maccoby & Martin (1983) dengan menekankan dimensi "kontrol" dan "kehangatan".
Ciri-Ciri Pola Asuh Otoritatif
Hasil penelitian lanjutan menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih baik, kemampuan teknis lebih tinggi, serta kesehatan mental yang lebih stabil.
Lalu, bagaimana cara menerapkan pola asuh otoritatif? Sebelum menjawab pertanyaan itu, kamu perlu lebih dulu mengetahui ciri-ciri pola asuh otoritatif ini. Menurut Baumrind, gaya parenting yang juga biasa disebut pola asuh berwibawa ini memiliki beberapa ciri utama:
- Aturan yang jelas. Maksudnya, orang tua menetapkan standar dan batasan yang diucapkan, ditunjukkan, atau ditampilkan dengan jelas serta dilakukan secara konsisten.
- Mengutamakan kehangatan emosional. Dengan memberikan ruang bagi anak untuk berbicara dan emosinya diakomodasi, mereka akan merasa didengar dan dihargai pendapatnya.
- Ada komunikasi dua arah. Nggak hanya memberi ruang, tapi orang tua juga mendorong adanya diskusi dan memberi alasan di balik aturan yang diberikan.
- Keseimbangan kontrol dan kebebasan. Anak diberi ruang untuk mandiri, tapi tetap berada dalam pengawasan orang tua.
- Konsistensi. Aturan nggak berubah-ubah secara mendadak, sehingga anak merasa aman. nyaman dengan rutinitas, serta tahu apa yang diharapkan.
Otoritatif vs Otoriter
Meski sekilas mirip, karena sama-sama menekankan aturan yang jelas, pola asuh otoriter dengan otoritatif adalah dua hal yang berbeda. Baumrind menegaskan, perbedaannya terletak pada "komunikasi" dan gimana cara menerapkan aturan itu.
Pola asuh otoriter cenderung menekankan kepatuhan mutlak tanpa banyak dialog. Anak nggak memiliki ruang untuk menyampaikan pendapat, sehingga sering tumbuh menjadi pribadi yang patuh, tapi bukan karena pengin melakukannya.
Sebaliknya, orang tua dengan pola asuh otoritatif cenderung memberikan ruang diskusi dan membangun aturan berdasarkan kesepakatan. Dengan begitu, anak benar-benar mengetahui mengapa aturan itu diterapkan. Mereka juga bisa memahami alasan di balik aturan itu.
Jika pola asuh otoriter mengakibatkan anak kurang percaya diri, pola asuh otoritatif justru membentuk anak yang disiplin sekaligus kritis dan mandiri.
Pengaruh terhadap Anak dan Orang Tua
Penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa anak-anak dengan orang tua otoritatif memiliki risiko lebih rendah mengalami depresi atau masalah perilaku. Mereka juga lebih mampu mengatur emosi, beradaptasi dalam pergaulan, dan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Bagi orang tua, gaya ini membantu membangun hubungan yang sehat dengan anak. Orang tua tetap dihormati karena tegas dalam aturan, tapi juga dicintai karena mampu menunjukkan kasih sayang.
Menerapkan pola asuh otoritatif berarti menjadi orang tua yang nggak hanya berperan sebagai pengatur, tetapi juga pembimbing. Anak akan tumbuh dengan rasa hormat yang tulus dan bukan sekadar takut pada hukuman. Mereka belajar bahwa aturan ada demi kebaikan, bukan semata-mata untuk mengekang.
Pada akhirnya, orang tua yang berwibawa melalui gaya pengasuhan ini akan melahirkan generasi yang lebih percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan matang. Kamu berminat menerapkannya juga nggak, Gez? (Siti Khatijah/E10)
