BerandaHits
Minggu, 11 Jan 2025 17:57

Mengenal Red String Theory, Kalau Jodoh Nggak Akan ke Mana

Menurut kepercayaan Tiongkok dan Jepang, manusia dihubungkan dengan jodohnya dengan seutas tali merah. (Shutterstock)

Red String Theory menawarkan cara unik dalam memahami konsep jodoh dan takdir. teori ini memberikan harapan dan rasa percaya bahwa cinta sejati akan datang pada saat yang tepat, tanpa peduli sejauh apa jarak dan seberapa besar rintangan yang ada.

Inibaru.id - Dalam budaya Timur, terutama di Tiongkok dan Jepang, ada sebuah kepercayaan populer tentang cinta dan jodoh yang dikenal sebagai Red String Theory atau teori tali merah. Teori ini didasarkan pada mitos kuno yang mengatakan bahwa setiap orang terhubung dengan jodohnya melalui seutas benang merah nggak kasat mata yang diikatkan pada jari kelingking mereka.

Benang merah ini, meskipun mungkin membentang sangat jauh atau melintasi berbagai rintangan, nggak akan pernah putus dan akan membawa dua orang yang ditakdirkan bersama hingga mereka bertemu.

Asal Usul Red String Theory

Konsep tali merah takdir berakar dari mitologi Tiongkok kuno. Menurut legenda, seorang dewa bernama Yue Lao, yang dikenal sebagai dewa pernikahan dan cinta, memiliki tanggung jawab untuk mengatur jodoh setiap orang dengan mengikat tali merah di jari mereka.

Terlepas dari seberapa jauh jarak di antara mereka atau seberapa banyak hambatan yang mereka hadapi, benang tersebut nggak akan pernah putus dan akan mempertemukan mereka pada waktu yang tepat.

Di Jepang, kepercayaan ini juga berkembang menjadi bagian dari budaya mereka, dengan tali merah disebut sebagai akai ito. Bagi mereka, jodoh adalah seseorang yang sudah digariskan oleh takdir dan nggak bisa dihindari.

Makna Filosofis Tali Merah

Dalam teori ini, meskipun pasangan terpisah jarak yang sangat jauh bakal tetap bertemu karena terhubung tali nggak kasat mata. (Freepik)

Secara filosofis, Red String Theory melambangkan bahwa cinta sejati nggak dipengaruhi oleh waktu, jarak, atau keadaan. Tali merah mewakili koneksi spiritual yang nggak bisa dijelaskan secara logis tetapi dirasakan oleh hati. Ini memberikan harapan bahwa setiap orang memiliki pasangan yang ditentukan oleh takdir, meskipun perjalanan hidup mungkin berliku dan penuh tantangan.

Meskipun teori ini berasal dari mitos kuno, konsepnya masih relevan hingga kini, terutama di kalangan generasi muda yang percaya pada konsep cinta sejati dan takdir. Banyak orang yang menganggap teori ini sebagai simbol optimisme dalam mencari pasangan hidup.

Selain itu, teori tali merah sering digunakan dalam karya sastra, film, dan seni sebagai metafora untuk cinta abadi dan hubungan yang mendalam.

Di media sosial, teori ini juga menjadi populer karena menyampaikan pesan bahwa jodoh akan datang pada waktunya, dan setiap orang hanya perlu bersabar dalam proses pencarian cinta sejati.

Jadi, jika saat ini kamu masih menunggu seseorang yang tepat, percayalah bahwa mungkin ada seutas benang merah yang sedang bekerja di balik layar, menunggu waktu terbaik untuk mempertemukanmu dengan takdirmu. Hm, kalau kamu percaya bahwa jodoh dihubungkan dengan seutas benang merah, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Kata Guru dan Orang Tua Siswa tentang Rencana UN yang Akan Diadakan Kembali

2 Jan 2025

Ttangkkeut, Tempat Warga Korea Melihat Matahari Terbit Pertama di Awal Tahun

2 Jan 2025

YOLO; Filosofi Hidup Sekali yang Memacu Kebahagiaan Plus Risiko

2 Jan 2025

Ada Sampah di Planet Mars, Arkeolog: Jangan Dibuang tapi Dilestarikan!

2 Jan 2025

Hari Pertama 2025: KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 25 Ribu Penumpang, Paling Banyak di Stasiun Tawang

2 Jan 2025

Memagari Kicau Merdu Burung Pleci di Pegunungan Muria

2 Jan 2025

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

2 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025