Inibaru.id - Masalah sampah di Indonesia bukan perkara sepele. Menurut data dari The Economist Intelligence Unit pada 2017, warga Indonesia disebut sebagai penyumbang sampah paling banyak kedua di dunia. Per 2021, sampah yang dihasilkan Indonesia mencapai 21,88 juta ton.
Selain menjadi PR bagi Pemerintah Pusat, sampah juga menyita perhatian pemerintahan di daerah seperti Semarang. Pemerintah Kota Semarang memprediksi TPA Jatibarang yang menjadi muara sampah seantero Kota Atlas itu mengalami overload dalam waktu dua bulan. Menyikapi hal ini, pengelola meminta solusi agar sampah-sampah diolah dengan teknologi termal.
FYI, teknologi termal merupakan teknologi dalam pengelolaan sampah yang mampu mereduksi volume sampah secara cepat dan mengubahnya menjadi energi.
RDF di Cilacap
Ya, setiap wilayah di Indonesia sedang mencari solusi penanganan sampah. Jika Semarang menggunakan teknologi termal, Kabupaten Cilacap mempunyai cara lain. Teknologi itu bernama Refuse-Derived Fuel (RDF). Dengan teknologi ini, sampah bisa diubah jadi sumber energi terbarukan.
Pada Selasa (21/7) lalu Pemerintah Kabupaten Cilacap meresmikan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dengan sistem RDF.
Lantas, seperti apa sih teknologi RDF ini dan bagaimana kehebatannya dalam mengelola sampah?
Alur Sampah RDF
Teknologi ini memakai metode biodrying alias pengeringan sampah secara biologis. Caranya dengan aerasi atau menurunkan kandungan air pada material sampah dengan signifikan. Setelah dicacah dan lebih kering, sampah-sampah berupa kertas, plastik, dan organik bisa dijadikan pengganti batu bara.
“Jadi, 28 ribu ton sampah per hari bisa diselesaikan (dengan teknologi RDF),” ungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terkait dengan teknologi tersebut, Rabu (21/7).
Di lahan seluas tiga hektare, TPST RDF Cilacap bisa memproduksi 60 ton energi terbarukan dari 120 ton sampah.
Diterapkan di Daerah Lain
Setelah Cilacap, teknologi RDF bakal diterapkan di daerah lain. Namun, pemerintah memastikan teknologi ini hanya bisa dipakai di daerah dengan jumlah produksi sampah di bawah 200 ton per hari.
Daerah lain yang sudah memulai menerapkan teknologi ini adalah Kabupaten Tuban, Jawa Timur dan Banyumas, Jawa Tengah.
“Kami harapkan operasionalisasi fasilitas RDF ini menjadi titik balik pengelolaan sampah di Indonesia untuk kategori kelas menengah sehingga bisa dijadikan alternatif solusi pengelolaan sampah,” ungkap Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis Hidayat Sumadilaga.
Wah, menarik juga ya Millens pengelolaan sampah dengan teknologi RDF, semoga bisa jadi solusi bagi masalah sampah Tanah Air yang selama ini sulit diatasi.(Idx, Dat, Kom/IB09/E10)