BerandaHits
Minggu, 16 Jan 2021 09:14

Mengenal ‘Nikah Jalan’, Tradisi Poliandri Ala Suku Mosuo di Lereng Himalaya

Perempuan suku Mosuo. (Karolinklueppel)

Para perempuan di suku Mosuo dikenal lekat dengan praktik poliandri. Nggak hanya bertanggung jawab penuh atas rumah, mereka dapat menikahi para lelaki yang datang ke rumah. Para perempuan yang mempraktikkannya juga nggak mendapat cap atau stigma buruk.

Inibaru.id – Terletak di lereng pegunungan Himalaya, penduduk suku Mosuo nggak percaya dengan konsep monogami. Ya, mereka menganut sistem matrilineal (menghitung garis keturunan dari pihak ibu) yang memperbolehkan para perempuan memiliki lebih dari satu suami.

Jadi, perempuan yang telah menjalani ritual penanda kedewasaan dapat memilih sebanyak apapun kekasihnya untuk dinikahi. Dulunya, mereka yang tinggal di tepi danau Lugu ini sangatlah miskin dan nggak mampu hidup terpisah dari orang tua.

Para perempuan yang menikah harus tinggal dan bertanggungjawab penuh atas rumah. Para lelaki akan berjalan dari rumah ke rumah perempuan pada malam hari. Jika tertarik, para lelaki itu dibolehkan bermalam di rumah perempuan yang didatangi.

Praktik ini membuat para pasangan nggak tinggal seatap. Namun mereka bebas berkunjung ke rumah pasangan selama diizinkan. Karena itu, praktik ini disebut dengan tradisi ‘nikah jalan’.

Para anggota keluarga akrabsatu sama lain. (Luftika)

Tradisi ini dianggap masuk akal. Nggak ada keributan terkait uang antara pasangan. Para anggota keluarga juga akrab satu dengan yang lainnya meskipun jumlah mereka nggak sedikit. Bahkan dalam pengasuhan keluarga perempuan, perceraian nggak akan mempengaruhi kehidupan anak dan bebas dari stigma masyarakat.

“Ibuku dan saudara-saudaranya terikat hubungan darah. Jadi mereka dapat menjaga ikatan kuat sepanjang waktu,” ungkap Yang Zaxi, salah seorang penduduk suku Mosuo.

Praktik Masa Kini

Pada masa kini, para pasangan akan berkenalan saat prosesi dansa. Sambil berpegangan tangan, para lelaki akan menggelitik tangan sang perempuan. Saat gayung bersambut, sang perempuan akan menggelitik balik tangan sang lelaki.

Mereka kini dapat pasangan dari pesta dansa. (Big5)

Selanjutnya mereka akan berkencan dan bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Pada saat itu, hubungan mereka secara resmi akan diumumkan ke seluruh desa.

Sayangnya, tradisi ini dipandang berbeda dan dianggap kacau balau oleh orang asing. Mungkin karena para perempuan boleh bergonta ganti pasangan dan memiliki banyak suami. Namun menurut Yang Zaqhi, hal ini bukan merupakan suatu hal yang buruk.

“Menurutku, 'nikah jalan' ini bukanlah hal yang salah karena sebenarnya mereka tak dirugikan dan tetap bermoral,” ungkapnya.

Ya, meski kebanyakan pernikahan menganut konsep monogami. Namun nggak menutup kemungkinan praktik poliandri juga dapat mendatangkan kebahagiaan bagi pelakunya. Gimana pendapatmu, Millens? (Aku/IB27/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mencicipi Rasa Legendaris yang Disajikan di Warung Mi Lethek Mbah Jumal

20 Nov 2024

Nggak Ada Perayaan Tahun Baru di Shibuya, Tokyo, Jepang

20 Nov 2024

Petani Milenial, Berhasilkah Bikin Anak Muda Berkarier Jadi Petani?

20 Nov 2024

Mau Pertama atau Berkali-kali, Pengalaman Nonton Timnas Indonesia di GBK Membekas Abadi

20 Nov 2024

Pastikan Kehalalan, Juru Sembelih di Rembang Dilatih Sesuai Syariat Islam

20 Nov 2024

Bagaimana Orangtua Menyikapi Anak yang Membaca Manga dengan Unsur Kekerasan

20 Nov 2024

Lawang Keputren Bajang Ratu, 'Peninggalan Majapahit' yang Terlempar hingga Lereng Muria

20 Nov 2024

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024