Inibaru.id – Viralnya film KKN di Desa Penari membuat banyak orang kembali mengulik soal berbagai mitos, kepercayaan lokal, hingga hantu di Indonesia. Nah, yang menarik, banyak yang kemudian menyadari kalau hantu di Indonesia kebanyakan perempuan.
Dulu, kita biasa mendengar kata kuntilanak, si manis Jembatan Ancol, hingga kuyang yang dikenal sebagai hantu perempuan. Nah, khusus untuk yang lagi populer berkat film KKN di Desa Penari adalah Badarawuhi, sosok yang disebut-sebut sebagai mahluk separuh manusia separuh ular yang juga perempuan, Millens.
Dosen dari Universitas Padjajaran bernama Justito Adiprasetio bersama dengan Annisa Winda Larasati dari UGM menulis sebuah jurnal berjudul Ketimpangan Representasi Hantu Perempuan pada Film Horor Indonesia periode 1970-2019. Dalam jurnal ini, disebutkan bahwa sejak film Lisa terbit pada 1971 di layar lebar Tanah Air, hantu perempuan mendominasi.
“Bahkan sebelum KKN di Desa Penari, Pengabdi Setan (2017) yang menjadi manifestasi kesuksesan film horor kontemporer Indonesia ditayangkan di banyak layar secara internasional juga menempatkan perempuan sebagai hantu utama” tulis Justito di akun Twitter @justitoadi saat membahas jurnal tersebut pada Kamis (19/5/2022) malam.
Bahkan, pada tahun 1980-1990-an, ikon film horor Indonesia adalah Suzanna. Sang aktris sendiri bahkan sampai identik dengan karakter seram sampai akhir hayat.
Peneliti dari Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) Gita Putri Damayana menyebut dominannya hantu perempuan di Indonesia terkait dengan rendahnya keadilan bagi korban-korban kasus kriminal yang dialami para perempuan. Adanya mitos balas dendam dari para korban inilah yang kemudian memunculkan hantu-hantu tersebut.
“Si manis Jembatan Ancol dan sundel bolong adalah perempuan korban kekerasan seksual yang menjadi hantu untuk menuntut keadilan... Sementara kuntilanak dan sundel bolong gagal mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Mereka meninggal bersama dengan bayi mereka saat persalinan,” jelas Gita.
Di sisi lain, Hatib Kadir yang merupakan mahasiswa PhD Antropologi dari University of California, Santa Cruz menganggap dominannya hantu-hantu perempuan di film-film Indonesia sebagai bentuk keinginan masyarakat yang pengin mempertahankan budaya patriarki. Pada masa Orde Baru ketika budaya ini masih kuat, hantu perempuan dianggap bisa dikalahkan atau ditolong agar bisa kembali ke jalan yang benar oleh kiai yang merupakan laki-laki.
“Figur hantu perempuan menunjukkan bentuk ketakutan masyarakat patriarki…Norma kecemasan ini diproduksi dalam ratusan film horor Indonesia melalui sosok hantu perempuan,” ujar Hatib.
Menarik juga ya, Millens membahas hantu di Indonesia yang kebanyakan ternyata adalah perempuan. Kalau di tempatmu tinggal, apakah juga ada hantu perempuan yang cukup populer dan dipercaya masyarakat? (Gnfi, Twi/IB09/E05)