BerandaHits
Selasa, 9 Agu 2021 16:50

Menengok Makam Terapung di Demak, Kabupaten yang Diprediksi Bakal Tenggelam

Makam Syekh Mudzakir tampak terapung. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Kalau ke kompleks makam Syekh Mudzakir di Kabupaten Demak, kamu mungkin bakal takjub karena makam ini tampak mengapung. Ternyata terdapat fakta ngeri di baliknya. Di kawasan ini sudah terjadi penurunan permukaan tanah akibat pemanasan global.

Inibaru.id – Di Demak, ada kompleks makam yang seolah terapung dikelilingi air. Makam ini merupakan tempat peristirahatan terakhir Syekh Mudzakir yang berada di Dukuh Tambaksari, Kecamatan Sayung.

Kata salah seorang ahli waris Syekh Mudzakir, Hafidzi, dulunya di sekitar kompleks makam Syekh Mudzakir adalah daratan. Saat itu ada lahan yang ditumbuhi sejumlah tanaman berjarak sekitar 1 kilometer dari garis pantai Demak.

"Dulu dari makam ke laut itu masih satu kilometer, kanan kiri itu sawah semua. Dulu sini itu daratan, padi tumbuh, palawija tumbuh, lombok, semua tanaman hidup," kata Hafidzi di Masjid Dusun Tambaksari, Minggu (8/8/2021).

Sayangnya, abrasi membuat makam ini dikepung air laut.

"Mulai 1997 itu abrasi jadi air laut mulai masuk kampung, kemudian sawah-sawah tidak bisa ditanami padi karena tadi terendam air rob," ujarnya.

Hafidzi lalu bercerita jika lahan di sana sempat dijadikan tambak. Lalu tambak setiap hari digerus oleh gelombang besar, akhirnya tanggulnya habis dan menyatu dengan lautan. Katanya lagi, abrasi paling cepat terjadi pada 1999.

Penurunan Muka Tanah

Makam terapung di Demak mengalami penurunan permukaan tanah yang cukup parah dan terancam tenggelam. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Ketua Pengurus Makam Syekh Mudzakir Abdullah Mudzakir mengatakan bahwa di kompleks makam Syekh Mudzakir terjadi penurunan muka tanah dengan kecepatan per tahunnya sekitar 5 cm.

"Kami mengalami kalau itu, kami tahu, jadi mungkin per tahun 5 cm (penurunan permukaan tanah) lebih. Antara air naik sama tanah yang turun itu perkiraan 5 cm lebih per tahun," kata Abdullah saat ditemui di rumahnya, Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung, Jumat (6/8).

Kalau dipantau, memang di sekeliling kompleks makam terdapat bebatuan berjajar menyerupai tanggul pemecah ombak, Millens. Adapun panjang jalan penghubung dari daratan menuju Makam Syekh Mudzakir yang terapung itu sepanjang 1 kilometer. FYI, jalan ini sempat putus lo saat dihantam gelombang besar akhir tahun lalu. Kini, jalan itu sudah diperbaiki.

Generasi keempat Syekh Mudzakir ini menyebut kondisi tanah di area makam merupakan tanah lumpur di kedalaman 80-100 cm kemudian baru tanah keras.

"Kedalaman tanah ini, lumpur sampai bawah itu (di area makam) rata-rata 80-100 cm, baru mentok tanah keras," kata Abdullah.

Menurutnya, penurunan permukaan tanah dan air laut yang terus maju menerjang daratan terjadi karena banyak faktor.

"Perkiraan itu kan macam-macam, global warming itu secara skala dunia mungkin, di sini itu karena tanahnya tanah liat itu. Kemudian pengambilan air sumur, air tanah," terangnya.

Penurunan tanah bahkan terjadi juga di rumahnya yaitu di Desa Sidogemah, Kecamatan Sayung. Dia menyebut selama 21 tahun menetap, permukaan tanah turun sekitar 1-1,5 meter.

Meskipun ada keinginan untuk pindah, tapi hal itu nggak mudah mengingat itu adalah tanah kelahirannya. Dia sudah menghuni daerah itu selama 21 tahun. ”Mau pindah ke tempat lebih tinggi ya nggak bisa, ya kita jalani saja, apa adanya," imbuhnya.

Pemanasan Global

Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Demak, Arso Budiyatno, menyebut beberapa faktor yang mungkin menyebabkan kompleks makam Syekh Mudzakir yang tampak terapung. Di antaranya, penurunan muka tanah dan naiknya muka laut akibat pemanasan global.

"Kondisi Makam Syekh Mudzakir ini banyak memiliki indikasi, satu permukaan tanahnya turun, kedua muka air lautnya juga naik dari pemanasan global," kata Arso di kantornya, Kamis (5/8).

Arso menuturkan, naiknya air laut atau rob mulai dirasakan sejak sekitar 20 tahun lalu. Reklamasi di wilayah Semarang dan Kendal disebutnya berdampak pada wilayah pesisir Demak.

"Ada yang bilang juga mungkin reklamasi-reklamasi yang ada di Semarang, di Kendal, juga imbasnya sampai ke Demak," ujarnya.

Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah di wilayah pesisir, pihaknya pun sudah melakukan berbagai penanganan. Salah satunya dengan menanam mangrove dengan skala besar dari wilayah Kecamatan Sayung hingga wilayah pesisir Kecamatan Wedung. Bukan cuma itu, memperketat izin penggunaan sumur bor juga dilakukan.

Duh, semoga makin banyak pihak yang sadar akan dampak pemanasan global ya, Millens? (Det/IB21/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024