BerandaHits
Senin, 24 Agu 2025 11:01

Mana yang Bikin Lebih Bahagia, Hidup Sederhana atau Punya Semuanya?

Ilustrasi: Hidup sederhana bikin banyak orang bahagia di kawasan pedesaan. (YouTube/Garut Turunan Kidul)

Ada yang menyebut bisa membeli semua barang bikin bahagia, tapi ada juga yang menyebut hidup sederhana bisa bikin lebih bahagia. Nah, penelitian berikut mengungkap mana yang benar di antara dua hal tersebut.

Inibaru.id – Di tengah gempuran iklan yang terus membujuk kita untuk “beli ini dan itu,” ternyata ada satu gaya hidup yang diam-diam justru bikin hati lebih tenang dan hidup terasa lebih bermakna, yaitu hidup sederhana.

Bukan sekadar gaya, kesederhanaan kini terbukti secara ilmiah mampu menghadirkan kebahagiaan yang lebih utuh. Bukan cuma soal senyum di wajah, tapi juga ketenangan batin, relasi yang sehat, hingga hidup yang terasa lebih “hidup.”

Bahagia Bukan dari Belanja

Sebuah penelitian dari University of Otago, Selandia Baru, mengungkap hal menarik, yaitu orang yang secara sadar memilih gaya hidup sederhana justru melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dibanding mereka yang mengejar harta dan status sosial.

Peneliti utama, Profesor Rob Aitken menyebut bahwa hidup sederhana bukan berarti hidup miskin. Kesederhanaan yang dimaksud adalah gaya hidup yang lebih sadar seperti membeli barang seperlunya, memperbaiki barang alih-alih langsung menggantinya dengan yang baru, menggunakan produk lokal, hingga berbagi alat atau fasilitas dengan tetangga.

Dari luar terlihat “biasa”, tapi justru di situlah kebahagiaan lahir.

Dua Wajah Bahagia: Nyaman dan Bermakna

Ilustrasi: Hidup sederhana bisa bikin bahagia. (Dompet Dhuafa)

Riset yang diungkap oleh Kompas, Selasa (19/8/2025) ini juga membedakan dua jenis kebahagiaan. Yang pertama adalah hedonic wellbeing alias perasaan puas dan senang. Yang kedua adalah eudaimonic wellbeing alias perasaan bahwa hidup ini punya arah dan nilai.

Gaya hidup sederhana ternyata bisa membuatmu merasakan keduanya. Bukan cuma karena bebas dari stres cicilan, tapi juga karena waktu dan energi bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih berharga seperti ngobrol bareng tetangga, masak bareng keluarga, ikut kegiatan sosial, atau sekadar berkebun kecil di rumah.

Ketika konsumsi nggak lagi jadi pusat hidup, kita jadi punya ruang untuk hal lain yang lebih manusiawi. Lebih dari itu, seperti kata riset tersebut, hubungan sosial, keterampilan baru, dan kontribusi terhadap komunitas bakal jadi kunci kebahagiaan jangka panjang.

Hal ini sesuai dengan pilihan yang diambil rekan kuliah saya, Galih yang memilih untuk balik ke kampungnya di kawasan Dieng, Wonosobo, untuk berkebun. Meski penghasilannya nggak sebanyak saat bekerja di kota, dia merasa hidup jadi lebih santai dan tenang.

“Kalau butuh ya beli, kalau nggak ya cukupin apa yang ada. Hidup jadi lebih tenang dan bebas stres,” ujarnya sambil membersihkan rumput liar di kebun sayur dekat rumahnya, Minggu (17/8).

Efek Baik untuk Bumi

Nggak cuma untuk diri sendiri, hidup sederhana juga berdampak baik untuk lingkungan. Di saat konsumsi masyarakat di seluruh dunia semakin menggila, gaya hidup minimalis bisa membantu menekan produksi polusi, sampah, dan kerusakan alam.

Meski begitu, tanggung jawab nggak bisa dibebankan ke individu semata. Pemerintah dan produsen juga harus menciptakan sistem yang memudahkan masyarakat hidup lebih hemat dan berkelanjutan seperti dengan memperbanyak desain produk tahan lama hingga akses perbaikan yang mudah.

Intinya sih, kalau selama ini kamu merasa hidup harus selalu naik level untuk bahagia, mungkin nggak ada salahnya untuk mulai berpikir sebaliknya. Bahagia nggak selalu datang dari barang baru, tapi dari waktu yang berkualitas, hubungan yang tulus, dan hidup yang selaras dengan nilai pribadi.

Karena terkadang, justru saat kita punya lebih sedikit, kita bisa merasakan lebih banyak. Setuju nggak nih, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: