BerandaHits
Sabtu, 14 Nov 2025 17:21

LiDAR, Cara Baru Mengintip Kehidupan Majapahit yang Hilang

Ilustrasi drone LiDAR. (via Doran)

Kemajuan teknologi LiDAR dan georadar membuka tabir baru di Trowulan. Di balik lapisan tanah yang selama ini dianggap kosong, tersingkap pola kota Majapahit yang jauh lebih teratur dan luas dari dugaan, menghadirkan peta baru tentang pusat peradaban Nusantara tersebut.

Inibaru.id - Kemajuan teknologi terus membuka tabir masa silam Nusantara. Kali ini, sinar laser dari udara dan gelombang georadar menyingkap jejak Kerajaan Majapahit yang selama berabad-abad tersembunyi di bawah tanah Trowulan. Hasil pemindaian terbaru menunjukkan bahwa kawasan yang dulu dianggap “lahan kosong” itu ternyata menyimpan pola bata, jalur struktur, hingga sisa bangunan kuno yang sama sekali tak terlihat oleh mata manusia.

Berkat teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging) dan georadar, para arkeolog menemukan petunjuk penting tentang tata kota Majapahit. Struktur yang semula tertutup tanah dan vegetasi kini muncul kembali dalam bentuk pola yang teratur, membuka dugaan bahwa Trowulan bukan sekadar situs peninggalan acak, melainkan pusat kota yang direncanakan dengan sangat matang.

LiDAR bekerja dengan memancarkan ribuan titik laser dari udara untuk membaca bentuk permukaan tanah dengan akurasi tinggi. Sementara itu, georadar (Ground Penetrating Radar/GPR) menembus lapisan bawah tanah untuk menangkap keberadaan struktur yang tak terlihat, tanpa perlu menyentuh sekop atau menggali tanah. Kolaborasi keduanya membuat gambaran kota Majapahit yang selama ini terfragmentasi menjadi lebih utuh.

Hasil pemetaan awal menunjukkan adanya pola grid, sebuah penanda kuat bahwa kota Majapahit dibangun dengan sistem perencanaan ruang yang rapi. Dugaan lama bahwa peninggalan Majapahit tersebar tanpa pola pun mulai terpatahkan. Justru, struktur-struktur yang muncul dari pemindaian memperlihatkan keterhubungan yang fungsional, seolah memperlihatkan kehidupan masyarakatnya yang terorganisasi dengan cermat.

Georadar memungkinkan mengetahui struktur di bawah tanah tanpa menggali. (Detik)

Temuan ini disebut-sebut bakal mengubah peta arkeologi Majapahit. Para arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI menemukan indikasi adanya zona permukiman bangsawan, jalur prosesi kerajaan, hingga struktur keagamaan yang selama ini belum pernah terekskavasi. Area di sekitar Segaran dan Kedaton bahkan memperlihatkan pola bata besar yang diduga milik kompleks bangunan monumental.

Dengan temuan tersebut, penelitian Majapahit kini memasuki babak baru. Arkeolog dapat membaca peta kota kuno tanpa melakukan penggalian yang berisiko merusak struktur. “Menembus tanah tanpa menggali” kini bukan lagi sekadar konsep, melainkan metode ilmiah yang membuka jalan bagi rekonstruksi sejarah secara lebih presisi.

Teknologi ini juga membuka pintu bagi pengalaman baru dalam memahami Majapahit. Data LiDAR dan georadar sedang diolah menjadi model 3D, memungkinkan publik maupun akademisi melihat bentuk kota Majapahit secara digital. Pemerintah daerah bersama Kemendikbudristek berencana memanfaatkannya sebagai media edukasi virtual dan wisata sejarah berbasis teknologi di Trowulan.

Melalui visualisasi tersebut, masyarakat bisa menjelajah lanskap Majapahit seolah sedang berada di masa lalu—melihat bagaimana jalan-jalan dibangun, permukiman disusun, hingga bagaimana pusat spiritualitas Majapahit pernah berdiri.
Namun, inovasi ini juga membawa tantangan: bagaimana menjaga keseimbangan antara pelestarian situs sejarah dan modernisasi kawasan?

Teknologi LiDAR dan georadar menjadi contoh bahwa keduanya dapat berjalan beriringan. Pendekatan non-destruktif ini membantu menjaga keaslian struktur bawah tanah sekaligus memperkaya penelitian arkeologi dengan data yang lebih komprehensif.

Pada akhirnya, terobosan ini menegaskan bahwa Majapahit bukan hanya cerita kejayaan masa lalu. Ia adalah warisan hidup yang masih bisa dipelajari, dihayati, dan dikembangkan dengan sentuhan teknologi masa kini. Dengan pemetaan ulang ini, Trowulan kembali bersuara, mengajak kita melihat sejarah bukan sebagai artefak, tetapi sebagai lanskap peradaban yang terus memberi inspirasi. Duh, nggak sabar lihat hasilnya deh, Gez! Kamu juga? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: