BerandaHits
Kamis, 14 Agu 2024 19:54

Lebih Dalam Mengenal Zona Megathrust yang Bisa Memicu Gempa Besar di Indonesia

Peta zona megathrust di Indonesia dan potensi maksimal gempa yang bisa diciptakan. (BMKG)

Peringatan BMKG terkait adanya kemungkinan gempa besar muncul di dua zona megathrust di Samudra Hindia bikin heboh banyak orang. Memangnya, bakal sebentar lagi terjadi?

Inibaru.id – Sebagai warga negara yang ada di cincin api dunia, sudah seharusnya kita nggak kaget saat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut ada potensi gempa megathrust dengan kekuatan besar yang akan melanda Indonesia. Bukan bermaksud menakut-nakuti, ungkapan tersebut justru bisa jadi titik awal bagi kita untuk lebih waspada dan melakukan mitigasi.

Semenjak gempa dan tsunami Aceh pada 2004, tercatat Indonesia sudah mengalami beberapa tsunami yang dipicu gempa besar, yaitu yang terjadi di Pangandaran pada 2006, Kepulauan Mentawai pada 2010, dan tsunami Palu pada 2018. Hanya tsunami Selat Sunda pada 2018 yang dipicu letusan Anak Krakatau.

Melihat rentang waktu terjadinya gempa-gempa besar yang memicu tsunami di Tanah Air yang nggak begitu lama, wajar jika BMKG mengeluarkan peringatan ini. Mereka meminta kita untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya gempa besar di Megathrust Selat Sunda yang bisa mencapai kekuatan 8,7 M dan gempa di Megathrust Mentawai – Siberut yang bisa mencapai kekuatan 8,9 M.

“Bisa dikatakan kedua segmen ini tinggal menunggu waktu saja menyebabkan gempa besar karena di segmen tersebut, sudah ratusan tahun nggak terjadi gempa besar,” ucap Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Tapi, sebenarnya, kamu sudah mengerti belum dengan makna dari gempa megathrust? Jadi begini, sebenarnya gempa ini terjadi pada zona megathurst di mana kerak benua atau continental crust bertemu dengan kerak samudera atau oceanic thrust. Nah, khusus untuk dua segmen megathrust yang dibahas Daryono, ada di sisi barat daya Indonesia atau di Samudra Hindia. Di sanalah, lempeng benua Indo – Australia dan Eurasia menunjam ke bawah lempeng Pulau Jawa.

Indonesia termasuk dalam negara yang rawan gempa dan tsunami. (Wikipedia/U.S. Navy photo by Photographer's Mate 3rd Class Jacob J. Kirk)

Gesekan antar-lempeng yang ada di kedalaman kurang 45-50 kilometer dari permukaan bumi ini terjadi terus-menerus menyebabkan tegangan alias stres. Lambat laun, tegangan terlepas dan bisa memicu hentakan tiba-tiba yang menyebabkan kemunculan gempa dengan kekuatan besar.

Di Indonesia selain kedua segmen yang dibahas, ada sejumlah zona megathrust lain yang juga bisa menyebabkan gempa besar di Tanah Air. Segmen-segmen tersebut jika diurut dari ujung barat Indonesia adalah Aceh – Andaman, Nias – Simeulue, Kepulauan Batu, Mentawai – Siberut, Mentawai – Pagai, Enggano, Selat Sunda (Banten), samudra di selatan Jawa Barat, samudra di selatan Jawa Tengah – Jawa Timur, samudra di selatan Bali, samudra di Selatan NTB, dan Samudra di selatan NTT.

Segmen zona megathrust lain yang ada di Indonesia timur adalah di Laut Banda Selatan dan Laut Banda Utara serta di utara Papua. Sementara itu, di sisi timur laut Indonesia juga ada segmen megathrust lainnya, yaitu utara Sulawesi serta Subduksi Lempeng Laut Filipina.

Tapi, apakah peringatan BMKG berarti bakal ada gempa besar dalam waktu dekat ini? Kalau soal itu, yang namanya gempa nggak ada yang bisa memprediksi. Kekuatan gempa yang bakal terjadi juga belum tentu mencapai perkiraan terkuatnya. Yang pasti, peringatan BMKG harus jadi peringatan bagi siapa saja, khususnya yang ada di zona rentan gempa dan tsunami untuk bersiap.

Persiapannya bisa berupa pengetahuan mitigasi bencana yang lebih baik, pembangunan bangunan tahan gempa, memastikan kelayakan zona evakuasi tsunami, dan lain-lain. Jadi, alih-alih berpikir bahwa peringatan ini untuk menakut-nakuti, kita ambil sisi lain agar kita jadi lebih siap menghadapinya jika memang benar-benar terjadi. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024