BerandaHits
Senin, 28 Apr 2024 13:00

Konon, Carok Madura Muncul Gara-Gara Penjajahan Belanda

Ilustrasi: Carok Madura. (Jawapos/David Atkinson)

Awalnya, carok ternyata adalah wujud perjuangan masyarakat Madura melawan penjajah Belanda. Sayangnya, makna carok kini bergeser menjadi pertarungan untuk menyelesaikan sengketa.

Inibaru.id – Salah satu hal yang cukup mengerikan di Madura, Jawa Timur adalah adanya carok. Maklum, carok di Madura nggak jarang sampai memakan korban jiwa atau bahkan luka berat, lo. Penasaran nggak sebenarnya sejak kapan atau bagaimana sih sejarah dari carok di Madura ini?

Asal kamu tahu saja, jika menilik Bahasa Kawi Kuno, kata “carok” bermakna “perkelahian”. Tapi, di Madura, seringkali carok dilakukan dengan senjata tajam seperti celurit. Perkelahian dengan senjata tajam inilah yang kemudian berujung pada kematian, Millens.

O ya, carok nggak hanya dilakukan satu orang saja, lo. Dalam banyak kasus, carok bisa dilakukan oleh sejumlah anggota keluarga atau kelompok. Oleh karena itulah, bukan hal aneh melihat korban satu kejadian carok bisa cukup banyak.

Jika kita menilik jurnal berjudul Intelektiva yang dirilis pada November 2021, ada satu hal yang membuat carok masih sering terjadi di Madura hingga sekarang, yaitu keteguhannya memegang prinsip “katambeng pote mata ango’a poteya tolang.

Jika diartikan dalam Bahasa Jawa, maknanya adalah “Alih-alih menanggung malu, lebih baik terkapar di tanah.” Ditambah dengan adanya kecenderungan orang Madura yang bakal mati-matian membela atau mempertahankan harga dirinya. Carok pun kerap dijadikan solusi jika ada masalah yang menyangkut harkat dan martabat. Apalagi jika tidak ada kesepakatan yang ditemui meski pihak yang bersengketa sudah saling bertemu.

Carok Madura kerap memakan korban. (Shutterstock/Jan H Andersen)

Jika menilik sejarah, pada abad ke-12, masyarakat Madura ternyata belum mengenal Carok, lo. Padahal, kala itu Kerajaan Madura cukup berjaya di bawah pemerintahan Prabu Cakraningrat. Hingga abad ke-17, tepatnya saat Madura dipimpin oleh Panembahan Semolo, istilah carok juga belum dikenal. Tapi, tatkala Belanda mulai menguasai Madura pada abad tersebut, perlahan-lahan carok mulai dikenal masyarakat Madura.

Konon, carok kali pertama terjadi di antara Sakera, seorang mandor pabrik gula Belanda di Madura yang dibantu oleh Brodin dengan Markasan serta Carik Kembang. Selain Sakera,orang yang terlibat dalam carok ini adalah antek Belanda, Millens.

Alasan dari perkelahian ini adalah saat Belanda mengutus Carik Kembang untuk membebaskan lahan agar pabrik gula yang mereka urus semakin besar dan maju. Sayangnya, biaya pembebasan lahan warga terlalu murah dan sewenang-wenang sehingga membuat sejumlah warga geram.

Sakera adalah salah satu warga yang geram tersebut. Dia berkali-kali memprotes dan menghalangi aksi Carik Kembang. Pada akhirnya, Sakera pun dilaporkan ke Belanda. Pihak kolonial kemudian mengutus seorang preman bernama Markasan untuk menyingkirkan Sakera.

Pertarungan antara Markasan dan Carik Kembang melawan Sakera dan Brodin berlangsung sengit. Senjata pun digunakan oleh kedua pihak. Pihak Sakera berhasil memenangi pertarungan. Tapi pada akhirnya siasat penjajah mampu membuatnya tertangkap dan dihukum gantung.

Cerita perjuangan Sakera dalam membela rakyat Madura tetap membekas. Carok pun dianggap sebagai wujud perjuangan melawan penjajah. Tapi, setelah Indonesia merdeka, carok nggak lagi menjadi simbol perjuangan, melainkan cara untuk membela harga diri saat terjadi sengketa atau masalah. Dari itulah, carok kemudian muncul dan sering terjadi hingga sekarang.

Nggak nyangka ya, Millens. Ternyata carok di Madura juga terkait dengan zaman penjajahan Belanda. (Arie WIdodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bongkoroti, Salah Satu Penganan Langka di 'Pasar Kuliner Jadul' di Taman Menara Kudus

15 Jan 2025

Sekilas tentang Prompt Engineer, Profesi Anyar yang Muncul dari Perkembangan AI

15 Jan 2025

Kritik Rakyat adalah Hak, Permintaan Maaf adalah Kewajiban Pejabat yang Kelakuannya Nggak Patut

15 Jan 2025

Si-Manis Mart, Inovasi Stabilitas Harga di Jawa Tengah

15 Jan 2025

Uniknya Asal-usul Penamaan Desa Gamer di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

15 Jan 2025

Cegah Bunuh Diri, Kafe di Jepang Sediakan Peti Mati untuk Merenung

15 Jan 2025

Meracik Rujak Mitoni di Batang, Kaya Rasa dengan Buah-buahan Belasan Macam

15 Jan 2025

Ipda Bakti Relakan Tabungan Haji Jadi TPA, Wujud Pengabdian Polisi kepada Masyarakat

15 Jan 2025

Buka Sampai Tengah Malam, Nasi Kuning Mbah Jo Yogyakarta Selalu Dijejali Pelanggan

16 Jan 2025

Sepakat Berdamai setelah Seteru Sengit Antara PP dan GRIB Jaya di Blora

16 Jan 2025

Gambaran Keindahan Kepulauan Canaria di Spanyol pada Film 'Killing Crabs'

16 Jan 2025

Kata Orang Tua Siswa tentang Penjual Jajanan di Sekolah

16 Jan 2025

Mulai 1 Februari, KA Sancaka Utara 'Comeback' dengan Relasi Diperpanjang hingga Cilacap

16 Jan 2025

Menghadapi Dilema Bekal vs Jajanan di Sekolah; Bagaimana Sikap Orang Tua?

16 Jan 2025

Rujak Mitoni dan Tradisi 'Gender Reveal' di Batang

16 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025