Inibaru.id - Meski masih bisa datang ke tempat kerjanya di kawasan Jalan Pemuda, Kota Semarang, Ranto mengaku mulai kewalahan dengan repotnya perjalanan dari rumahnya di Kecamatan Genuk.
Memang, banjir di Kota Semarang mulai berkurang dan kawasan rumahnya nggak pernah terendam. Tapi, setiap kali perjalanan berangkat dan pulang, dia khawatir bakal terjebak kemacetan parah karena banyak pengendara memilih jalan lain yang nggak terendam banjir.
Soalnya, di sejumlah lokasi yang kerap dia lewati, seperti terowongan USM, misalnya, bisa dengan mudah banjir jika hujan deras turun. Orang-orang yang terbiasa memakai sepeda motor sepertinya jelas nggak akan lewat jalan tersebut saat hal itu terjadi.
"Pas Selasa, (27/10/2025) kemarin, saya sampai harus memutar lewat Jalan Majapahit. Itu pun di sana terkena kemacetan karena perbaikan jalan. Saya sampai telat masuk kantor. Sejak itu sampai sekarang, sebelum berangkat dan pulang kerja, saya berkali-kali mengecek CCTV jalan di Kota Semarang dan kondisi kemacetan di Google Maps hanya demi menentukan jalan mana yang bisa saya lalui. Kalau sudah tahu kabar hujan, was-was saya," ucapnya pada Kamis (30/10).
Beda dengan Ranto yang masih bisa menemukan solusi berupa jalanan yang bebas banjir, selama hampir sepekan, Anggraini yang bekerja di sebuah pabrik di Kawasan Industri Terboyo mau nggak mau menumpang truk untuk mencapai tempat kerjanya. Sesampainya di lokasi tempat kerjanya pun, dia masih harus berjibaku dengan genangan air.
"Sudah sejak beberapa tahun belakangan ya kalau banjir atau rob numpang truk dengan puluhan pekerja lain. Bukan hal aneh kalau alas kaki atau sebagian celana basah dan tetap kita gunakan untuk bekerja. Mau gimana lagi. Tapi jujur saya heran, ini baru Oktober kok sudah seperti ini hujan dan banjirnya, biasanya kan mepet di pergantian tahun," keluhnya.
Mereka dan banyak pekerja lain di Kota Semarang memang menemukan cara untuk tetap bisa beraktivitas meski kerepotan. Tapi, tetap saja, mereka berharap pemerintah bisa mencari solusi atas masalah ini.
"Kemarin sih baca-baca katanya dari DPU sudah menerjunkan tim untuk membersihkan kanal dan drainase, ada juga tambahan pompa air. Tapi ada kemungkinan kan kalau hujan lebat lagi, apalagi ketambahan rob, banjir bisa datang lagi," ucap Ranto yang mengaku sudah mempertimbangkan menjual rumahnya dan pindah ke kawasan bebas banjir di Kota Semarang.
Pemerintah Kota dan Pemprov memang nggak tinggal diam dengan hal ini. Pembangunan tanggul laut alias Giant Sea Wall terus diusahakan agar bisa cepat selesai. Bahkan, Gubernur Jateng Ahmad Luthfi menyebut pihaknya bekerja sama dengan BMKG untuk memodifikasi cuaca agar hujan yang turun di Kota Semarang dikendalikan.
Tapi, realitanya kita memang sudah memasuki musim hujan. Apalagi, biasanya puncak musim hujan baru datang setelah pergantian tahun. Bisa jadi, pemerintah harus melakukan usaha ekstra untuk mengatasi masalah ini.
Lebih dari itu, para pekerja seperti Ranto dan Anggraini sepertinya juga harus lebih waspada, dan melakukan usaha ekstra jika di kemudian hari, banjir datang lagi dan membuat aktivitas mereka terganggu. (Arie Widodo/E07)
