Perasaan iri dan dengki adalah bagian alami dari emosi manusia. Melihat orang lain lebih maju atau memiliki pencapaian yang lebih besar sering kali memunculkan perasaan kurang nyaman dalam diri kita. Ini adalah respons yang wajar, karena manusia cenderung membandingkan diri dengan orang lain.

Namun, yang membedakan adalah bagaimana kita mengelola perasaan tersebut. Iri yang terkelola dengan baik bisa menjadi motivasi untuk berkembang, sementara iri yang dibiarkan berlarut-larut dapat berubah menjadi dengki, yaitu keinginan agar orang lain kehilangan apa yang mereka miliki.

Bahaya Jika Iri dan Dengki Nggak Dikendalikan

Jika rasa iri dibiarkan tumbuh menjadi kebencian, hal ini bisa membawa dampak negatif, seperti:

- Menurunkan rasa percaya diri– Terlalu fokus pada keberhasilan orang lain membuat kita lupa menghargai pencapaian sendiri.

- Memicu tindakan negatif – Dengki bisa membuat seseorang menyusun rencana buruk, seperti menyebarkan fitnah, merendahkan orang lain, atau bahkan berusaha menjatuhkan mereka.

- Merusak hubungan sosial – Perasaan iri dan dengki yang nggak terkendali bisa merusak hubungan dengan teman, saudara, atau kolega karena munculnya sikap permusuhan.

Agar nggak terjebak dalam siklus iri dan dengki yang merusak, berikut beberapa cara untuk mengelolanya:

1. Sadari Bahwa Setiap Orang Punya Perjalanan Masing-Masing – Kesuksesan seseorang bukan berarti kegagalan bagi kita. Setiap orang memiliki jalannya sendiri dan waktunya masing-masing.

2. Fokus pada Diri Sendiri – Daripada sibuk membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus pada peningkatan diri dan pencapaian pribadi.

3. Bersyukur atas Apa yang Dimiliki – Menghargai apa yang telah kita capai dapat membantu mengurangi rasa iri dan membuat kita lebih bahagia.

4. Gunakan sebagai Motivasi – Alih-alih merasa terpuruk, gunakan keberhasilan orang lain sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan sendiri.

5. Jaga Lingkungan Pertemanan yang Positif – Berada di lingkungan yang mendukung dan saling memotivasi dapat membantu kita tetap berpikir positif.

Iri dan dengki saat reuni adalah perasaan yang wajar, tetapi harus dikendalikan agar tidak berubah menjadi kebencian yang merusak. Alih-alih terjebak dalam perasaan negatif, kita bisa menjadikannya sebagai motivasi untuk berkembang dan fokus pada kebahagiaan diri sendiri. 

Lebaran dan reuni seharusnya menjadi momen penuh kebersamaan, bukan ajang untuk menumbuhkan persaingan yang nggak sehat. Hm, semoga acara kumpul-kumpulmu tetap menyenangkan sehingga menjadi acara tahunan yang dirindukan ya, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Lebaran nggak hanya menjadi momen silaturahmi, tetapi juga ajang reuni, baik di kalangan alumni sekolah maupun keluarga besar. Saat bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, perasaan campur aduk bisa muncul.

Salah satunya adalah iri dan dengki ketika melihat teman atau saudara yang terlihat lebih sukses atau memiliki kehidupan yang lebih baik.

Iri dan dengki adalah perasaan manusiawi, tetapi jika dibiarkan, bisa berubah menjadi kebencian yang merusak. Bagaimana cara mengelolanya agar tetap positif?

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

Berdasarkan penelitian yang dipimpin
oleh Profesor Qinghua Guo dari Institute of Remote Sensing and Geographic
Information System dari Peking University ini, Tiongkok mempunyai pohon
sebanyak 142,6 miliar. Artinya, dengan jumlah penduduk mencapai 1 miliar orang, tiap orang di sana punya 100 pohon.

Oya, penelitian ini dilakukan untuk mengecek kondisi ekosistem
hutan di Tiongkok guna memperkirakan jumlah karbon yang nantinya diserap
oleh pohon-pohon tersebut. Perkiraan inilah yang bisa jadi patokan
Tiongkok untuk merespons perubahan iklim serta memulihkan ekosistem berkelanjutan.

“Kami juga diminta untuk membuat
peta yang detail terkait dengan distribusi pohon di Tiongkok. Bisa dikatakan,
ini adalah untuk kali pertama pemetaan kepadatan pohon di Tiongkok dilakukan,”
ujar Guo sebagaimana dinukil dari Live Science.

Lantas, bagaimana cara mereka
menghitung pohon di wilayah sebanyak ini? Selain memakai teknik Lidar360 atau pemetaan berbasis laser yang menggunakan cahaya serta pengukuran jarak, para peneliti juga memakai pesawat nirawak sejak 2015 untuk mengkover wilayah yang luas di Tiongkok.

Dari data itulah, jumlah pohon bisa
diperkirakan, lengkap dengan pemetaan lokasi di mana pohon-pohon tersebut terkumpul. Hasil dari penelitian ini kemudian dipublikasikan pada 6 Februari 2025
lalu di laman jurnal internasional Tiongkok,&nbsp;Science Bulletin.

“Meski sudah memakai Lidar360, kami
masih mengalami masalah dalam akurasi jumlah pohon karena di hutan yang padat
dan rapat, terkadang ada pohon-pohon kecil yang nggak bisa kita lihat karena
tertutup pohon yang lebih tinggi,” terang Guo mengakui kelemahan dari
penelitiannya.

Hasil penelitian ini
diharapkan bakal semakin mendukung program Great Green Wall yang dicanangkan
pemerintah Tiongkok sejak 1978 lalu. Program ini dibuat demi meningkatkan
jumlah pohon di negara tersebut. Targetnya, bakal ada 100 miliar pohon di Great Green Wall tersebut pada 2050.

Kalau di Indonesia, selain merespons perubahan iklim, pemetaan pohon ini mungkin bisa menjadi upaya untuk menyikapi maraknya pembalakan liar dan alih fungsi hutan juga, ya?&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Menghitung jumlah pohon di sebuah kawasan sudah sulit, apalagi di sebuah negara? Terlebih, negara itu adalah Tiongkok yang memiliki wilayah terluas ketiga dunia dengan total&nbsp;9.326.410 kilometer persegi.

Sedikit informasi, daratan Tiongkok berukuran empat kali lipat dari luas wilayah Indonesia. Mengukur pepohonan yang tumbuh di atasnya tentu menjadi pekerjaan yang sulit.&nbsp;Namun, hal ini rupanya benar-benar bisa dilakukan oleh
ilmuwan dari negeri yang menjadi tanah kelahiran panda tersebut.

Sudah dilaporkan dalam bentuk jurnal, penelitian yang dilakukan ilmuan Tiongkok dalam upaya merespons perubahan iklim ini fokus menghitung jumlah pohon untuk memetakan serapan karbon di negaranya.

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

Iris yang diperankan oleh Sophie Tatcher&nbsp;diciptakan untuk menjadi pendamping bagi orang yang belum memiliki pasangan. Iris dibekali dengan memori yang
membuatnya seakan-akan punya kenangan, misalnya tentang pertemuannya dengan Josh (Jack Quaid) yang dia dampingi.

Iris yang nggak mengetahui jati dirinya sebagai robot kemudian dimodifikasi Josh untuk membunuh Sergei. Sergei adalah teman Josh. Dia dihabisi agar Josh bisa menguasai uang tabungannya sebesar 12
juta dollar. 

Begitu Sergei berhasil dieksekusi, barulah Josh mengatakan bahwa Iris sejatinya bukanlah manusia, melainkan sebuah
robot. Dia adalah&nbsp;robot "companion", yang dibuat sebagai pendamping manusia, dalam hal ini adalah Josh.

Iris yang jatuh cinta pada Josh tentu saja merasa
dikhianati. Terlebih, terkuak fakta bahwa nantinya Iris akan dijadikan sebagai kambing hitam atas kematian Sergei. Josh berencana melaporkan tindakan Iris
sebagai sebuah "kesalahan program" agar kematian itu nggak dicurigai pihak berwajib.

Dengan segala keterbatasan, termasuk kemungkinan
dimatikan tiba-tiba oleh alat pengendali yang dimiliki Josh, Iris berniat kabur agar
nggak dijadikan kambing hitam. Nah, perjuangan Iris melawan kesewenangan Josh
inilah yang jadi inti cerita dari film tersebut.

Lantas, apakah Iris pada akhirnya bisa terbebas dari semua
masalah ini? Kalau soal ini, kamu harus nonton sendiri ya untuk mengetahuinya.
Yang pasti, film berdurasi 97 menit ini nggak akan bikin kamu bosan karena plotnya cukup menarik.

Inilah yang membuat rating Companion di situs Rotten Tomatoes
cukup tinggi, yaitu 94 persen. Bisa dikatakan, film ini memang disukai banyak
orang.

Buat kamu yang butuh hiburan selama libur Lebaran ini, nggak
ada salahnya menonton film Companion. Selamat menikmati!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Sudah ada beberapa film yang menunjukkan
tentang konflik antara manusia dan robot. Di Ex Machina (2014), misalnya,
sebuah robot melakukan aksi tipu daya ke manusia agar terbebas dari laboratorium
yang jadi lokasi pembuatannya.

Nah, pada film Companion yang dirilis pada
31 Januari 2025 lalu, situasi yang terjadi justru sebaliknya, yakni tentang sesosok robot yang dikhianati manusia. Saat ini, film besutan Drew
Hancock itu bisa kamu tonton di layanan streaming berbayar Apple TV.

Sebagaimana Ex Machina, robot dalam Companion juga berwujud dan berperilaku laiknya perempuan. Bedanya, Iris yang merupakan nama robot dalam Companion nggak menyadari bahwa dirinya adalah seorang robot.

Film Companion sebenarnya punya plot yang sederhana, yaitu konflik antara manusia dan robot. Tapi, kesederhanaan ini dikemas dengan cerita yang membuatnya seru.

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

Berdasarkan sejarah, roti jala merupakan adaptasi dari
kuliner India yang dikenal sebagai roti prata, Millens. Menurut Suarausu
(15/7/2022), dulu, para pedagang India yang datang ke wilayah Melayu nggak
hanya membawa barang dagangan, tapi juga budaya dan kuliner mereka.

Budaya dan
makanan inilah yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat setempat, termasuk roti jala.
Jika diamati, pengaruh budaya India ini sangat kentara yaitu
penggunaan kari sebagai pendamping roti jala.

Dinamakan "roti jala" karena bentuknya yang
menyerupai jala atau jaring nelayan. Melansir Goodnewsfromindonesia
(10/3/2025), hal ini diilhami dari pekerjaan mayoritas masyarakat Melayu di
daerah pesisir kala itu.

Sementara itu, warna kuning pada roti jala menggambarkan
warna jala yang digunakan oleh nelayan di sungai Johor pada masa lalu, yang terbuat
dari benang berwarna kuning atau jingga. 

Di negeri asalnya, India, roti jala (roti prata) bercita rasa
asin. Namun, kebanyakan yang dijual di Indonesia memiliki rasa manis karena
disuguhkan bersama saus kinca. Itu sebabnya, roti jala sangat pas dijadikan
menu takjil.

Kalau tertarik mencobanya, kamu nggak harus beli kok Kamu
bisa membuatnya sendiri di rumah dengan bahan yang sederhana.

Roti jala terbuat dari campuran tepung terigu, telur,
santan, dan sedikit garam. Adonan ini kemudian dibentuk sehingga menyerupai pola jala atau jaring tipis. Setelah matang, roti jala
biasanya disajikan dengan kuah kari kental yang gurih atau saus kinca yang
manis.

Dengan sejarah yang kaya dan makna budaya yang dalam, roti
jala nggak hanya menjadi hidangan lezat tetapi juga simbol identitas dan
warisan kuliner masyarakat Melayu. Apa kamu juga suka makan roti jala, Millens?
Pilih rasa gurih atau manis nih? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id – Salah satu makanan yang banyak ditemukan
ketika Ramadan adalah Roti Jala. Roti jala adalah makanan khas masyarakat
Melayu yang populer di wilayah seperti Johor, Semenanjung Malaysia, Sumatra
Utara, dan Kepulauan Riau.

Hidangan ini biasanya disajikan bersama kuah kari, seperti
kari ayam atau kambing, dan sering ditemukan saat acara-acara istimewa atau
perayaan tertentu.

Hidangan ini nggak hanya lezat tetapi juga mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir yang erat kaitannya dengan laut. Biasanya disajikan dengan kuah kari, roti jala menjadi bagian penting dari tradisi kuliner di Malaysia, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau.

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

“Bahkan jika dibandingkan Kamis biasanya, di luar Ruwah atau
jelang Lebaran, harga mawar bisa lebih dari Rp50 ribu. Ini agak mengherankan
karena pada Kamis (20/3) lalu juga mawar hanya laku Rp10 ribu per keranjang.
Padahal, biasanya permintaan mawar meningkat untuk keperluan nyekar di
Kamis sore,” keluh Umi, salah seorang petani mawar dari Sumowono, Kabupaten
Semarang.

Layaknya kebanyakan petani di daerah tempat tinggalnya, Umi
sudah melakukan pruning dan perawatan lainnya terhadap mawar di ladangnya agar bisa mekar
maksimal sejak seminggu jelang Lebaran. Alasannya, tentu saja karena pada momen
tersebut, harga jual mawar petik bisa meningkat berkali-kali lipat dari
biasanya.

Jelang Lebaran tahun lalu, misalnya, perempuan yang bisa
membawa 7-8 keranjang mawar setiap kali menjualnya di Pasar Bunga Bandungan
bisa mendapatkan harga Rp100 ribu – Rp200 ribu per keranjang. Saking banyaknya
mawar yang mekar di ladangnya, dia bahkan bisa panen 2-3 kali dalam sehari.
Makanya, keuntungan yang dia dapatkan jelang Lebaran 2024 lalu menembus jutaan rupiah.

“Keuntungan menjual mawar ini seperti THR buat kami untuk
keperluan belanja Lebaran. Makanya, kami heran kok pada tahun ini harganya
nggak sebagus tahun lalu,” ungkap adik Umi yang membawa 6 keranjang mawar,
Khoiriyah.

Keduanya kemudian berasumsi kalau pasokan mawar pada tahun
ini jauh lebih melimpah dari sebelumnya. Hukum ekonomi kemudian berlaku, jika
pasokan barang berlebih namun permintaan sama, tentu saja harga barangnya akan
turun.

“Tahun kemarin banyak mawar yang lomot alias gagal
mekar. Mungkin karena hal itu jadi harganya tinggi. Kalau sekarang, hampir
semua orang berhasil menjadikan mawarnya mekar semua,” ungkap keduanya diamini
tetangga lainnya yang hanya mendapatkan uang Rp310 ribu untuk 7 keranjang
mawar, Yani.

Meski begitu, karena mereka juga mampu memanen banyak mawar,
setidaknya mampu mengumpulkan sejumlah uang untuk keperluan belanja Lebaran.
Makanya, meski harganya nggak sebagus tahun lalu, para petani dari Sumowono tersebut
tetap bersyukur.

Apalagi, masih ada 3 hari tersisa jelang Lebaran. Mereka
berharap ada pengepul bunga dari daerah lain yang akan berdatangan ke Pasar
Bunga Bandungan. Semakin banyak pengepul yang berdatangan, harapannya bakal bikin
permintaan meningkat dan berimbas pada harga mawar jauh lebih mahal dari harga sekarang.

Semoga saja harapan tentang harga mawar ini beneran kejadian
ya, Millens. Jadi, para petani ini bisa berlebaran dengan senyum secantik
mawar yang mereka rawat selama ini. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Harapan warga Bandungan dan Sumowono
mendapatkan harga jual mawar petik yang mahal pada Kamis (27/3/2025) pagi,
pupus. Meski banyak orang sudah berdatangan ke Pasar Bunga Bandungan sejak
pukul 04.30 WIB, harga mawar yang kebanyakan dipanen sejak pukul 02.00 WIB
tersebut nggak pernah menembus Rp50 ribu per keranjang.

Padahal, hari ini sudah H-4 Lebaran. Pada tahun-tahun
sebelumnya, sejak H-5 Lebaran, harga mawar petik sudah berangsur naik dan
biasanya mulai menyentuh angka Rp70 ribuan – Rp100 ribuan per keranjang. Warga
yang mengharapkan keuntungan dari penjualan mawar untuk bisa membeli banyak
keperluan Lebaran pun mulai resah.

Hingga H-4 Lebaran, harga mawar dari tangan petani yang dijual di Pasar Bunga Bandungan hanya laku kurang dari Rp50 ribu per keranjang. Padahal, pada masa yang sama Lebaran 2024, harganya bisa jauh lebih mahal. Apa penyebabnya?

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

Tapi, musim hujan tahun ini beda. Semenjak musim hujan
datang di Indonesia pada November 2024, intensitas hujan langsung tinggi
sehingga menyebabkan datangnya sejumlah bencana alam seperti banjir, angin
kencang, tanah longsor, hingga sambaran petir. Hal inilah yang jadi perhatian
peneliti di bidang klimatologi dan perubahan iklim dari Research Center for
Climate and Atmosphere Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Erma
Yulihastin.

Di akun X (dulu Twitter) miliknya yang kerap mengunggah
informasi terkait dengan cuaca dan perubahan iklim, Erma mencuit saran bagi siapa
saja untuk nggak melakukan pendakian gunung dulu sampai akhir tahun 2024, Millens.

“Naik gunung hindari dulu hingga akhir tahun. Kecuali
naik gunungnya cepat dan pastikan jam 11 sudah turun lagi (biar tidak
kehujanan),” saran Erma di akun @EYulihastin pada Rabu (25/12/2024) pukul
06.41 WIB.

Andaipun memang pengin banget mendaki gunung, Erma menyarankan
siapa saja untuk rutin mengecek prediksi cuaca harian. Maklum, hingga momen
pergantian tahun nanti, ada kemungkinan hujan deras selalu turun pada sore,
malam, hingga pagi hari, khususnya di Jawa dan Bali.

“Jawa, Bali, dan beberapa wilayah Sumatra perlu waspada
cuaca ekstrem,” saran Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Dwikorita Karnawati pada Kamis (19/12).

Nggak hanya mereka yang hobi mendaki, kamu yang sedang
liburan juga perlu mewaspadai hal yang sama agar nggak mudah jatuh sakit atau
mengalami insiden. Kamu juga diminta untuk rutin mengecek perkembangan cuaca
dari BMKG, deh.

Pakar sudah berbicara. Jika kita menilik kondisi cuaca
belakangan ini juga, wajar jika mereka memberikan saran yang sama. Jadi, ada
baiknya kita memang mengikuti saran mereka untuk nggak naik gunung
dulu di momentum Tahun Baru dan selalu waspada saat libur Nataru ini, ya, Millens!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Selain saat hari ulang tahun (HUT) RI
yang selalu dirayakan pada 17 Agustus, ada waktu lain di mana banyak orang
mendaki gunung, yaitu pada pergantian tahun. Tapi, khusus untuk pergantian
tahun ini, para ahli justru nggak menyarankan siapa saja untuk melakukannya
karena masih adanya cuaca ekstrem.

Meski bukan hal aneh melihat hujan turun di Tahun Baru,
nyatanya minat orang untuk mendaki gunung pada momentum tersebut nggak pernah
surut. Bahkan, seringkali puncak gunung dijejali manusia yang pengin melihat
matahari pertama pada Tahun Baru.

Tertarik mendaki gunung saat pergantian tahun? Ada baiknya kamu berpikir dua kali jika pengin melakukannya karena sejumlah pakar menyebut adanya potensi cuaca ekstrem, Millens.

Peneliti BRIN: Hindari Naik Gunung Dulu Hingga Akhir Tahun

Kalau memang sangat berat, kok bisa nggak jatuh tertarik
gravitasi bumi? Terkait hal ini, kita kenali dulu bagaimana awan terbentuk,
yaitu dari penguapan air yang ada di daratan seperti sungai, danau, atau air
laut. 

Semakin ke atas, uap air ini mendingin dan membuat
kelembapan nisbi-nya naik. Tatkala kelembapan nisbi mendekati angka 100, uap
air ini kemudian berubah menjadi tetes awan dengan ukuran jari-jari 5 sampai 20
mm. Kecil banget, ya? Tapi jumlahnya sangat banyak dan kemudian membentuk awan.


Meski awan tersebut sangat berat, nggak sepadat udara yang
ada di bawahnya. Hal ini bikin awan nggak mudah ditarik ke bawah oleh gravitasi
bumi. Tapi, tatkala penguapan terus terjadi dan pembentukan titik awan semakin
banyak, awan jadi semakin padat dan berat. Tatkala kepadatannya sudah menyamai
udara di bawahnya, maka awan yang berat ini akhirnya bisa ditarik jatuh oleh
gravitasi.

Perbedaan suhu yang signifikan di antara langit yang tinggi
dengan udara yang ada di dekat permukaan bumi bikin partikel air yang sangat
dingin dan terkadang sampai membeku kemudian berubah jadi tetesan air. Saat itulah
hujan kemudian turun.

Gimana, sekarang sudah mengerti kan mengapa awan yang
ternyata sangat berat itu bisa terus melayang terbang di langit, Millens? (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Setelah
suhu panas bikin banyak orang kegerahan di akhir Oktober, musim hujan akhirnya
tiba pada awal November. Langit yang sebelumnya biasanya cerah kebiruan kini
lebih banyak yang ditutupi awan. Tapi, omong-omong, awan yang terbang di langit
itu kok bisa ya membawa air hujan dalam jumlah cukup banyak dan nggak jatuh?

Logikanya, air nggak bisa terbang apalagi mengambang di
udara. Memang, setiap kali hujan, air bakalan jatuh karena tarikan gravitasi. Tapi,
saat berada di awan, kok bisa sih air ini terus terbang di ketinggian. Apa
rahasianya, ya?

Jadi begini, awan itu berbeda dengan asap meski sama-sama
bisa terbang di ketinggian. Awan sebenarnya adalah kumpulan dari
partikel-partikel air yang berasal dari penguapan air atau benda-benda lainnya
yang berada di bawah titik embun. Karena alasan inilah, sebenarnya awan yang
ada di langit itu sebenarnya sangat berat. Bahkan, dalam beberapa kasus awan
bisa saja memiliki berat mencapai satuan ton, lo.

Awan beda dengan asap. Ada uap air pada awan yang membuatnya bisa menurunkan air hujan. Tapi, meski cukup berat, awan kok nggak mudah jatuh ditarik gravitasi bumi, ya?

Bisa Membawa Air Hujan Berton-Ton, Kok Awan Nggak Jatuh?

FYI aja nih,
dampak dari La Nina adalah membuat suhu permukaan laut, khususnya di Samudra
Pasifik jadi lebih rendah dari normal. Hal ini kemudian memberikan dampak pada
cuaca di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara di kawasan
tropis yang nggak jauh dari Samudra Pasifik seperti Indonesia.

Nggak hanya NOAA yang memperkirakan hal ini, pihak Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia juga setali tiga uang.
Apalagi, data BMKG mengungkap bahwa sejak Agustus sampai Oktober 2024, suhu
permukaan laut di Samudra Pasifik memang terus mendingin. Kondisi ini bahkan
bisa terus terjadi sampai awal tahun depan.

“Fenomena La Nina memang terjadi di Samudra Pasifik, tapi
dampaknya akan dirasakan secara global, termasuk di Indonesia. Secara umum, yang
paling terasa di Tanah Air adalah curah hujan bulanan dan musiman,” ucap Deputi
Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Asopaheluw sebagaimana dilansir dari Kompas, Senin (21/10).

Pada Juni, Juli dan Agustus tahun ini misalnya, curah hujan
di sebagian besar wilayah Indonesia cenderung meningkat. Padahal, pada
bulan-bulan tersebut adalah puncak musim kemarau yang biasanya sangat kering.

Pada periode yang sedang kita lalui sekarang, yaitu
September, Oktober, dan November, curah hujan di wilayah tengah dan timur juga
meningkat. Di wilayah yang sama, curah hujan bahkan bisa semakin meningkat dari
Desember 2024 sampai Maret 2025 nanti, Millens

“Peningkatan curah hujan saat fenomena alam La Nina biasanya
sampai 20-40 persen lebih tinggi dari biasanya,” lanjut Ardhasena.

Lantas, bagaimana dengan curah hujan di wilayah barat dan
tengah Indonesia? Untungnya, menurut Ardhasena, pada masa puncak musim hujan,
fenomena alam ini nggak bakal menyebabkan peningkatan curah hujan di sana.

Hm, apapun itu, karena curah hujan pada musim hujan di Tanah
Air biasanya tinggi dan membuat banyak wilayah bisa sampai terkena banjir atau
bencana alam lainnya, kita harus tetap waspada, Millens!&nbsp;(Arie
Widodo/E10)

Inibaru.id – Dalam
beberapa waktu belakangan, cuaca di Indonesia perlahan berganti dari musim
kemarau ke musim hujan. Prediksi bahwa musim kemarau 2024 yang lebih basah dari
tahun-tahun sebelumnya pun terbukti. Tapi, belakangan muncul prediksi cuaca
lainnya, yaitu La Nina diperkirakan berangsur lebih lama dari perkiraan
sebelumnya, tepatnya sampai Maret 2025.

Pihak yang mengeluarkan prediksi cuaca ini adalah Badan
Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA). Dalam rilisan mereka yang dibuat pada
Senin (14/10/2024), diungkap bahwa selain pada September sampai November 2024,
fenomena alam ini diperkirakan bakal terus terjadi sampai Januari-Maret 2025.

NOAA dan BMKG menyebut La Nina berpotensi lanjut sampai Maret 2025. Apakah dampaknya bisa bikin cuaca di Indonesia, khususnya dalam hal curah hujan jadi semakin deras?

La Nina Diperkirakan Lanjut Sampai Maret 2025, Cuaca di Indonesia Bagaimana?

Tradisi ini memang rutin dilakukan pada Jumat Kliwon pada
September dan Oktober setiap tahun. Pada bulan-bulan tersebut pada tahun-tahun
sebelumnya, musim kemarau masih berlangsung dan sumber air biasanya sudah
semakin berkurang. Padahal, membutuhkan air untuk mulai kembali bercocok tanam.

Nah, Jumat Kliwon terakhir jatuh pada 20 September 2024
lalu. Pada hari itulah, warga Giripurwo menggelar tradisi ‘Jaluk Udan’
tersebut.

“Sejak Jumat Kliwon pagi, masyarakat dari Padukuhan Klampok
dan Gumbeng sudah disibukkan dengan pembuat ubo rampe untuk upacara adat ‘Jaluk
Udan’. Setelah selesai, warga membawa ubo rampe tersebut ke Andongsari, sebuah
tempat pertapaan di atas bukit,” cerita Lurah Giripurwo Supriyadi sebagaimana
dilansir dari Radarjogja, Selasa
(24/9/2024).

Sesampainya di atas bukit, sejumlah tarian tradisional
dipentaskan. Setelah itu, tokoh warga dan tokoh adat berdoa bersama untuk
meminta hujan. Warga juga ada yang berteriak ‘udan’ alias hujan sebagai simbol meminta hujan kepada Yang Maha
Kuasa.

Usai menggelar doa bersaa, warga kemudian menyantap makanan
yang sudah disiapkan, termasuk ingkung ayam dan juga kelapa muda. Makanan dan
minuman tersebut sudah didoakan oleh tokoh adat, Millens.

“Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun sejak zaman nenek
moyang. Jadi kamu perlu melestarikannya. Lebih dari itu, ini adalah cara kami
untuk meminta hujan ke Allah SWT karena selama musim kemarau, aktivitas
pertanian berhenti total. Harapan kami tentu saja hujan bisa segera turun dan
bisa kembali bertani,” lanjut Supriyadi.

Meski begitu, bukan berarti warga Giripurwo sama sekali
nggak punya solusi untuk memenuhi kebutuhan air untuk dikonsumsi, ya. Selama
ini, pemerintah setempat rutin menyediakan bantuan air bersih yang bisa dipakai
untuk minum, mandi, dan keperluan rumah tanggga lain. Sejumlah warga juga
gotong royong membeli air seharga Rp150 ribu – Rp200 ribu per tangki.

Yap, setidaknya doa yang dipanjatkan dari tradisi ‘Jaluk
Udan’ di Giripurwo, Gunungkidul, Yogyakarta ini sudah dikabulkan, ya, Millens. Hujan sudah turun di berbagai
tempat. Semoga saja aktivitas pertanian di sana bisa kembali hidup! (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Sebagaimana
prediksi BMKG pada beberapa bulan lalu, musim kemarau 2024 memang cenderung
lebih pendek dan terkadang diselingi dengan turunnya hujan. Bahkan, meski suhu
udara sempat menyengat pada pekan lalu, dalam beberapa hari terakhir hujan
sudah turun di sebagian wilayah Indonesia.

Tapi, bagi warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
yang memang dikenal punya iklim lebih kering dari wilayah lain di DIY, hujan
yang turun belum tentu semasif atau frekuensinya sesering daerah lain. Makanya,
warga Desa Giripurwo, Kapanewon Purwosari memilih untuk terus melakukan tradisi
‘Jaluk Udan’ yang bermakna ‘meminta hujan’.

Setelah kemarau panjang mematikan aktivitas bercocok tanam, warga Giripurwo, Gunungkidul menggelar tradisi 'Jaluk Udan' agar musim hujan bisa segera datang dan bisa kembali menjalankan pertanian.

Jelang Masa Tanam, Tradisi 'Jaluk Udan' di Giripurwo, Gunungkidul Digelar

“Suhu muka air laut Jawa bagian selatan cukup hangat dan
disertai dengan kelembapan udara per lapisan yang cukup tinggi, berpotensi
menyebabkan pembentukan awan konvektif di wilayah Jawa Tengah. Hal ini
menyebabkan potensi meningkatnya cuaca ekstrem seperti hujan dengan
intensitas sedang dan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
meningkat,” ungkap Yoga dalam rilisan resmi BMKG pada hari ini, Selasa (10/9).

Oleh karena itulah, meski kita baru memasuki musim hujan
dalam beberapa hari belakangan, ada baiknya kita mulai mewaspadai adanya
kemungkinan bencana hidrometeorologi layaknya banjir, pohon tumbang, sambaran
petir, hingga angin puting beliung. Apalagi jika kamu tinggal di
wilayah-wilayah yang rawan terkena bencana tersebut.

Nah, berikut adalah wilayah yang berpotensi terkena cuaca
ekstrem dalam tiga hari ini, Millens.
Simak baik-baik, ya!

Yap, melihat kondisi cuaca belakangan ini di mana langit
selalu dipenuhi dengan awan mendung, nggak ada salahnya untuk lebih waspada,
apalagi jika kamu beraktivitas di luar ruangan. Selalu jaga kesehatan juga menghadapi cuaca yang nggak menentu belakangan ini, Millens!&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Nggak
terasa di awal September 2024, musim hujan sudah datang di sebagian wilayah di
Indonesia. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, biasanya pada bulan yang sama
musim kemarau sedang mencapai puncaknya. Nah, buat kamu yang tinggal di Jawa
Tengah (Jateng), sebaiknya waspada karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisikan (BMKG) menyebut dalam tiga hari ini, yaitu 10-12 September 2024,
berpotensi dilanda cuaca ekstrem.

Hal inilah yang diungkap oleh Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad
Yani Semarang Yoga Sambodo. Kalau menurut informasi yang dia ungkap, hujan yang
turun di sebagian wilayah Jawa Tengah dalam beberapa waktu belakangan
disebabkan oleh aktifnya gelombang atmosfer Rossby Equatorial.

Nggak disangka, setelah beberapa hari turun hujan di musim yang biasanya kemarau masih berlangsung, BMKG mengeluarkan peringatan potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Di mana sajakah wilayah yang dimaksud?

Wilayah Jateng Berpotensi Kena Cuaca Ekstrem dalam 3 Hari

Mengapa begitu? Kalau kamu mengecat tembok bagian luar rumah
lalu terkena air hujan, maka cat tembok yang belum kering ini bisa luntur. Tentu
saja hasil pengecatan jadi nggak baik, bukan? Bisa dikatakan, percuma deh
mengecat bagian luar rumah saat hujan.

Beda cerita kalau kamu mengecat tembok bagian dalam rumah.
Meski hujan turun, air hujan nggak akan memercik sampai ke dalam rumah. Asalkan
jendela atau pintu ditutup mestinya.

Meski begitu, jika hujannya cukup deras dan disertai angin
kencang sehingga membuat tembok juga tersiram, bakal membuat tembok jadi lebih
lembap. Jika kamu mengecat sisi bagian dalam rumah dari tembok tersebut, maka
catnya jadi lebih lama keringnya, deh. Kamu pun bakal membutuhkan waktu lebih
lama untuk melakukan pengecatan kedua.

Khusus untuk dinding bagian luar rumah, setidaknya membutuhkan
waktu kurang lebih empat jam agar cat bisa benar-benar mengering karena
terpapar sinar matahari. Sementara itu, untuk dinding bagian dalam, membutuhkan
waktu lebih lama karena nggak terpapar sinar matahari secara langsung. Dalam beberapa
kasus, waktu yang dibutuhkan bahkan bisa seharian, Millens.

Lantas, bagaimana jika kamu hanya punya waktu luang saat musim
hujan untuk mengecat rumah?&nbsp; Karena
biasanya hujan terjadi pada sore atau malam hari, nggak ada salahnya kalau kamu
melakukan pengecatan pada pagi hari saja. 

Selain itu, kamu juga bisa mengecek prakiraan cuaca untuk
mengetahui apakah hujan akan turun atau tidak. Jika ternyata memang akan hujan
deras, kamu tentu bisa menunda pengecatan di hari lain saja. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Selain musim buah yang terus berganti,
orang Indonesia pada umumnya hanya mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Nah, karena kita sedang berada di bulan-bulan pertama tahun ini,
hujan masih cukup sering turun di berbagai tempat.

Musim hujan kerap dianggap sebagai musim pembawa berkah
karena membuat tanaman jadi lebih subur dan sumber air melimpah. Tapi, bagi
sebagian orang, musim hujan juga bisa jadi masalah, apalagi jika sampai
menyebabkan bencana alam seperti banjir hingga tanah longsor.

Bagi orang yang sedang membangun rumah atau bangunan
lainnya, musim hujan juga bisa menyebabkan kebingungan tersendiri. Hal serupa
juga bisa dialami oleh mereka yang sedang merenovasi rumah, khususnya saat
mengecat rumah. Soalnya, ada yang menyarankan kita untuk nggak mengecat rumah
saat hujan.

Kamu tahu kan kalau cat baru nggak tahan dengan air? Lantas, apakah sebaikna kita nggak mengecat rumah saat hujan?

Mengecat Rumah saat Hujan, Boleh Nggak Sih?

Saking panasnya suhu, di media sosial, sejumlah warganet
bahkan berkelakar kalau suhu panas belakangan ini muncul gara-gara doa penjual
es teh jumbo yang nggak pengin dagangannya menurun gara-gara suhu udara menurun
karena musim hujan. Tapi, tentu bukan itu penyebabnya.

Kalau menurut Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Guswanto, terjadi dinamika atmosfer yang
berpengaruh besar pada menurunnya curah hujan di Indonesia.

“Kondisi El Nino moderate dan Dipole mode positif menunjukkan
rendahnya potensi curah hujan di wilayah Indonesia,” ujar Guswanto sebagaimana
dilansir dari Kompas, Minggu
(17/12/2023).

Tapi, apakah hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim?
Kalau soal ini, deputi lain di Bidang Meteorologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan
mengiyakannya.

“Tahun 2023 ini kan tahun terpanas yang pernah tercatat
dalam sejarah bumi. Otomatis hal ini juga berpengaruh dengan suhu dan cuaca di
Indonesia yang ada di dekat garis ekuator. Nah, secara gradual atau perlahan di
wilayah tropis, efek dari pemanasan global dan perubahan iklim tentu saja
adalah kenaikan temperatur,” ujarnya sebagaimana dilansir dari Republika, Senin (18/12/2023).

Ardhasena juga mengungkap bahwa di Laut Filipina, terdapat
pola tekanan rendah yang sudah meningkat statusnya jadi siklon tropis. Nah,
dinamika atmosfer ini ikut mempengaruhi berkurangnya potensi hujan di wilayah
selatan garis ekuator seperti di Pulau Jawa.

Yap, meskipun cuaca panas belakangan ini dipengaruhi oleh
beragam faktor, nyatanya sebenarnya di banyak daerah hujan tetap turun. Tapi,
kalau soal suhu udara yang menyengat, tampaknya kita memang harus mulai
membiasakan diri untuk lebih sering merasakannya gara-gara perubahan iklim dan
pemanasan global, Millens. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Semenjak
akhir November 2023, sebagian wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Di
beberapa tempat, bahkan sudah ada laporan terjadinya banjir. Tapi, dalam
beberapa hari belakangan, cuaca kembali terasa panas layaknya musim kemarau.
Apa yang terjadi?

Asal kamu tahu saja, dalam beberapa hari belakangan, suhu
maksimal yang dirasakan di Tanah Air mencapai 34 sampai 36 derajat Celsius.
Bagi mereka yang tinggal di kota besar, khususnya di kawasan pesisir, suhu
tersebut tentu sangat bikin gerah. Apalagi, hujan juga nggak lagi turun setiap
hari sebagaimana dalam minggu-minggu sebelumnya.

Cuaca panas pada musim hujan ini sampai membuat warganet berkelakar jika penyebabnya adalah doa dari para penjual es teh jumbo yang pengin dagangannya selalu laris. Sebenarnya, apa ya penyebab dari suhu panas belakangan ini?

Musim Hujan Tapi Cuaca Panas, Karena Perubahan Iklim?

“Saat ini beberapa zona musim telah terkonfirmasi sudah mengalami musim hujan yaitu sebagian besar Aceh, lebih dekat ke arah Benua Asia, sebagian besar Sumatera Utara, sebagian Riau, Sumatera Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau,” kata Dwikorita.

Meski begitu, curah hujan yang akan turun pada periode musim hujan tahun 2023-2024 juga diprediksi normal. 

Namun, beberapa daerah mungkin bakal punya curah hujan lebih tinggi atau lebih rendah dari daerah lain.

Karena itu, BMKG mengimbau seluruh pihak terkait, termasuk masyakarat dan pemerintah daerah (pemda) agar lebih siap mengantisipasi adanya kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi ketika musim hujan tiba. Sebabnya, wilayah yang punya musim hujan di atas normal akan lebih basah dibanding biasanya, sehingga memiliki risiko lebih tinggi terhadap bencana banjir dan tanah longsor.

Beberapa wilayah yang dimaksud, antara lain Aceh bagian selatan, Sumatra Utara bagian utara, Riau bagian utara, Sumatra Barat bagian selatan, Jambi bagian utara, Bengkulu bagian utara, Sumatra Selatan bagian barat, Banten bagian selatan, Sulawesi Tengah bagian selatan, dan Sulawesi Tenggara bagian selatan.

“Pemerintah daerah diharapkan lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan serta pentingnya memperhatikan peringatan dini,” ujar Dwikorita.

Semoga musim hujan datang tanpa bencana ya, Millens. (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id - Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan terjadi pada Januari hingga Februari 2024. Lalu kapan kita masuk musim hujan? Diperkirakan, awal musim hujan di Indonesia yaitu November 2023.

"Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari hingga Februari 2024," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat konferensi pers daring, di Jakarta, Jumat (8/9).

Disebutkan BMKG, sebab awal musim hujan lambat lantaran angin barat atau Monsun Asia baru aktif memasuki wilayah Indonesia bagian utara pada November mendatang. Namun, tingginya keragaman iklim di Indonesia menyebabkan awal musim hujan nggak terjadi serentak di seluruh wilayah.

Berdasarkan prediksi BMKG, Indonesia memasuki awal musim hujan pada November dan puncaknya terjadi pada Januari-Februari.

November Awal Musim Hujan, Januari-Februari Puncak

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Bersihkan Wajah
secara Teratur

Membersihkan wajah secara teratur sangat penting untuk
menjaga kesehatan kulit. Selama musim hujan, kamu dapat menggunakan pembersih
wajah yang lebih lembut biar kulit nggak jadi kering.

Selain itu, pastikan untuk membersihkan wajah setelah
terkena air hujan kemudian keringkan dengan cara menepuknya lembut menggunakan
handuk bersih.

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Gunakan Pelembap

Musim hujan cenderung membuat kulit lebih kering dan rentan
terhadap iritasi. So, penggunaan pelembap sangat penting untuk menjaga
kelembapan kulit dan menghindari kulit kering. Pilih pelembap yang sesuai
dengan jenis kulit kamu. Pastikan pelembapmu nggak terlalu berat atau terlalu
kental karena dapat menyumbat pori-pori kulit.

3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Perbanyak Minum Air

Musim hujan seringkali membuat orang merasa nggak haus. Tapi,
tetaplah perbanyak minum air putih untuk menjaga kelembapan kulit dari dalam, Millens.
Selain itu, juga perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar untuk
mengonsumsi vitamin dan mineral yang diperlukan untuk menutrisi kulit.

4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Gunakan Sunscreen

Meskipun langit seringkali tertutup awan dan sinar matahari
nggak terlihat, tapi radiasi UV tetap dapat merusak kulit. Itu sebabnya,
penggunaan sunscreen tetap penting termasuk di musim hujan. Pilih sunscreen
dengan SPF yang sesuai dengan kebutuhan kulit kamu dan jangan malas-malasan ya.

5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Hindari Menggosok
Wajah Terlalu Keras

Menggosok wajah terlalu keras dapat merusak kulit dan
membuat kulit semakin sensitif, terutama saat musim hujan. Hindari menggunakan
kain atau handuk kasar saat membersihkan wajah. Biar kulit wajah selamat, gunakan
kain yang lembut dan hindari menggosok wajah terlalu keras saat membersihkan
wajah.

6.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Konsumsi Makanan
Sehat

Makanan yang sehat dapat membantu menjaga kesehatan kulit.
Konsumsi makanan yang mengandung vitamin C seperti buah jeruk, tomat, dan
pepaya dapat membantu menjaga kelembapan kulit dan mencegah kerusakan yang
dikarenakan radikal bebas. Selain itu, konsumsi makanan yang mengandung omega-3
seperti ikan dan kacang-kacangan juga dapat membantu menjaga kesehatan kulit.

7.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
Istirahat yang Cukup

Istirahat yang cukup juga sangat penting untuk menjaga
kesehatan kulit. Atur agar kegiatan nggak terlalu banyak sehingga menghilangkan
waktu istirahat. Tapi jangan mentang-mentang udara dingin, lantas bikin kamu
nggak mau turun dari tempat tidur ya.

Demikian beberapa tips merawat wajah di musim hujan. Sudah kamu
lakukan belum, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)

Inibaru.id - Musim hujan memang memberikan sensasi
yang menyenangkan, namun kamu juga harus memberi perhatian ekstra untuk merawat
kulit wajah. Udara yang lembap dan basah bisa dengan mudah bkin kulit menjadi
lebih sensitif dan rentan terhadap berbagai masalah. Jadi jangan kaget kalau wajah
kamu mengalami jerawat, kulit kering, dan iritasi.

Nggak mau kan wajah malah jadi banyak masalah? Nah, berikut
adalah beberapa cara merawat wajah di musim hujan:

Di musim hujan, wajahmu butuh perawatan ekstra. Kelembapan yang berbeda bisa bikin wajah lebih gampang teriritasi dan terkena masalah lainnya.

7 Langkah Merawat Wajah di Musim Hujan

Sama seperti saat kita pengin membeli baju, jahitan pada jas
hujan juga harus diperiksa. Namanya juga pelindung pas hujan. Mana bisa
melindungi badan dari air kalau jahitannya nggak rapi dan kuat? Betul nggak? 

Jadi, jangan lupa perhatikan sambungan pada bagian detail
jas hujan. Hindari membeli jas hujan yang dijahit pada setiap bagiannya.
Mengapa? karena bisa bikin air masuk melalui pori-pori pada di sepanjang jalur
proses jahit.

Sebaiknya pilih jas hujan yang dibuat dengan teknik pres
untuk mengurangi terjadinya pakaian basah akibat rembesnya air hujan.

Hal selanjutnya yang harus dipertimbangkan adalah jenis
bahan. Pastikan, jenis bahan yang digunakan nyaman. Dengan begitu, kamu nggak
terganggu ketika memakainya.

Nah, sebaiknya hindari jas hujan berbahan PVC atau plastik
ya. Bahan tersebut bakal membuat kamu kepanasan dan merasa nggak nyaman,
sedangkan bahan plastik terbilang lebih mudah robek. Bahan yang paling oke
adalah parasut karena anti air, ringan, dan halus. Ketika harus dijemur di
bawah sinar matahari usai basah juga nggak bakal mengeras.

Nah, untuk tips yang satu ini kamu harus lebih teliti.
Sebaiknya kamu memeriksa bahan apa yang digunakan untuk resleting pada jas
hujannya ya.

Agar awet, pilihlah jas hujan yang memakai resleting
berbahan tembaga atau kuningan agar jas lebih awet.

Sebagai informasi, resleting jas hujan berbahan plastik atau
besi lebih cepat berkarat dan rusak.Tapi, kalau cuma bisa menemukan resleting
berbahan besi, sebaiknya kamu melapisinya agar nggak berkarat.

Mungkin kamu berpikir kalau jas hujan model ini praktis dan “setia
kawan” karena bisa sekalian melindungi orang yang kamu bonceng. Tapi, di balik
itu semua, jas hujan ponco sangat berbahaya. Bagian belakang yang menjuntai
bisa mengganggu pengendara lain bahkan bisa melilit roda. Jadi, pilih saja
model setelan ya.

Sesuka apa pun kamu dengan warna gelap, khusus jas hujan sebaiknya
kamu bikin pengecualian; pilihlah warna cerah dan mencolok. Hal ini penting
untuk menegaskan “keberadaanmu di jalan raya dalam kondisi gelap dan hujan
lebat. Percaya deh, jas hujan dengan warna cerah, terang, dan mencolok lebih
aman.

Beberapa warna jas hujan yang direkomendasikan adalah hijau
muda, kuning atau oranye. Bakal lebih mantap kalau dilengkapi garis berwarna
terang yang dapat memantulkan sorotan lampu.

Mungkin tips di atas tampak sepele, tapi memilih jas hujan
yang tepat bakal membuatmu nyaman dan aman ketika harus berkendara di tengah
hujan. Jadi, sudah nemu belum jas hujan sesuai kriteria, Millens? (Pop/IB21/E07)

Inibaru.id – Pada musim hujan seperti sekarang, jas
hujan menjadi barang yang harus selalu tersedia di dalam jok motor. Tapi apa
kamu sudah memilih jas hujan yang tepat?

Di pasaran, ada banyak model dan jenisnya. Nah, karena benda
ini sangat penting, kamu nggak bisa sembarangan membelinya. Kalau kamu pengin
membeli jas hujan, nggak ada salahnya lo memerhatikan 5 tips berikut ini.

Di musim hujan seperti ini, keberadaan jas hujan di dalam jok motor sangat penting. Untuk itu, yuk simak tips berikut ini biar nggak salah beli.