inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Jelang Masa Tanam, Tradisi 'Jaluk Udan' di Giripurwo, Gunungkidul Digelar
Rabu, 25 Sep 2024 17:00
Penulis:
Bagikan:
Tradisi Jaluk Udan di Giripurwo, Gunungkidul, DIY. (Pidjar/Arista Putri)

Tradisi Jaluk Udan di Giripurwo, Gunungkidul, DIY. (Pidjar/Arista Putri)

Setelah kemarau panjang mematikan aktivitas bercocok tanam, warga Giripurwo, Gunungkidul menggelar tradisi 'Jaluk Udan' agar musim hujan bisa segera datang dan bisa kembali menjalankan pertanian.

Inibaru.id – Sebagaimana prediksi BMKG pada beberapa bulan lalu, musim kemarau 2024 memang cenderung lebih pendek dan terkadang diselingi dengan turunnya hujan. Bahkan, meski suhu udara sempat menyengat pada pekan lalu, dalam beberapa hari terakhir hujan sudah turun di sebagian wilayah Indonesia.

Tapi, bagi warga Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang memang dikenal punya iklim lebih kering dari wilayah lain di DIY, hujan yang turun belum tentu semasif atau frekuensinya sesering daerah lain. Makanya, warga Desa Giripurwo, Kapanewon Purwosari memilih untuk terus melakukan tradisi ‘Jaluk Udan’ yang bermakna ‘meminta hujan’.

Tradisi ini memang rutin dilakukan pada Jumat Kliwon pada September dan Oktober setiap tahun. Pada bulan-bulan tersebut pada tahun-tahun sebelumnya, musim kemarau masih berlangsung dan sumber air biasanya sudah semakin berkurang. Padahal, membutuhkan air untuk mulai kembali bercocok tanam.

Nah, Jumat Kliwon terakhir jatuh pada 20 September 2024 lalu. Pada hari itulah, warga Giripurwo menggelar tradisi ‘Jaluk Udan’ tersebut.

“Sejak Jumat Kliwon pagi, masyarakat dari Padukuhan Klampok dan Gumbeng sudah disibukkan dengan pembuat ubo rampe untuk upacara adat ‘Jaluk Udan’. Setelah selesai, warga membawa ubo rampe tersebut ke Andongsari, sebuah tempat pertapaan di atas bukit,” cerita Lurah Giripurwo Supriyadi sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Selasa (24/9/2024).

Tradisi Jaluk Udan digelar di sebuah pertapaan di atas bukit bernama Andongsari. (Pidjar/Arista Putri)
Tradisi Jaluk Udan digelar di sebuah pertapaan di atas bukit bernama Andongsari. (Pidjar/Arista Putri)

Sesampainya di atas bukit, sejumlah tarian tradisional dipentaskan. Setelah itu, tokoh warga dan tokoh adat berdoa bersama untuk meminta hujan. Warga juga ada yang berteriak ‘udan’ alias hujan sebagai simbol meminta hujan kepada Yang Maha Kuasa.

Usai menggelar doa bersaa, warga kemudian menyantap makanan yang sudah disiapkan, termasuk ingkung ayam dan juga kelapa muda. Makanan dan minuman tersebut sudah didoakan oleh tokoh adat, Millens.

“Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Jadi kamu perlu melestarikannya. Lebih dari itu, ini adalah cara kami untuk meminta hujan ke Allah SWT karena selama musim kemarau, aktivitas pertanian berhenti total. Harapan kami tentu saja hujan bisa segera turun dan bisa kembali bertani,” lanjut Supriyadi.

Meski begitu, bukan berarti warga Giripurwo sama sekali nggak punya solusi untuk memenuhi kebutuhan air untuk dikonsumsi, ya. Selama ini, pemerintah setempat rutin menyediakan bantuan air bersih yang bisa dipakai untuk minum, mandi, dan keperluan rumah tanggga lain. Sejumlah warga juga gotong royong membeli air seharga Rp150 ribu – Rp200 ribu per tangki.

Yap, setidaknya doa yang dipanjatkan dari tradisi ‘Jaluk Udan’ di Giripurwo, Gunungkidul, Yogyakarta ini sudah dikabulkan, ya, Millens. Hujan sudah turun di berbagai tempat. Semoga saja aktivitas pertanian di sana bisa kembali hidup! (Arie Widodo/E05)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved