BerandaHits
Rabu, 22 Agu 2023 14:45

Kekeringan di Demak; Warga Alami Krisis Air Bersih

Sungai di Dukuh Seakan Kidul, Desa Megonten, Kecamatan Kebonagung mengalami penyusutan air saat musim kemarau. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

58 desa dari 13 kecamatan di Demak mengalami kekeringan saat musim kemarau. Masyarakat mengandalkan sungai dan dropping air untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Inibaru.id - Sudah sebulan lamanya, aliran sungai Dukuh Srekan Kidul, Desa Megonten, Kecamatan Kebonagung mengering. Kondisi sungai dengan air yang kian menyusut membuat masyarakat tidak bisa menggunakannya untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Mayoritas warga yang mengandalkan sungai Dukuh Srekan Kidul sebagai sumber mata air utama hanya bisa mengorek sisa-sisa air yang tersisa. Salah satunya, Giman (70). Untuk mendapatkan air bersih, dia terpaksa menggunakan endapan air sungai yang sudah berwarna keruh.

"Biasanya kalau pas kemarau tidak sesurut ini. Dulu air masih setinggi paha. Mau bagaimana lagi, setiap hari saya mandi dan cuci baju di sini, " katanya, beberapa waktu lalu.

Menurut Kepala Desa Megonten, Nursalim, kekeringan telah melebar hingga ke dua dukuh lainnya, yakni Srekan Lor, dan Megonten. Sebanyak 150 kepala keluarga dengan 2.400 jiwa terdampak bencana kekeringan saat kemarau.

"Banyak yang tidak bisa mandi, terkadang masyarakat membeli air isi ulang untuk masak, " ujarnya.

Pralon-pralon warga Desa Megonten untuk mengambil sumber air dari sungai Dukuh Srekan Kidul. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

Kekeringan tidak hanya terjadi di Desa Megonten. Situasi yang sama juga dialami Dukuh Gandek, Desa Undaan Kidul, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Konon, wilayah tersebut menjadi langganan kekeringan setiap memasuki bulan Juni hingga Agustus.

Untuk mendapatkan air, Sumarni harus berjalan sejauh satu kilometer menuju sungai Lusi karena debit air dari sumur miliknya mengalami penyusutan.

"Kalau air habis ya ngangsu ke sungai Lusi, untuk mandi, mencuci baju, dan masak, " paparnya.

Tidak hanya Sumarni, hampir seluruh masyarakat Dukuh Gandek mengandalkan sungai Lusi dan sungai Jratunseluna saat kemarau. Sedangkan untuk kebutuhan minum, warga memilih untuk membeli galon isi ulang.

"Saat kemarau bisa habis 15 galon, kalau musim hujan ya tidak ada yang beli, " kata Sumarni yang juga seorang penyedia air di Dukuh Gandek.

Bantuan Air dari BPBD Demak

Ember-ember warga Dukuh Gandek antre dropping air BPBD Demak di Desa Undaan Kidul, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. (Inibaru.id/ Ayu Sasmita)

Menurut keterangan Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Undaan Kidul, Khabib, terdapat sekitar 300 kepala keluarga hidup di kampung tersebut. Sebelumnya warga mendapatkan dropping air dari Bandan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak sebanyak 12 tangki. Tapi, dropping air dirasa masih kurang untuk mencukupi kebutuhan mereka.

Jika hanya mengandalkan bantuan dropping air, kuota bantuan dropping air yang disediakan pemerintah kabupaten tidak akan cukup. BPBD Demak mencatat terdapat 58 desa dari 13 kecamatan mengalami nasib yang sama. Sebanyak 332 tangki atau sekitar 5.000 liter air telah distribusikan.

"Untuk dropping air disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang mengalami kekeringan, " kata Kabid Kedaulatan Logistik dan Peralatan, Badan Penanggulangan BPBD Demak Suprapto.

Untuk bisa melewati masa kemarau panjang ini, pihaknya meminta kepada masyarakat agar memanfaatkan bantuan dropping air untuk kebutuhan sehari-hari.

"Saya menghimbau masyarakat, khususnya petani untuk mendahulukan saluran air diperuntukkan kebutuhan sehari-hari dan tidak melakukan penyedotan, " pungkasnya.

Ya, kekeringan memang sedang melanda di banyak daerah di Jawa Tengah. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita selalu bijak memanfaatkan air dan tidak membuang-buang air begitu saja. (Ayu Sasmita/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024