Inibaru.id - Murah meriah, realitanya, tempe dan tahu termasuk dalam makanan dengan kandungan gizi yang tinggi. Eh, kamu tahu nggak makanan khas Indonesia ini ternyata bisa menyelamatkan bumi?
Dr Geoffrey Pakiam dari ISEAS – Yusof Ishak Institute, Singapura menyebut kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi protein nabati seperti tempe dan tahu bisa menyelamatkan dunia. Dia bahkan menyebut pola makan Indonesia bisa menekan emisi gas rumah kaca.
Dia mengungkap hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh EAT, sebuah organisasi non-profit dari Oslo, Norwegia yang fokus di bidang makanan. EAT membandingkan pola makan masyarakat di negara-negara G20, termasuk Indonesia. Menurut EAT, pola makan masyarakat Indonesia memang bisa membantu menyelamatkan bumi!
EAT menyebut masyarakat Indonesia lebih suka mengonsumsi protein nabati alih-alih protein hewani sebagaimana yang dilakukan masyarakat barat. Konsumsi makanan berprotein nabati Indonesia bahkan tertinggi di dunia.
Menariknya, hal ini ternyata disebabkan oleh kecenderungan masyarakat Tanah Air yang jarang membeli daging-dagingan yang harganya lebih mahal. Selain itu, kepercayaan masyarakat muslim Indonesia untuk nggak mengonsumsi beberapa jenis hewan juga berpengaruh besar dalam rendahnya konsumsi daging-dagingan.
Baca Juga:
5 Cara Menyimpan Tempe Biar Lebih AwetSebagai informasi, penelitian yang dilakukan Worldwatch Institute, Washington DC, Amerika Serikat pada 2009 menyebut 51 persen emisi gas rumah kaca dunia berasal dari pemeliharaan sekaligus pengelolaan hewan ternak. Angka ini lebih tinggi dari produksi listrik, transportasi, dan industri.
Logikanya, kalau manusia mengurangi konsumsi makanan dari hewan ternak, pengelolaan dan pemeliharaan hewan ternak akan berkurang. Hal ini tentu akan berdampak pada menurunnya emisi gas rumah kaca, bukan?
Memang, penelitian soal kaitan antara peternakan hewan dengan emisi gas rumah kaca masih berkembang dan bisa berubah. Hanya, secara umum konsumsi makanan nabati memang bisa memberikan dampak positif bagi banyak hal. Melihat fakta ini, sepertinya nggak masalah kan kalau kita tetap menerapkan pola makan khas Indonesia, Millens? Soal rasa, pasti tetap mantap, kan! (ISEAS/IB09/E05)