BerandaHits
Kamis, 7 Jul 2021 17:00

Kata 'Consent' di Tengah Suatu Hubungan, Seberapa Penting?

Hubungan yang dilandasi 'consent' diyakini bakal berlangsung lebih baik. (Pixabay/Stocksnap)

Menjalani sebuah hubungan bukan berarti kita nggak lagi punya pendapat pribadi. Persetujuan kedua belah pihak justru diperlukan. Inilah yang disebut 'consent'. Namun, seberapa penting kata consent di tengah suatu hubungan harus diterapkan?

Inibaru.id - Tubuhmu adalah tanggung jawabmu. Mungkin kamu pernah mendengar ungkapan ini. Artinya, kamu punya kewajiban menjaga tubuhmu; yang juga berarti, siapa pun yang ingin menyentuh tubuhmu haruslah melalui persetujuanmu. Sekali lagi, siapa pun itu!

Nah, persetujuan inilah yang dinamakan konsensual atau yang belakangan kerap disebut consent. Persetujuan ini sejatinya berlaku untuk banyak hal. Namun, akhir-akhir ini, kata tersebut kerap mencuat sehubungan dengan pentingnya persetujuan dalam sebuah hubungan.

Kamu tentu nggak nyaman kalau ada orang lain menyentuh tubuhmu tanpa izin, bukan? Orang lain dalam hal ini tentu saja bisa siapa saja, termasuk pasangan kita. Perlu kamu tahu, menikah atau berpacaran nggak lantas membuat kita bebas menyentuh atau disentuh pasangan kita.

Tanpa adanya consent atau persetujuan dari kedua belah pihak, tindakan seperti mencium, memeluk, mengajak berhubungan seksual, bahkan sekadar menyentuh, bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual, lo! Jadi, jangan ngasal ya!

Aktivis perempuan Kalis Mardiasih dalam diskusi publik "16 Hari Anti-Kekerasan terhadap Perempuan" belum lama ini mengatakan, batas antara kekerasan seksual dengan aktivitas seksual terletak pada konsensual.

Konsensual ini harus dilakukan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya tanpa adanya hasutan atau ancaman. Kalau salah seorang di antaranya nggak setuju atau keberatan, yang lain nggak boleh memaksa. Penolakan kan bisa muncul karena berbagai alasan, misalnya takut merugikan diri sendiri di kemudian hari.

Memulai Diskusi 'Consent' dengan Pasangan

Saatnya memulai diskusi dengan pasangan terkait consent. (Pixabay/Stocksnap)

Di negeri ini, kekerasan dan pelecehan seksual acap terjadi karena banyak orang nggak paham consent dalam sebuah hubungan. Tentu saja hal tersebut menjadi sebuah persoalan yang cukup serius.

Sebuah riset global mengungkapkan, remaja dan anak-anak yang memahami consent diyakini lebih mampu menghindari kekerasan dan pelecehan seksual terhadap dirinya.

Maka, penting bagimu untuk menerapkan kata consent di tengah-tengah sebuah hubungan. Tiga hal ini barangkali kamu perlukan sebelum menjalin hubungan lebih jauh. Apa saja?

1. Berkomunikasi untuk Membuat Kesepakatan

Saling berkomunikasi untuk mengutarakan keinginan itu penting, tapi memberi persetujuan juga setali tiga uang. Hal tersebut ansih diperlukan agar nggak ada kata terpaksa. Bentuk komunikasi ini, misalnya, terkait seberapa jauh kalian boleh bersentuhan fisik.

Dengan berkomunikasi, harapannya kalian bakal saling memahami, yang berujung pada terjadinya kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak. Pasangan yang baik bakal selalu memahami apa yang nyaman buatmu atau pasanganmu. Hm, kamu termasuk pasangan yang baik nggak, nih? Ha-ha.

2. Katakan Tidak dengan Tegas

Apakah paksaan bisa terjadi? Tentu saja! Namanya hubungan dua orang, ego masing-masing kerap muncul. Nah, di sinilah ketegasan diperlukan. Kamu harus dengan lantang mengatakan "tidak" untuk perlakuan dari pasangan yang nggak kamu inginkan.

Misal, sebelumnya kamu sudah mendiskusikan keinginan untuk menjalin hubungan yang "sehat", tapi pasanganmu memaksa berhubungan seksual. Di sini kamu berhak menolak. No means no!

Tolaklah dengan tegas. Kalau perlu, kamu bisa berteriak, memukulnya, bahkan kabur, karena pemaksaan ini sudah termasuk tindakan pelecehan seksual.

3. Tinggalkan Hubungan yang 'Beracun'

Nggak ada gunanya menyia-nyiakan waktu untuk sebuah hubungan yang nggak sehat atau beracun, yang ngetren disebut toxic relationship. Salah satu tanda hubungan itu nggak sehat adalah adanya pendapat yang nggak dihargai, bahkan kecenderungan memaksakan kehendak.

Hubungan yang baik itu bersumber dari rasa percaya, aman, dan nyaman. Ini bisa tercipta melalui tindakan saling menghargai, tanpa paksaan, dan adanya consent. Kalau perasaan ini nggak ada lagi, apa untungnya mempertahankan hubungan tersebut?

Kamu tentu menginginkan pasangan yaang baik. Kamu juga pasti pengin menjadi pasangan terbaik. Maka, terapkanlah kata consent ini dan semoga hubungan kalian terus langgeng selama-lamanya! (Cnn,dok/MG41/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024