Inibaru.id - Perkembangan teknologi memberikan banyak kemudahan dalam beraktivitas sehari-hari, salah satunya dalam melakukan transaksi atau pembayaran. Kini kita nggak perlu bertemu secara langsung untuk melakukan transaksi, karena semua bisa dilakukan secara daring atau online.
Nah, kemudahan melakukan transaksi melalui daring juga dimanfaatkan dalam momentum Hari Raya Iduladha melalui kegiatan yang bernama kurban online. Seperti hal lain yang memanfaatkan kemajuan teknologi, kurban online juga menjadi alternatif berkurban yang efektif, mudah, dan praktis. Di samping itu, jangkauan penerima manfaat daging kurban juga bisa semakin luas.
Sayangnya, kurban online rentan penipuan. Bahkan sangking maraknya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penipuan terkait tawaran kurban online jelang perayaan Iduladha tahun ini.
“Menjelang Iduladha banyak tawaran kurban secara online. Walau tergolong praktis, namun juga rentan terhadap penipuan,” demikian informasi yang diakses dari OJK di Jakarta, Rabu (12/6/2024) seperti dilansir Antaranews.
OJK mengimbau masyarakat selalu berhati-hati saat ingin ikut kurban secara online agar terhindar dari aksi penipuan. Caranya dengan mengenali ciri-ciri penipuan kurban online, yaitu harga hewan kurban yang sangat murah dibandingkan dengan harga pasaran.
Selain itu, biasanya badan penyalur kurban nggak terdaftar ataupun berizin. Nomor rekening juga nggak sama dengan identitas badan penyalur kurban.
Kita juga perlu waspada jika menjumpai penipuan kurban online yang meminta data pribadi seperti kode OTP (One Time Password) atau PIN ya, Millens! Nggak hanya itu, penipuan tersebut juga identik dengan nggak adanya dokumentasi foto dan video saat proses pemilihan, penyembelihan maupun penyaluran kurban.
Mengincar Semua Kalangan
Baik penipuan kurban online atau penipuan lain yang memanfaatkan kecanggihan teknologi, mengincar korban dari semua kalangan. Bahkan Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi menyampaikan nggak jarang masyarakat berpendidikan tinggi ikut menjadi korban penipuan yang terkait dengan aktivitas keuangan ilegal.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) oleh OJK di tahun 2022, kata Friderica, memang menunjukkan bahwa literasi keuangan masyarakat itu berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Meski begitu, masyarakat dengan pendidikan tinggi juga nggak jarang mengalami penipuan.
“Misalnya mereka menabung atau mendepositkan uang tidak secara resmi atau dititipkan kepada orang yang mereka sudah percaya seperti sales, agen, atau perwakilan. Misalnya nasabah-nasabah prioritas saking sangat percaya, kadang-kadang mau menandatangani blanko kosong dan lain-lain,” cerita Friderica dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner OJK Bulanan Mei 2024 di Jakarta, Senin (11/6/2024) seperti dilansir Antaranews.
Menurutnya, ada beberapa faktor mengapa seseorang menjadi korban atas aktivitas keuangan ilegal, salah satunya faktor psikologis pada pribadi orang tersebut yang mudah mempercayai ketika mendapat penawaran imbal hasil atau keuntungan dalam jumlah besar secara cepat.
Di samping itu, modus operandi penipuan terkait keuangan ilegal juga semakin lama semakin canggih meskipun sektor jasa keuangan (SJK) terus melakukan inovasi.
Nah, biar terhindar dari aksi penipuan, sudah seharusnya kita selalu melek informasi terkait aksi culas ini ya, Millens. Selain itu, jangan mudah tergiur dengan iming-iming mendapat keuntungan besar secara cepat dan mudah. (Siti Khatijah/E07)