BerandaHits
Kamis, 11 Jun 2025 13:44

Jejak Greta Thunberg ke Gaza: Tanda Solidaritas yang Gagal Berlabuh

Greta Thunberg, aktivis lingkungan asal Swedia saat membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.(Instagram/gretathunberg)

Aksi kemanusiaan aktivis lingkungan Greta Thunberg bersama koalisi Freedom Flotilla berlayar dengan kapal Madleen untuk misi solidaritas kemanusiaan menuju Gaza gagal berlabuh setelah diadang pasukan Israel.

Inibaru.id - Pada 1 Juni 2025, aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg bergabung dengan Freedom Flotilla Coalition dalam misi kemanusiaan berlayar dari Catania (Sicilia) menuju Gaza menggunakan kapal “Madleen”.

Tujuannya adalah menentang blokade Israel yang telah berlangsung dua bulan dan membuktikan solidaritas lewat bantuan simbolis berupa ratusan kilogram tepung, beras, susu formula, serta suplai medis dan kebersihan.

Dalam konferensi pers sebelum keberangkatan, Greta menyebut perjalanan itu sebagai upaya menyalurkan “kesadaran global” terhadap krisis di Gaza. Apa pun rintangan yang akan dihadapi dan betapapun berbahayanya misi tersebut, dirinya akan terus berusaha.

"Saat berhenti berusaha adalah momen kita kehilangan kemanusiaan. Betapa pun berbahayanya misi ini, tidak lebih berbahaya daripada kesunyian seluruh dunia dalam menghadapi genosida yang disiarkan langsung," serunya sambil menangis tersedu-sedu, awal Juni lalu.

Intersepsi di Perairan Internasional

Pernyataan itu nggak lepas dari aksi Freedom Flotilla sebelumnya, termasuk serangan drone yang merusak kapal lain di lepas pantai Malta.

Pada 9 Juni, kapal Madleen diadang oleh pasukan Israel di perairan internasional, sekitar 200 kilometer dari pantai Gaza. Video menunjukkan awak kapal mengenakan jaket pelampung dan mengangkat tangan saat boarding dilakukan.

Greta Thunberg menuduh Israel telah menculik dirinya dan rekan-rekan aktivis pro-Palestina di perairan internasional. (AFP/Hugo Mathy)

Menurut pasukan pertahanan Israel IDF, intersepsi dilakukan demi keamanan. Mereka juga menyatakan bantuan akan disalurkan melalui “jalur kemanusiaan resmi”. Namun, para aktivis menolak klaim tersebut, menuding tindakan itu sebagai penculikan dalam sebuah misi damai.

Israel segera menahan 12 orang termasuk Greta yang menolak menandatangani dokumen deportasi. Sebanyak delapan orang awak kapal ditahan di penjara Givon di Ramla, 20 kilometer tenggara Tel Aviv, Israel. Greta akhirnya dideportasi pada 10 Juni via Prancis menuju Swedia.

Tak Lebih dari Sekadar Gimik

Israel menyebut misi tersebut nggak lebih dari “gimik selebritas”. Mereka juga menegaskan bahwa tindakan itu sah berdasarkan blokade legal mereka sejak 2007. Sebaliknya, aktivis seperti Greta menuduh intersepsi tersebut melanggar hukum internasional dan mendesak agar dunia menindaklanjuti krisis Gaza.

Situasi ini menimbulkan ketegangan diplomatik: Perancis menuntut akses konsuler bagi warga mereka. Setali tiga uang, berbagai organisasi HAM seperti Amnesty International menyebut penahanan kapal ini ilegal. Media global bahkan mencatat tekanan terhadap dua pejabat Israel karena dirasa terlalu ekstrem.

Di dalam negeri Israel, beberapa pejabat sampai mencabut sebutan Greta dari kurikulum sekolah, menyebut posisi pro-Gaza-nya membahayakan moral siswa. Namun, aksi Greta Thunberg ke Gaza lewat jalur laut ini kian memperkuat pesan solidaritas dan kesadaran global akan krisis kemanusiaan di negeri tersebut.

Intersepsi dan deportasi ini menjadi simbol bagaimana jalur diplomasi dan keamanan bisa menyanggah niat kemanusiaan. Krisis Gaza bukanlah semata wacana. Ini nyata dan solidaritas sipil terhadap saluran bantuan kemanusiaan seharusnya diberi jalan alih-alih mendapat penolakan. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: