BerandaHits
Rabu, 16 Agu 2022 17:31

Jasa Petani Jawa di Balik Kekuatan Bisnis Kopi Belanda

Kopi menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan Belanda saat itu. (Instagram/Argopuro Walidan)

Meski Belanda yang menjadi pemain utama dalam bisnis Kopi pada masa kolonial, realitanya mereka nggak akan bisa meraih kesuksesan tersebut tanpa peran petani Jawa di lapangan. Seperti apa sih pentingnya para petani pada masa itu?

Inibaru.id – Tahun 1726, Belanda meraih kejayaan dengan menjadi pengekspor kopi terbesar di dunia. Hal ini cukup ironis karena di Belanda, pohon kopi sama sekali nggak bisa tumbuh. Bisa dikatakan, kesuksesan Belanda pada masa itu sangat dipengaruhi oleh para petani di Jawa.

Beda dengan iklim Belanda yang dingin sehingga nggak cocok ditumbuhi pohon kopi, iklim Hindia Belanda sangatlah cocok. Pada 1723 saja, tercatat lebih dari satu juta pohon kopi Arabica tumbuh di Cianjur, Jawa Barat, lo.

Awal Mula Kopi Bisa Sampai ke Nusantara

Cerita kopi di Nusantara bermula dari kemenangan Belanda atas Portugis di Sri Lanka. Nah, pada 1656, Belanda menemukan berhektare-hektare kebun kopi terbengkalai di sana. Tahu kalau kopi punya potensi besar, Belanda pun mencoba untuk menanamnya sendiri.

Seorang pakar botani bernama Carolus Linnaeus kemudian dipekerjakan Belanda untuk mengembangkan budidaya kopi. Tapi, hasil penelitiannya justru mengungkap kalau cuaca dan iklim Eropa nggak cocok jadi tempat tanaman kopi Arabica tumbuh. Dia menyarankan penanaman kopi ini di wilayah beriklim sub-tropis dengan hawa pegunungan yang sejuk.

Pada abad ke-18, Kopi Jawa asal Cianjur yang dipasarkan oleh VOC bikin orang-orang Eropa Kecanduan. (Instagram/Tanameracoffee)

Belanda yang sudah menjajah Nusantara kemudian membawa benih kopi Arabica ke Batavia pada abad ke-17. Setelah melakukan beberapa kali percobaan penanaman benih kopi di wilayah-wilayah yang berbeda, akhirnya generasi awal kopi Arabica dari Jawa berhasil ditanam di wilayah pegunungan yang tanahnya kaya akan unsur vulkanik seperti Cianjur dan Kampung Baru (Bogor).

Kopi-kopi yang berhasil ditanam tersebut lantas dibawa ke Balai Penelitian Botani Amsterdam pada 1706. Berdasarkan riset di sana, terungkap kalau kualitas kopi dari Jawa ternyata sangat baik. Saking tingginya kualitas kopi tersebut, biji-biji hitam asal Cianjur ini berhasil memecahkan harga lelang tertinggi di Balai Lelang Amsterdam kala itu.

tahun 1720 VOC memberlakukan Preanger Stelsel, tanam paksa kopi di Cianjur (Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Pada awal abad ke-18, Cianjur merupakan pemasok kopi terbesar untuk VOC. Pasokan kopi semakin melimpah saat VOC memberlakukan sistem tanam paksa dengan nama Preanger Stelsel atau Sistem Priangan pada 1720. Saat itu, para bangsawan lokal yang berstatus menak dan santana menekan masyarakat kecil untuk menjual produk mereka hanya kepada VOC dengan harga murah.

Bupati Arya Wiratana III dari Cianjur menjadi penguasa lokal pertama di Priangan yang menyetor hampir seratus pikul kopi kepada VOC. Di bawah pemerintahannya pula, pada 1724, Cianjur pernah memanen kopi sebanyak 1.216.257 pikul yang harganya setara dengan 202.271,25 Ringgit saat itu.

Karena memiliki mutu yang sangat baik pada masanya, kopi-kopi yang dijual Belanda laris-manis. Belanda pun menjadi pemain utama dalam bisnis kopi dunia pada masa itu. Produk mereka populer dan dikenal hingga mancanegara sebagai Java Coffee atau Kopi Jawa. Maklum, sejatinya produk kopi mereka berasal dari tanah Cianjur, Jawa Barat.

Wah, cerita tentang sejarah kopi di Indonesia memang selalu menarik ya, Millens? (Kum, His/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024