Inibaru.id – Rok mini sebagai bagian dari tren seragam sekolah di Jepang begitu populer sejak 1990-an. Namun, tren itu berubah beberapa tahun terakhir. Para siswa tampak mulai menanggalkan rok pendek dan cenderung memilih bawahan yang lebih panjang hingga menutupi lutut.
Padahal, sebelumnya rok pendek hampir nggak lepas dari budaya pop di sekolah, khususnya di kalangan siswa usia belasan tahun yang mulai tampil percaya diri memperlihatkan bagian tubuh bawahnya dan tampil lebih modis mengikuti tren fesyen yang berkembang di Jepang.
Oya, rok mini mulai menjadi tren fesyen di Negeri Sakura sekitar tiga dekade silam. Tren ini menjadi bagian dari "Gyaru", kata serapan dalam bahasa Jepang untuk gal, slang untuk girl dalam bahasa Inggris; subkultur fesyen di Jepang yang meledak salah satunya berkat legenda J-Pop Namie Amuro.
Nggak hanya di tongkrongan, tren ini juga merambat ke sekolah-sekolah, khususnya dalam pemakaian rok mini. Begitu populernya fesyen ini, pihak sekolah bahkan sampai memberi aturan khusus untuk para siswanya. Mereka boleh mengenakan rok pendek, tapi nggak lebih dari 10 sentimeter di atas lutut.
Tren yang Berubah
Cewek Jepang umumnya hanya mengenakan rok mini saat usia sekolah hingga awal kepala dua. Alasannya, hanya pada rentang usia tersebutlah mereka merasa percaya diri memamerkan kakinya. Begitu dewasa, mereka memilih membalut kakinya dengan rok panjang atau celana.
Namun, tren ini agaknya mulai berubah dalam beberapa tahun belakangan. Berdasarkan survei yang pernah dilakukan GIRL’S TREND pada 2017 lalu, keinginan siswa di Jepang untuk memakai rok pendek di sekolah semakin menurun.
Berdasarkan survei yang melibatkan 200 cewek Jepang usia sekolah ini, sebanyak 37,7 persen di antaranya mengaku lebih suka mengenakan seragam dengan rok selutut. Sementara, hanya 29,9 persen siswa yang memilih memakai rok mini 5 sentimeter di atas lutut.
Sebanyak 21,4 persen siswa terbiasa dengan seragam di atas lutut hingga 0,1-5 sentimeter, sedangkan 9,7 persen lainnya lebih nyaman dengan rok sekitar 0,1-5 sentimeter di bawah lutut. Sisanya, 1,3 persen siswa menyukai rok panjang hingga 5 sentimeter di bawah lutut.
Muncul di Sejumlah Film
Berdasarkan survei yang sama, nggak kurang dari 44,2 persen responden lebih suka memakai kaus kaki pendek, menyesuaikan panjangnya rok. Ini jauh berbeda dengan tren saat siswa terbiasa memakai rok mini yang umumnya dikenakan bersama kaus kaki panjang hingga selutut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa memakai rok mini nggak lagi menjadi tren yang mendominasi fesyen seragam sekolah anak remaja di Jepang. Gambaran itu juga muncul dalam sejumlah film dan dorama (drama seri) Jepang dalam beberapa tahun terakhir.
Sosok Yuri Kishibeno (Nana Mori) dan Ayumi Tono (Suzu Hirose) muda di film Last Letter (2020) misalnya, digambarkan memakai seragam dengan rok panjang saat bersekolah. Hal serupa juga digambarkan dalam sosok Kuniko Seo (Hana Toyoshima) di film Call Me Chihiro (2022).
Kedua film itu terbilang sukses di Jepang. Sedikit banyak, keduanya menjadi gambaran bahwa tren seragam dengan rok mini di sekolah sudah nggak lagi populer di sana.
Menilik sejarah seragam sekolah di Jepang yang terus berkembang sejak munculnya Sailor Fuku pada 1920-an, perubahan tren ini bukanlah sesuatu yang aneh. Apa pun tren di sana nantinya, yang paling penting dari seragam sekolah sejatinya adalah membuat siswa nyaman, aman dan leluasa, kan? (Arie Widodo/E03)
