BerandaHits
Jumat, 11 Agu 2022 11:33

Guru Semena-mena Potong Rambut Siswa, Psikolog: Itu Tindakan Kekerasan

Video viral anak dipotong rambut oleh gurunya hingga menimbulkan trauma. (TikTok/Reva.Juliany)

Unggahan akun TikTok @reva.juliany menunjukkan anaknya trauma karena rambutnya dipotong guru sampai berantakan. Gimana kata psikolog, ya?

Inibaru.id - Mendisiplinkan anak nggak bisa asal-asalan. Jika kita sebagai orang dewasa salah bertindak, bisa-bisa membuat cidera perasaan dan mentalnya.

Sebuah video pendek beredar pada Minggu (7/8/2022) menceritakan tindakan semena-mena yang dilakukan oleh guru kepada muridnya. Berdalih untuk mendisiplinkan anak didik, guru memotong rambut siswanya yang masih duduk di bangku kelas satu. Sang ibu bercerita bahwa setelah kejadian itu anaknya demam selama tiga hari dan mengalami trauma.

Kejadian pemotongan rambut sendiri terjadi beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada Rabu (3/8). Saat itu, sang anak yang seharusnya pulang sekolah pada pukul 15.00 justru pulang lebih awal, yaitu pukul 12.30 WIB. Dia pulang dengan kondisi sakit dan rambut berantakan. Setelah ditanya soal rambutnya, dia menjawab kalau rambutnya dipotong guru di sekolah.

Anak saya demam selama 3 hari. Sekarang sudah mendingan, dan udah dapat sekolah baru” ungkap sang ibu.

Menurut Psikolog, Tindakan Guru Termasuk Kekerasan

Ilustrasi: Guru harus memberikan peringatan terlebih dahulu jika ada siswa yang melanggar aturan. (Tempo/Antara)

Psikolog Anak dan Keluarga Astrid WEN, M. Psi angkat bicara terkait video yang viral tersebut. Dia pun menganggap tindakan guru yang asal memotong rambut muridnya sampai acak-acakan ini sebagai tindakan kekerasan. Apalagi jika tidak diberikan peringatan sebelumnya.

“Nggak bisa sembarangan melakukan perbuatan tanpa peringatan atau informasi. Kalau seperti ini bisa dianggap kekerasan yang nggak disadari pihak sekolah,” jelas Astrid, Selasa (9/8).

Dia nggak memungkiri jika banyak sekolah yang menerapkan aturan potong rambut. Tapi, bukan berarti tindakan yang diambil adalah langsung memotong dengan acak-acakan. Dia pun berharap tindakan ini nggak lagi dilakukan para guru di sekolah.

“Kalau saya lebih melihatnya sebagai suatu kekerasan karena nggak ada consent, penyalahgunaan kekuasaan dan nggak ada komunikasi,” lanjut Astrid.

Terkait dengan kondisi anak yang disebut-sebut mengalami trauma, Astrid menekankan pentingnya pemeriksaan psikologis dari ahli. Apalagi jika sampai anak sakit dan nggak mau sekolah sampai berhari-hari.

Namun, jika anak bisa sembuh dan setelah pindah sekolah mau melakukan aktivitas belajar, maka besar kemungkinan dia bisa pulih dengan baik.

Pentingnya Komunikasi

Ilustrasi: Meski sekolah adalah tempat anak belajar disiplin, sekolah nggak boleh semena-mena. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Memang, sekolah adalah tempat belajar bagi anak, termasuk belajar disiplin. Tapi, bukan berarti sekolah bisa melakukan tindakan semena-mena. Jika ada aturan terkait potong rambut, misalnya, maka sekolah harus menginformasikan ini ke anak dan orang tuanya. Jadi, lebih baik meminta anak atau orang tuanya memotong rambut daripada mempermalukannya di sekolah.

“Bagaimana mereka bisa memiliki karakter yang baik jika yang berkuasa memberikan contoh karakter yang tidak baik?” pungkas Astrid.

Semoga saja kasus kekerasan di sekolah dengan dalih pendisiplinan yang sebenarnya nggak tepat ini nggak lagi terjadi ya, Millens. (Kom/IB09/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024