Inibaru.id – Bulan puasa baru jalan seminggu, tapi anak-anak muda di Dukuh Bilo 5 sudah disibukkan dengan rencana mengikuti karnaval malam Lebaran. Maklum, di desa tempat mereka tinggal, Desa Pundenarum, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, sudah jadi tradisi setiap kampung bikin semacam patung berukuran besar yang akan diarak bareng-bareng untuk menyemarakkan karnaval tersebut.
Patungnya nggak harus yang serius-serius banget. Biasanya hanya berbentuk hewan, tokoh kartun, monster, atau bahkan bentuk masjid. Patungnya juga dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti kerangka bambu dan kertas pembungkus semen yang nantinya dicat.
“Soal biaya, warga kampung biasanya kompak menyumbang. Banyak yang antusias karena bikin anak-anak muda jadi disibukkan dengan hal positif selama bulan puasa. Toh, hasil patungnya nanti dipajang di depan gang saat Hari Raya Idulfitri sampai berminggu-minggu setelahnya. Jadi kami mencoba untuk membuatnya sebagus mungkin,” ungkap salah seorang koordinator anak muda di kampung tersebut, Amar, Selasa (18/3/2025).
Setiap sore, anak-anak muda pun disibukkan dengan kegiatan membuat patung tersebut. Meski capek karena melakukannya sambil berpuasa, mereka senang karena justru dengan aktivitas ini, puasa mereka jadi terasa lebih cepat. Apalagi, dana dari para donator cukup melimpah. Mereka pun bisa membuat patung dengan bahan-bahan yang bagus.
“Di kampung sini banyak yang jadi kontraktor proyek pembangunan baik itu di Jawa atau di luar Jawa. Makanya mereka berani menyumbang dana cukup besar untuk patung ini,” lanjutnya.
Beberapa hari sebelum malam Lebaran, patungnya sudah jadi dan ditempatkan di bawah garasi terbuka milik salah seorang warga agar nggak mudah kehujanan. Ukurannya memang nggak cukup besar agar bisa diangkut dengan mudah di bak belakang kendaraan bak terbuka.
Karena bakal diarak di malam hari, lampu hias pun dipasang pada patung tersebut agar bisa dilihat warga selama arak-arakan berlangsung. Soal mobil, nggak perlu menyewa karena ada warga kampung yang sukarela meminjamkannya untuk keperluan arak-arakan.
Karnaval berlangsung meriah
Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Usai sidang isbat untuk menentukan kapan hari raya Idulfitri selesai, anak-anak muda di Dukuh Bilo 5 langsung mempersiapkan patung yang sudah ditempatkan di atas bak belakang mobil. Selain lampu hias, mereka juga menempatkan speaker aktif dan pemutar musik. Setelahnya, mobil tersebut ditempatkan nggak jauh dari depan gang.
Rombongan patung dari kampung-kampung lain berdatangan dari sisi selatan desa. Bentuknya bermacam-macam dari harimau berukuran besar, karakter animasi Larva, mobil balap, dan lain-lain. Semuanya diarak dengan pelan bersama dengan banyak anak muda berjalan kaki yang memainkan rebana, membawa mercon dalam jumlah banyak, hingga flare yang membuat karnaval seperti pawai suporter sepak bola.
Patung dari Dukuh Bilo 5 kemudian menambah arak-arakan tersebut dari belakang. Rombongan arak-arakan ini menjemput patung-patung dari kampung lain di sisi utara desa. Jika sudah sampai perbatasan, semua patung akan diputar balik untuk diarak menuju lapangan yang ada di sisi selatan desa.
Semakin banyak warga yang ikut arak-arakan. Ada yang berjalan kaki, naik sepeda, atau naik sepeda motor. Jalanan semakin meriah dengan banyaknya kembang api dan mercon yang dinyalakan. Alunan takbir pun menggema di mana-mana.
Sesampainya di lapangan desa, suasana jauh lebih meriah dari perayaan tahun baru Masehi. Ratusan orang menyalakan kembang api dan membuat langit terus diterangi cahaya sampai lebih dari 10 menit.
“Setelah itu pengurus desa mengajak doa bersama. Lalu, arak-arakan pun resmi dibubarkan. Setiap perwakilan kampung kembali mengarak patung-patungnya pulang ke asalnya,” pungkas Amar.
Wah, seru banget ya karnaval malam Lebaran di Desa Pundenarum, Karangawen, Demak. Di tempat tinggalmu, apakah juga seseru ini, Millens? (Arie Widodo/E05)