BerandaHits
Minggu, 25 Feb 2023 09:27

Empat Negara di Asia dengan Angka Kelahiran Rendah

Ilustrasi: Tingkat kelahiran merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan penduduk di sebuah negara. (Istockphoto)

Sejak pandemi, tampaknya hampir semua negara mengalami penurunan angka kelahiran. Tapi, ada beberapa negara yang menjadikan hal itu masalah genting sehingga harus segera ditangani. Di Asia, inilah empat negara dengan angka kelahiran yang rendah.

Inibaru.id – Setiap negara memiliki permasalahan besarnya masing-masing. Jika salah satu tantangan yang dialami bangsa kita adalah stunting pada anak, beberapa negara justru sedang berhadapan dengan angka kelahiran yang rendah.

Tingkat kelahiran di negara-negara maju cenderung lebih rendah ketimbang negara miskin dan berkembang. Tingginya biaya untuk membesarkan anak menjadi alasan mengapa tingkat kelahiran di negara maju itu lebih rendah.

Padahal, tingkat kelahiran merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan penduduk di sebuah negara. Dikutip dari dataindonesia (30/8/2022), pertumbuhan penduduk didasarkan kepada jumlah kelahiran hidup per 1.000 orang dalam suatu populasi selama periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.

Melihat realita tersebut, nggak heran jika pemerintah negara dengan angka kelahiran rendah merasa khawatir tentang masa depan negaranya. Oleh karena itu, mereka menawarkan beragam solusi agar warganya mau melahirkan bayi.

Nah, kira-kira negara mana sajakah yang mengalami permasalahan demografi ini? Dilansir dari dari Detik (26/1/2023), inilah negara-negara tetangga Indonesia dengan tingkat kelahiran rendah dikutip dari Euronews.

Taiwan

Ilustrasi: Biaya hidup yang tinggi membuat masyarakat di Taiwan enggak memiliki anak. (Getty Images)

Taiwan mencatat rekor terendah angka kelahiran yaitu 165.249 pada tahun 2020. Tingkat kesuburan total (TFR) Taiwan hanya 1,07 anak per perempuan. Ini adalah perubahan besar dan nyata dari tahun 1950-an ketika perempuan memiliki sekitar 7 anak.

Alasan utama rendahnya tingkat kesuburan tersebut adalah biaya hidup yang sangat tinggi, sehingga pengeluaran meningkat sementara upah tetap sama.

Korea Selatan

Ilustrasi: Banyak pasangan muda di Korea Selatan yang memilih childfree atau hidup tanpa anak setelah menikah. (Indotren/Pongky Oloan)

Tingkat kesuburan Korea Selatan turun menjadi 0,84 pada tahun 2020, lebih rendah dari rekor tahun sebelumnya sebesar 0,92 per tahun. Ini juga merupakan tahun ketiga berturut-turut di mana tingkat kesuburan Korea Selatan tetap di bawah 1. Pendidikan yang mahal dan meroketnya harga rumah, terutama di Seoul dan sekitarnya, memaksa banyak pasangan untuk menunda bahkan membatalkan rencana memiliki anak.

Singapura

Salah satu dampak pandemi Covid-19 adalah membuat sebagian besar pasangan di Singapura menunda bahkan urung memiliki bayi. Pada tahun 2020, TFR negara itu turun ke level terendah dalam sejarah sebesar 1,1. Sebuah survei menunjukkan bahwa tiga dari 10 orang tidak tertarik untuk memiliki bayi. Alasan utamanya adalah ketidakpastian atas stabilitas keuangan dan masalah keamanan akibat virus.

Jepang

Negara dengan populasi lansia tertinggi di dunia ini sedang menghadapi krisis populasi yang membayangi. Pada tahun 2030, diperkirakan satu dari setiap tiga orang akan berusia di atas 65 tahun.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida bahkan menggambarkan situasi ini sudah sangat genting dengan mengatakan negaranya bisa tumbang dan nggak dapat berfungsi sebagai masyarakat karena tingkat kelahiran yang menurun.

Wah, dengan tingkat kelahiran serendah itu, mungkinkah masa depan negara-negara tersebut sungguh sedang terancam? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024