BerandaHits
Minggu, 12 Jun 2021 18:00

Digebug Pandemi, Kwaci Cap Gadjah Menyerah Usai Berdiri Sejak 1948

Kwaci Cap Gadjah kini semakin sulit dicari karena nggak lagi berproduksi. (Lazada/

Satu lagi jajanan legendaris yang akhirnya harus menyerah karena dihantam pandemi Covid-19. Kwaci Cap Gadjah nggak bakal lagi dengan mudah bisa kamu temukan di toko-toko karena sudah nggak lagi diproduksi. Jadi sedih, ya, Millens?

Inibaru.id – Kamu tahu sendiri kan dampak pandemi Covid-19 di Indonesia menghantam semua sektor. Salah satunya adalah ekonomi. Sudah banyak kabar tentang tutupnya tempat usaha dan bisnis-bisnis besar. Bahkan, produk legendaris seperti Kwaci Cap Gadjah yang sudah berdiri sejak 1948 pun ikut-ikutan gulung tikar.

Kwaci Cap Gadjah termasuk sangat legendaris di Semarang. Produk kuaci yang terbuat dari biji matahari ini dibuat di sebuah pabrik yang ada di Jalan Gang Pinggir, Kawasan Pecinan, Kota Semarang.

Meski kini sudah banyak jenama kuaci yang lebih baru dan modern, Kwaci Cap Gadjah masih memiliki tempat di hati warga Semarang, khususnya yang mengalami masa kecil di tahun 1980-an sampai 1990-an. Rasanya asin dan kemasannya yang kecil bisa dibeli anak-anak kecil dengan harga yang terjangkau.

Dulu, jajanan ini sering dimakan saat anak-anak bermain bersama karena bisa membuat suasana jadi semakin asyik. Harganya juga sangat terjangkau, yakni Rp 500 untuk sebungkus dengan ukuran 2 ons. Sayangnya, kini sangat sulit mencari Kwaci Cap Gadjah di toko-toko kelontong.

Sejak pandemi Covid-19 menghantam Indonesia, sejak saat itu pula penjualan kuaci ini semakin menurun. Alhasil, toko Kwaci Cap Gadjah di Pecinan pun menutup operasionalnya. Di sana, nggak lagi terlihat orang-orang yang sibuk menyelesaikan tugasnya. Yang tersisa hanya seorang penjaga toko yang ditugaskan untuk membersihkan perabotan bernama Yongki.

Kwaci Cap Gadjah nggak lagi diproduksi. (Twitter/irzanny)

“Produksinya Kwaci Cap Gadjah ya di sini. Sejak ada Covid-19, kita berhenti total. Kata pemiliknya bisnisnya mau tutup,” jelas Yongki.

Andaipun mau berproduksi lagi, hal ini sulit dilakukan karena produksi kuaci Cap Gadjah masih dilakukan secara handmade alias pakai tangan. Jadi, para pegawainya harus berkumpul di dalam toko. Padahal, protokol kesehatan dari pemerintah meminta orang-orang untuk bekerja dari rumah.

Ditambah dengan semakin menurunnya penjualan, pemiik usaha pun nggak lagi mampu membayar sekitar 10 karyawan. Padahal, jumlah karyawan ini sudah berkurang jika dibandingkan dengan 20-an di masa-masa sebelum pandemi.

Sudah Ada Sejak 1948

Saat kali pertama berdiri, Kwaci Cap Gadjah adalah camilan favorit orang-orang Tionghoa di Semarang. Nah, kini, pemiliknya adalah pewaris generasi kedua dari Sucipto Nyotowidjaja. Kalau kamu melihat di tokonya, terlihat masih ada papan nama toko legendaris dengan tulisan Mandarin, lengkap dengan logo paten Cap Gadjah. Selain itu, ada juga patung gajah dengan ukuran 15 cm dan sejumlah bungkus kuaci dari masa ke masa yang menarik.

Sayang sekali, ya Millens, jajanan legendaris seperti Kwaci Cap Gadjah akhirnya juga gulung tikar. Kalau kamu, apakah juga pernah mencicipinya? (Idn/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: