BerandaHits
Selasa, 17 Mar 2025 11:18

Curah Hujan Mulai Berkurang, Kapan Puncak Musim Kemarau di Indonesia?

Ilustrasi: Curah hujan sudah mulai berkurang sejak awal Maret, kapan puncak musim kemarau bakal berlangsung? (Mayrecreation)

Berakhirnya fenomena La Nina di Samudra Pasifik pada awal Maret menandai datangnya musim kemarau yang sebagian besar wilayah di Indonesia diprediksi akan normal. Kapan puncaknya?

Inibaru.id - Maret sudah berjalan lebih dari separuh. Meski curah hujan masih acap turun, intensitasnya mulai berkurang. Hal ini sesuai prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang mengatakan bahwa bulan ini masuk awal musim kemarau.

BMKG memprediksi, kemungkinan musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia akan berlangsung hingga Juni, bahkan lebih. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, kemarau diprediksi akan mencapai puncaknya pada Juni, Juli, dan Agustus.

"Musim kemarau disebabkan oleh peralihan angin Monsun Asia atau Angin Barat menjadi angin Monsun Australia atau Angin Timur. (Berdasarkan pergerakan itu) puncak musim kemarau pada Juni, Juli, dan Agustus," sebutnya sebagaimana dikutip dari laman resmi BMKG, Kamis (13/3/2025).

Dwikorita melanjutkan, fenomena La Nina di Samudra Pasifik juga sudah bertransisi menuju fase El Nino Southern Oscillation (ENSO) Netral, merujuk pada pengamatan suhu muka laut pada awal Maret ini. Artinya, fenomena iklim La Nina juga telah dinyatakan berakhir.

"Saat ini (13 Maret) BMKG menyatakan bahwa La Nina telah berakhir dan musim kemarau 2025 diprediksi normal. Artinya segala sesuatunya berjalan lebih kondusif dari segi cuaca," jelasnya.

Sebagian Besar Musim Kemarau Normal

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Technology Indonesia)

Berdasarkan pengamatan BMKG, sebagian besar wilayah di Tanah Air akan mengalami awal musim kemarau yang normal, antara lain Sumatra, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku dan sebagian Maluku Utara.

"Sementara itu, wilayah yang diperkirakan akan mengalami awal musim kemarau lebih lambat adalah wilayah Kalimantan bagian selatan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan Merauke," terang Dwikorita.

Menurut perbandingan rata-rata klimatologisnya, secara umum musim kemarau 2025 akan bersifat normal, yang mencapai 60 persen. Sementara, 26 persen wilayah akan mengalami musim kemarau atas normal, sedangkan 14 persen sisanya bawah normal.

"Yang diprediksi akan mengalami musim kemarau normal adalah sebagian besar Sumatra, Jawa bagian timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua," paparnya.

Musim Kemarau Atas Normal

Ilustrasi: Memasuki musim kemarau, sektor pertanian sebaiknya mulai menyesuaikan jadwal tanam. (Antara Foto/Hendra Nurdiyansyah via Medcom)

Dwikorita melanjutkan, wilayah yang akan mengalami sifat musim kemarau di atas normal besar kemungkinan mencakup sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah.

Adapun wilayah dengan sifat musim kemarau di bawah normal atau lebih kering dari klimatologisnya antara lain wilayah Sumatra bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

Dwikorita berharap, masyarakat yang bergerak di sektor pertanian dapat menyesuaikan jadwal tanam dengan prediksi BMKG tersebut, termasuk memilih varietas yang sesuai serta mengoptimalisasi pengelolaan air; khususnya untuk wilayah dengan musim kemarau yang nggak normal.

"Sedangkan wilayah yang berpotensi mengalami musim kemarau lebih basah dapat memanfaatkannya dengan memperluas lahan sawah untuk meningkatkan produksi pertanian," imbaunya.

Memasuki musim kemarau, saatnya kita juga bersiaga, terutama berkaitan dengan bahaya kebakaran dan kekeringan. Jangan buang puntung rokok sembarangan, ya! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Narkoba Sitaan Jaringan Fredy Pratama Dimusnahkan dengan Metode Asam Sulfat

8 Mar 2025

Diskon 20 Persen selama Mudik Lebaran 2025, Berapa Tarif Tol Jakarta-Semarang?

8 Mar 2025

Menyoal Stunting, Prof Budi: Lebih Efektif dengan Fokus pada Tindakan Preventif

8 Mar 2025

Hukum Salat Tarawih Sendirian di Rumah, Bolehkah?

8 Mar 2025

Orang Indonesia Kerap Menjarah Muatan Kendaraan yang Kecelakaan, Mengapa?

8 Mar 2025

Potensi Desa Perlu Didorong sebagai Fondasi Pembangunan Daerah

8 Mar 2025

Sering Bertengkar dengan Pasangan; Wajar atau Tanda Nggak Cocok?

9 Mar 2025

Jarak Subuh dan Maghrib Satu Jam, Seperti Apa Fakta Puasa di Kutub Utara?

9 Mar 2025

Tips Mengamankan Rumah Sebelum Ditinggal Mudik Lebaran

9 Mar 2025

Pemandian Air Panas Bayanan, Sudah Jadi Tujuan Wisata Sejak Zaman Penjajahan

9 Mar 2025

Begini Cara Membeli Tiket Pesawat Murah di Menit Terakhir

9 Mar 2025

Ekspansi Penerbangan Kargo, Bandara Ahmad Yani Semarang Tambah Rute ke Banjarmasin

9 Mar 2025

Nasi Goreng Pliket, Menu Andalan di Warung Satai Kambing Pak Dakir Yogyakarta

9 Mar 2025

Sering Dikonsumsi, Makanan-Makanan Ini Bisa Memperpendek Umur

9 Mar 2025

Cara Mendaftar Kuota Mudik Motor Gratis Kemenhub dengan Kereta

10 Mar 2025

'Hilal' Mulai Terlihat; Pencairan THR PNS Pekan Ini, Swasta Maksimal H-7 Lebaran

10 Mar 2025

Lawan Southhampton, Kok Liverpool Bisa Ganti Pemain Lebih Banyak dari Seharusnya?

10 Mar 2025

Satai Keong, Megengan, dan Perayaan Menyambut Ramadan di Kabupaten Demak

10 Mar 2025

Kapasitas Sekolah Negeri Terbatas, Pemkot Semarang Rencanakan Program Beasiswa ke Sekolah Swasta

10 Mar 2025

Mengapa Pernikahan Kerap Dianggap sebagai Solusi Sebuah Masalah?

10 Mar 2025