BerandaHits
Jumat, 25 Mar 2021 12:00

Budidaya Maggot; Bermanfaat, Murah, dan Gampang

Budidaya maggot bisa dilakukan di mana saja. (Inibaru.id/ Audrian F)

Terus menerus makan selama 24 jam membuat maggot bisa menjadi solusi pengelolaan sampah organik. Budidayanya pun nggak susah. Selain itu, nggak perlu banyak biaya dan bisa dilakukan di mana saja. <br>

Inibaru.id - Budidaya maggot dinilai akan jadi harapan cerah bagi pengelolaan sampah di masa depan. Sebab larva dari Lalat Black Soldier Fly (BSF) ini dikenal bisa membasmi sampah organik dengan memakannya dalam jumlah banyak dan cepat.

Selain itu maggot juga punya kelebihan lain. Tubuhnya yang penuh protein cocok banget buat pakan hewan ternak seperti ayam atau ikan. Nggak berhenti sampai di situ saja, kotoran maggot dinilai dapat dijadikan pupuk dan menyuburkan tanaman.

Dengan fungsinya yang cukup banyak tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang melalui UPT TPA Jatibarang membudidayakan maggot untuk pengelolaan sampah. Di samping digunakan sendiri, budidaya maggot juga terus disosialisasikan kepada masyarakat Kota Semarang.

Nah, agar bisa melakukan budidaya, Kepala UPT TPA Jatibarang Wahyu Hermawan memberikan kelebihannya. Dia sudah setahun belakangan melakukan budidaya maggot di kantornya.

Menurutnya, membuat budidaya maggot ini nggak susah. Bahkan hasilnya akan lebih memuaskan.

Salah satu warga yang tertarik budidaya maggot. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Harga Nggak Mahal

Wahyu memaparkan kalau sebetulnya telur maggot yang berasal dari Lalat BSF bisa ditemukan di alam. Namun karena dirasa nggak ingin sulit dan praktis, dia menyarankan untuk beli.

Kalau beli, jika masih dalam bentuk telur per gramnya berharga Rp 7 ribu. Tapi kalau maggot, perkilonya hanya Rp 10 ribu. Nggak mahal bukan? Bahkan khusus warga Semarang, jika ada yang ingin membudidayakan maggot, UPT TPA Jatibarang akan mendukung.

“Kami akan beri gratis, secara cuma-cuma,” tambahnya.

Lokasi budidaya maggot di TPA Jatibarang/. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Nggak Butuh Tempat yang Luas

Soal tempat, nggak perlu menyiapkan yang luas. Menurut Wahyu, intinya yang dibutuhkan hanya tempat-tempat penampungan. Medianya bisa dari apapun dan dengan catatan ada sinar matahari yang cukup.

“Tempat-tempat bekas saja, nggak perlu beli,” ujarnya.

Tempat penampungan yang dibutuhkan antara lain seperti wadah untuk maggot, kemudian pupa, dan lalat BSF. Nah, untuk lalat BSF ini perlu adanya satu kurungan khusus yang tertutup dengan rapat.

Hal ini memang perlu agar dalam kurungan tersebut, akan jadi tempat lalat BSF untuk kawin dan bertelur. Untuk bertelur juga perlu balok-balok kayu yang disusun dengan celah-celah kecil di tengahnya sebagai tempat lalat BSF menaruh telurnya.

“Meskipun setiap orang berhak budidaya maggot, alangkah baiknya jika melakukan secara swadaya. Kalau swadaya manfaatnya bisa digunakan secara bersama-sama,” lanjutnya.

Makanan untuk maggot. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Makanan Aspek Paling Penting

Setelah beres dengan perkara tempat penampungan, Wahyu mengingatkan jika sudah berjalan yang kan jadi tantangan selanjutnya adalah soal makanan. Lalat BSF memang nggak butuh banyak makan, namun saat menjadi maggot proses makannya nggak akan pernah berhenti.

“24 jam mereka akan terus makan,” kata Wahyu.

Makanan yang dibutuhkan maggot, lanjut Wahyu, tergantung pada berapa banyak jumlah maggot. Rata-rata, mereka makan dua kali bobot tubuhnya. Di sini, paling nggak Wahyu memberi makan maggot sebanyak 500 kg sampah organik per hari.

Jenis makanannya juga nggak susah. Asal organik, maggot doyan-doyan saja. Itulah mengapa tentara hitam yang satu ini cocok sekali buat kelestarian lingkungan.

Jadi itulah serba-serbi budidaya maggot. Tertarik mencobanya, Millens? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024