BerandaHits
Kamis, 31 Agu 2022 18:00

Boyolali dan Jepara Kekeringan, Warga Bergiliran Dapatkan Air Bersih

Bencana kekeringan sudah dilaporkan di sejumlah daerah di Indonesia. (Bpbd.ntbprov)

Dua kabupaten di Jawa Tengah, Boyolali dan Jepara sudah melaporkan bencana kekeringan. Mereka yang tinggal di daerah kekeringan mendapat suplay air bersih dari truk tangki yang dikirim oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten masing-masing.

Inibaru.id – Meski sejumlah pakar menyebut musim kemarau musim ini sebagai kemarau basah, nyatanya beberapa daerah di Indonesia mengalami masalah kekeringan. Di Jawa Tengah saja, tercatat sudah dua kabupaten yang melaporkannya, yaitu Jepara dan Boyolali.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali mengungkap kalau empat kecamatan sudah mengajukan bantuan air besih akibat hilangnya sumber air.

“Empat kecamatan tersebut adalah Simo, Kemusu, Wonosegoro, dan Wonosamodro,” ungkap Kepala BPBD Boyolali Widodo Munir sebagaimana dikutip dari jpnn, Rabu (31/8/2022).

Sayangnya, BPBD Boyolali baru bisa menyuplai 25 tangki dengan ukuran lima ribu liter ke tujuh desa saja, yaitu Desa Kendel di Kecamatan Kemusu, Desa Gunung di Kecamatan Simo, Desa Tetoyan dan Guwo di Kecamatan Wonosegoro, serta desa Bangle, Garangan, dan Gunungsari di Kecamatan Wonosamodro. Desa-desa lain pun masih menanti sampai sekarang.

Agar bencana kekeringan ini nggak terjadi pada tahun-tahun berikutnya, BPBD Boyolali menyarankan warga untuk menanam pohon lebih banyak sehingga simpanan air di dalam tanah melimpah pada musim kemarau.

Kekeringan Juga Melanda Jepara

BPBD Jepara mengirim air ke sejumlah desa yang mengalami masalah kekeringan. (Radar Kudus/BPBD Jepara)

Nggak hanya BPBD Boyolali yang kerepotan dengan masalah kekeringan, BPBD Jepara juga mengalaminya. Mereka harus rutin melakukan pengiriman air bersih ke Desa Clering dan Sumberejo yang ada di Kecamatan Donorojo dua kali sepekan, tepatnya pada hari Senin dan Kamis.

“Sekali dropping, masing-masing dijatah 10 ribu liter air,” ucap Kepala Pelaksana Harian BPBD Jepara Arwin Noor Isdiyanto sebagaimana dikutip dari Radar Kudus, Rabu (31/8).

Kedua desa tersebut memang rutin mengalami masalah kekeringan setiap tahun. BPBD Jepara bahkan sudah memperkirakan masalah ini akan berlanjut hingga akhir November 2022, Millens.

Mitigasi Bencana Kekeringan

Memang, pemerintah sudah punya program sendiri untuk mengatasi masalah kemarau panjang atau kekeringan. Tapi, mengingat belakangan ini perubahan iklim semakin terasa di berbagai penjuru dunia, butuh kekompakan antara masyarakat dan pemerintah untuk bahu membahu melakukan langkah mitigasi bencana kekeringan.

Ada beberapa langkah mitigasi yang bisa dilakukan pemerintah dengan mendapat dukungan penuh dari masyarakat agar masalah kekeringan nggak rutin kita alami. Apa saja itu?

1. Membangun Embung

Embung bisa menampung air dalam jumlah banyak. (Dok Kementerian PUPR)

Embung bisa menampung air hujan dalam jumlah banyak. Air dari embung ini bisa dipakai saat musim kemarau, khususnya untuk kebutuhan irigasi pertanian.

2. Membangun Waduk

Mirip dengan embung, waduk bisa menampung air cukup banyak. Tapi, sumbernya nggak harus dari air hujan. Sungai atau air tanah juga bisa disalurkan ke waduk. Timbunan air inilah yang bisa dipakai saat musim kemarau.

3. Penghijauan

Seperti halnya yang disarankan BPBD Boyolali, penghijauan adalah kunci untuk mengatasi masalah kekeringan. Semakin banyak pohon, khususnya yang menyerap air dalam jumlah banyak seperti beringin, aren, dan bambu, bakal membuat lebih banyak air yang tertahan di dalam tanah. Otomatis, sumber air pun akan tetap terjaga meski kemarau berlangsung cukup panjang.

Nah, bagaimana ketersediaan air bersih di lingkunganmu, Millens? Apakah di sana cukup banyak pepohonan sehingga sumber air tetap terjaga? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024