BerandaHits
Jumat, 21 Mei 2020 13:31

Bikin Gemas, Ini Alasan Masyarakat Nekat Jejali Toko Baju Jelang Lebaran

Masyarakat mulai padati toko pakaian. (Inibaru.id/ Audrian F.)

Geregetan deh lihat orang-orang memadati toko baju menjelang Lebaran padahal imbauan di rumah aja masih berlaku. Kira-kira apa sih yang membuat mereka berani berdesak-desakan?

Inibaru.id - Menjelang Lebaran, pusat perbelanjaan selalu disesaki oleh masyarakat yang hendak membeli pakaian baru. Namun, situasi berbeda mungkin terjadi di tahun 2020 akibat adanya pandemi yang mengharuskan masyarakat untuk #dirumahaja.

Tapi memang dasar bandel, kurang dari seminggu menjelang lebaran, tempat-tempat umum mulai dipenuhi oleh masyarakat. Titik keramaian ini saya ditemui di beberapa pusat perbelanjaan pakaian baik yang ada di mal atau toko swalayan Kota Semarang.

Bikin sebel memang, namun biar nggak suudzon, bagaimana kalau coba kita dengarkan isi hati mereka yang nekat belanja baju Lebaran di tengah imbauan pembatasan sosial?

Mereka tak segan mengajak anakknya yang masih kecil. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Randi Alfanto tampak sedang membolak-balikkan pakaian keluaran merk ternama yang tengah digantung. Kata Randi, membeli baju baru baginya adalah refreshing. Sebab, situasi akhir-akhir ini mungkin menjadi situasi yang runyam sekaligus membosankan.

Dia mengaku nggak banyak yang dia beli, tapi katanya sudah lihat-lihat pakaian saja membuat kebosanannya sirna.

“Hampir sebulan lebih saya di rumah. Apalagi ini nggak boleh mudik. Suntuk rasanya,” kata Randy pada Selasa (19/5).

Lain lagi dengan Esti. Ibu rumah tangga yang mengajak anak balitanya membeli baju Lebaran tersebut berdalih kalau anaknya yang balita sudah semakin berkembang. Jadi, memang sudah harus waktunya membeli baju.

“Kalau nggak beli kasihan. Sudah pada nggak muat bajunya,” ujar Esti.

Dia sebetulnya khawatir akan penyebaran virus corona di keramaian. Untuk itulah dia memiliki siasat belanja pada jam kerja. Atau saat toko baru beberapa jam buka.

“Jadi belum terlalu ramai orang,” tambahnya.

Melihat-lihat baju dianggap sebagai refreshing. (Inibaru.id/ Audrian F.)

Pindah ke toko busana muslim besar lain, saya bertemu perempuan yang tengah menunggu keluarganya berbelanja. Fajar Lia, seorang gadis asli Kota Semarang ini mengaku datang berombongan dengan 5 anggota keluarganya. Dia bahkan telah membeli baju secara daring, namun masih merasa harus berbelanja secara langsung ke toko tanpa takut risiko. Nekat, batin saya!

“Aku seimbang, antara beli online dan ke store langsung,” ungkapnya.

Ada pula Eko Budiono yang datang karena diajak oleh anaknya. Menurutnya membeli baju Lebaran adalah tradisi yang dia lakukan setiap tahun yang sayang jika dilewatkan. Perempuan 48 tahun ini berdalih datang ke toko karena diajak sang anak.

“Sebetulnya takut. (Tapi) dioyak-oyak anake, ini cuma sebentar tok langsung pulang karena untuk kepentingan ini saja,” kilahnya.

Berbeda dengan yang lain, Mona, perempuan 47 tahun mengaku nggak masalah jika harus keluar rumah untuk keperluan membeli baju Lebaran saja. Dirinya mengaku toh hal tersebut buat kepentingan anak-anaknya di rumah.

"Saya ndak beli, yang penting anak-anak saja," tutur perempuan asal Magelang ini.

Penasaran dengan grafik kenaikan pengunjung, saya kemudian bertemu dengan Sri Rejeki, staf manajer Pands Semarang. Dia mengatakan, pengunjung di tokonya menjelang Lebaran tak mengalami kenaikan drastis dan cenderung turun dari tahun lalu. Bahkan dirinya mengaku jumlah pengunjung kali ini sama dengan jumlah pengunjung di hari biasa saat sebelum terjadi pandemi corona.

"Kemarin awal pandemi memang sepi, sekarang orang sudah mulai bersahabat dengan covid-19 jadi mulai berani datang ke sini. Dibanding tahun lalu kita jauh turunnya," tutur perempuan yang akrab disapa Eki ini.

Duh duh. Semakin hari semakin nekat aja sih masyarakat Indonesia. Bukankah lebih baik berlebaran dengan baju lama daripada harus bersinggungan dengan corona?

Buatmu yang mau ikutan berdesakan beli baju Lebaran, mending dipikir-pikir dulu deh, Millens! (Audrian F, Zulfa Anisah)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024