Inibaru.id - Mendapat kabar bahwa sekolah tempat putranya mengenyam pendidikan sekolah dasar akan mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Siti Maemunah justru merasa gamang. Bukan takut anaknya keracunan, tapi khawatir menu yang disajikan memicu alergi pada buah hatinya.
"Aku nggak begitu yakin, tapi beberapa kali anakku tampak gatal-gatal kalau makan telur atau udang. Belum ngecek, sih. Tapi aku khawatir. Pihak sekolah juga nggak banyak mendiskusikan tentang menu MBG ke wali murid," ungkap Mae, sapaan akrabnya, Senin (27/10/2025).
Kekhawatiran ini agaknya nggak hanya dialami Mae. Terlepas dari sejumlah kasus keracunan yang menimpa ribuan siswa di Indonesia yang diduga terjadi selepas mengonsumsi menu MBG, yang acap luput dari pemberitaan adalah, apa yang harus dilakukan orang tua saat anaknya ternyata punya riwayat alergi?
Ini penting, karena Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan bahwa MBG adalah program inklusif untuk memastikan anak-anak di Indonesia mendapatkan makanan bergizi secara rutin. Inklusif berarti tiap anak, termasuk yang memiliki trauma, riwayat alergi, atau intoleransi makanan mendapatkan haknya.
Nggak Bisa Diseragamkan
BGN sejatinya telah menegaskan bahwa kebutuhan gizi setiap anak nggak bisa diseragamkan. Dikutip dari laman resmi mereka, BGN telah menyediakan menu makanan khusus yang disesuaikan bagi anak-anak dengan alergi, intoleransi, atau kondisi kesehatan tertentu.
“Kebutuhan gizi setiap anak tidak bisa diseragamkan. Anak dengan alergi atau intoleransi tetap berhak mendapatkan asupan bergizi yang aman tanpa membahayakan kesehatannya,” ujar Kepala Biro Hukum & Humas BGN Khairul Hidayati di Jakarta, 6 September 2025 lalu.
Aturan ini secara resmi tertera dalam Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah Program MBG Tahun 2025 yang tertuang dalam Keputusan Kepala BGN Nomor 63 Tahun 2025; yang menyebutkan bahwa tiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) wajib melakukan identifikasi tersebut.
"SPPG menjadi garda terdepan untuk melakukan identifikasi terhadap peserta didik atau penerima manfaat yang memiliki alergi, intoleransi, atau fobia terhadap bahan makanan tertentu; yang nantinya menjadi dasar penyusunan menu alternatif," terang Hida, sapaan akrab Hidayati.
Memenuhi Angka Kecukupan Gizi
Hida menegaskan, penyusunan menu alternatif itu harus tetap memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) harian yang menyesuaikan usia; tentu saja dengan menggunakan bahan yang nggak berisiko memicu reaksi tertentu pada si penerima MBG.
Misalnya, anak dengan alergi telur akan memperoleh sumber protein pengganti dari ikan atau daging. Sementara itu, jika mengalami intoleransi laktosa akan mendapatkan pilihan karbohidrat dan kalsium dari bahan pangan yang lebih aman.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, bisa menikmati manfaat dari program MBG. Tidak sekadar kenyang, tetapi juga sehat, aman, dan sesuai dengan kondisi tubuh mereka,” sebutnya.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan bahwa pihak sekolah diharapkan aktif mendata kondisi kesehatan siswa, terutama terkait catatan alergi terhadap bahan pangan tertentu. Data tersebut kemudian disampaikan kepada SPPG, sehingga menu yang diberikan bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.
Nah, buat orang tua atau wali siswa, khususnya untuk yang memiliki anak dengan riwayat alergi makanan, penting untuk kamu mengetahui mekanisme pelaporan agar menu MBG yang diberikan ke buah hati bisa disesuaikan agar nggak memicu reaksi negatif.
Langkah-Langkah Pelaporan
Berikut adalah mekanisme yang bisa kamu coba untuk melakukan pelaporan riwayat alergi anak ke pihak sekolah atau SPPG:
1. Identifikasi alergi dan konsultasi medis. Pastikan anak telah menjalani pemeriksaan atau memiliki catatan medis dari dokter yang menyatakan jenis alergi atau bahan makanan yang harus dihindari.
2. Hubungi sekolah dan pihak penyelenggara MBG. Segera beri tahu guru kelas atau pihak administrasi sekolah jika buah hatimu memiliki riwayat alergi makanan tertentu. Jangan lupa sertakan salinan surat keterangan dokter atau pernyataan tertulis.
3. Melengkapi formulir pendataan alergi. Tanyakan ke pihak sekolah atau SPPG terkait formulir pendataan alergi. Jika ada, segera lengkapi formulir pendataan alergi tersebut.
4. Konsultasikan mengenai menu alternatif. BGN telah menegaskan bahwa anak dengan alergi, intoleransi, atau kondisi kesehatan khusus akan mendapatkan menu alternatif. Maka, cobalah mengonsultasikan menu alternatif apa saja yang aman untuk diberikan kepada anak.
5. Pemantauan dan komunikasi rutin. Setelah menu disesuaikan, kamu sebaiknya tetap memantau kondisi anak dan melaporkan jika terdapat reaksi atau kendala tertentu. Terkait hal ini, pihak sekolah atau penyelenggara juga seharusnya menjalin komunikasi terbuka dengan orang tua.
Catatan Penting untuk Orang Tua
- Pastikan data alergi anak ditulis secara jelas; apa saja bahan yang harus dihindari, alternatif makanan, dan seberapa parah reaksinya.
- Jangan ragu meminta salinan menu alternatif yang akan diberikan ke anak untuk memastikan nggak ada bahan yang pemicu alergi yang terlewat.
- Jika terjadi perubahan kondisi anak (misalnya muncul alergi baru), segera update ke sekolah atau pihak penyelenggara MBG.
- Simpan bukti korespondensi atau formulir yang diisi sebagai dokumentasi apabila dibutuhkan pada kemudian hari.
Untuk memastikan anak yang memiliki riwayat alergi mendapatkan manfaat optimal dari Program MBG, pelaporan dan koordinasi yang baik antara orang tua, sekolah, dan penyelenggara sangat krusial.
Kebijakan BGN sudah memfasilitasi mekanisme ini dengan mewajibkan identifikasi dan menu alternatif bagi penerima manfaat berlatar alergi atau intoleransi. Dengan pelaporan yang benar dan sistem yang mendukung, hak anak atas makanan bergizi yang aman bisa terpenuhi. Sepakat, Gez? (Siti Khatijah/E10)
