BerandaHits
Rabu, 7 Feb 2023 09:46

Anak Ayam Warna-warni Cepat Mati, Kenapa?

Ilustrasi: Anak ayam yang diwarnai biasanya menjadi cepat mati ketimbang anak ayam yang nggak diwarnai. (Pexels/Curioso Photography)

Melihat anak ayam warna-warni dijual di depan sekolah membuat para anak ingin membeli dan membawa pulang. Tapi biasanya, hidup anak ayam itu nggak akan bertahan lama. Mau tahu sebabnya?

Inibaru.id - Kamu pasti sudah sering melihat anak ayam warna-warni yang sering dijual di depan sekolah dasar (SD) kan? Bagaimana perasaanmu melihat fenomena itu, Millens? Sebagai orang dewasa, apakah kamu merasa miris dan kasihan kepada nasib anak ayam tersebut?

Ya, di balik warna cerah dan lucunya anak ayam yang menarik para bocah untuk membelinya, ada fakta yang memilukan pada bisnis penjualan anak ayam warna-warni ini. Bagaimana nggak, anak ayam yang diwarnai biasanya menjadi cepat mati ketimbang anak ayam yang nggak diwarnai.

Dalam artikel yang ditulis Merdeka (30/3/2016) dijelaskan para pedagang sengaja mewarnai bibit ayam polos (tanpa warna) dengan zat pewarna tekstil. Dengan strategi pewarnaan itu, para pedagang bisa meraup untung besar. Mereka nggak peduli dampak pewarnaan beracun bagi anak ayam itu mengakibatkan anak ayam pusing, keracunan dan mati.

"Ya namanya juga 'mainan' bernyawa, ya kalau mati wajar. Untungnya kan lumayan gede. Banyak yang beli soalnya, apalagi kalau lagi ramai buat acara tertentu semisal ulang tahun. Bukan cuma pedagang eceran doang yang beli," kata Ati, salah seorang pemiliki kios bibit ayam cukup besar di Jakarta.

Proses Pewarnaan Sangat Beresiko

Ilustrasi: Penjual anak ayam nggak berhati-hati melakukan pewarnaan sehingga tetesan pewarna tekstil, makanan, dan rambut bisa masuk ke mata. (Aws-cf.imdoc)

Sebenarnya nggak cuma anak ayam yang menjadi korban pewarnaan para pedagang untuk meraup keuntungan. Ada juga burung-burung yang sayapnya diberi cat warna-warni agar menarik pembeli yang biasanya anak kecil.

Menurut kelompok perlindungan unggas, ayam atau burung yang diwarnai bisa mati karena pewarnaan itu menyebabkan peradangan di mata hingga saluran pernafasan. Bahan pewarna tersebut berisiko tertelan dan mengenai mata pada saat proses pemulasan, perendaman, maupun penyemprotan.

Nggak hanya anak ayam, burung emprit juga terkadang diberi pewarna dulu sebelum dijual ke anak-anak. (Trenburung.blogspot)

Juru bicara urusan pemerintah di People for the Ethical Treatment of Animals cabang India menjelaskan penjual ayam warna-warni juga cenderung merendam, menumpahi, atau mencelup satu kotak berisi lusinan anak ayam ke cairan pewarna agar cepat selesai, dikutip dari laman National Geographic.

Penjual anak ayam nggak berhati-hati melakukan pewarnaan sehingga tetesan pewarna tekstil, makanan, dan rambut bisa masuk ke mata. Akibatnya, hewan-hewan itu mengalami peradangan hingga kebutaan parsial.

Nggak hanya itu, penderitaan anak ayam juga makin bertambah karena kadang penjual melempar-lempar ringan mereka dari satu telapak tangan ke telapak tangan lainnya agar pewarna melekat rata ke bulu. Sarma mengatakan, proses ini membuat anak ayam yang seharusnya dipegang hati-hati jadi terguncang-guncang, racun masuk ke mata dan badan, lalu anak ayam mati.

Ah, menyedihkan sekali perlakuan mereka kepada sesama makhluk hidup ya, Millens? Tapi selama anak-anak masih membeli ayam warna-warni, para pedagang itu akan tetap menjualnya karena bagi mereka itu bisnis yang menguntungkan. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024