BerandaHits
Rabu, 18 Nov 2025 19:44

Agar Nggak Ditelan Zaman, Seni Tradisional Perlu Berinovasi

Ketua DPRD Jateng Sumanto mendorong para pelaku seni tradisional untuk kreatif dan inovatif. (DPRD Jateng)

Di era ketika budaya populer mendominasi ruang hiburan, pelaku seni tradisional dituntut lebih kreatif agar warisan seperti wayang kulit tetap relevan. Melalui format pertunjukan baru hingga pemanfaatan teknologi, berbagai upaya dilakukan agar seni ini nggak kehilangan penonton.

Inibaru.id - Modernisasi yang bergerak cepat membuat selera hiburan masyarakat ikut berubah. Di tengah derasnya budaya populer, seni tradisional seperti wayang kulit harus berhadapan dengan tantangan baru mulai bagaimana tetap hidup, relevan, dan dinikmati generasi muda. Untuk itulah, pemerintah daerah dan para pelaku seni kini dituntut lebih adaptif dan inovatif agar warisan budaya ratusan tahun ini nggak sekadar bertahan, tetapi benar-benar menemukan bentuk baru yang bisa diterima zaman.

Ketua DPRD Jateng Sumanto memahami betul tantangan tersebut. Dia melihat bahwa masyarakat bisa saja merasa jenuh ketika sebuah seni disajikan dalam format yang sama selama bertahun-tahun. Maka, pembaruan nggak bisa dihindari, selama nilai-nilai utamanya tetap dijaga.

"Budaya yang ditampilkan terus-menerus dalam kemasan yang sama bisa jadi menimbulkan kejenuhan. Wayang kulit ini sudah ada sejak zaman nenek moyang dulu. Sampai sekarang meskipun upaya pelestariannya tertatih-tatih, tetap harus kita lakukan," ujarnya.

Karena itu, Sumanto mendorong para pelaku kesenian untuk merancang strategi yang lebih segar. Pertunjukan yang lebih ringkas, pemilihan cerita yang dekat dengan kehidupan masa kini, hingga gaya bahasa yang lebih ringan bisa menjadi jembatan agar penonton terutama generasi muda tetap merasa dekat dengan wayang kulit. Inovasi tersebut nggak bertujuan mengubah pakem, melainkan membuatnya lebih mudah diakses.

Menurut Sumanto teknologi membuka peluang baru. (DPRD Jateng)

Contohnya terlihat pada Pentas Wayang Kulit 30 Jam Nonstop yang belum lama digelar di Karanganyar. Sebanyak 23 dalang tampil bergantian, masing-masing membawa lakon yang dipadatkan dalam satu jam. Format baru ini membuktikan bahwa penyederhanaan durasi nggak harus mengurangi nilai filosofis.

"Para dalang ini menyuguhkan pertunjukan yang lebih singkat dengan bahasa yang lebih ringan, dan cerita yang dekat dengan masyarakat. Tentu tanpa meninggalkan pakem-pakem yang ada," katanya.

Inovasi nggak hanya soal penyajian. Teknologi juga membuka peluang baru. Kini, penonton nggak lagi harus duduk semalam suntuk di lapangan atau balai desa untuk menikmati cerita pewayangan. Live streaming, rekaman pertunjukan, hingga potongan adegan dalam bentuk video pendek menjadi medium baru yang memperpanjang napas kesenian tradisional.

"Kemajuan teknologi ini bukan menjadi ancaman, tapi bisa jadi peluang untuk memperluas jangkauan penonton di dunia maya," paparnya.

Bagi Sumanto, menjaga seni tradisional bukan hanya soal nostalgia atau romantisme masa lalu. Lebih dari itu, pelestarian budaya mencerminkan kemajuan suatu bangsa. Dia mencontohkan Jepang, negara modern dengan teknologi tinggi namun, warganya tetap memegang erat budaya tradisional. Dia berharap langkah serupa bisa menjadi inspirasi.

"Di tengah gempuran budaya populer, berbagai langkah kreatif perlu dilakukan agar seni tradisional tetap dinikmati. Tentu dengan modifikasi yang baik dapat menjadikan wayang kulit nggak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai karya seni yang relevan bagi generasi muda," tandasnya.

Betewe, kamu bakal lebih bisa menikmati kesenian tradisional yang dikemas kreatif dan inovatif kan, Gez? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: