Inibaru.id - Nggak pernah terbayangkan dalam kondisi pandemi seperti sekarang, para pelajar di MTS Negeri 3 Sumbawa bisa belajar via daring. Tadinya, daerah perbatasan ini sulit diakses internet. Banyak juga yang akhirnya nggak punya gawai. Buat apa punya gawai kalau internet nggak ada? Begitu pikir mereka.
Seperti yang dilontarkan oleh Ramelianti, salah seorang murid di MTS Negeri 3 Sumbawa. Katanya di rumahnya sinyal nggak mendukung sehingga ketika mengakses internet, loading lambat sekali. Dia juga nggak punya gawai, jadi harus bergantian dengan kakaknya.
“Kalau kebutuhannya banyak ya ke sekolah. Ke sekolah naik cidomo (dokar) bayarnya Rp 5 ribu,” ujarnya.
Kesulitan sinyal tadi juga dibenarkan oleh Kepala Sekolah MTS Negeri 3 Sumbawa Lalu Istiqlal. Sinyal di sini memang sangat sulit. Wajar jika sebanyak 25 persen siswa nggak bisa ikut PJJ.
Sebagian juga nggak punya gawai dan nggak mampu beli kuota. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bagi mereka gawai nggak ada artinya tanpa sinyal yang memadai.
Sebagai solusi, banyak murid menuju ke sekolah untuk menggunakan bantuan jaringan internet yang disediakan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi(BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
"Selama PJJ banyak siswa datang ke madrasah untuk mengakses internet gratis. Padahal rumah siswa jauh dari madrasah, bahkan siswa ada yang berjalan kaki 5 kilometer," kata Lalu.
Keluhan di MTs 3 nggak cuma urusan sinyal. Masalah lain juga muncul. Lantaran nggak terbiasa menggunakan internet untuk mengikuti pelajaran, mereka kesulitan mengoperasikan gawai. Meskipun demikian, kata Lalu, kesulitan itu menjadi pemicu untuk belajar. Lambat laun mereka bisa.
“Sisi positifnya, situasi pandemi menggembleng siswa agar memahami teknologi informasi," ucap Lalu. MTS Negeri 3 Sumbawa termasuk salah satu ruang publik yang dapat bantuan aksesibilitas jaringan internet dan telekomunikasi dari Bakti. Selain itu ada puskesmas dan kantor kelurahan.
Akses Penting untuk Membimbing Generasi Penerus
Kebutuhan internet juga dipaparkan oleh Staf Ahli Menteri Kominfo Prof Henri Subiakto yang ikut berkunjung ke NTB. Menurutnya, telekomunikasi dan aksesibilitas menjadi bagian penting untuk membimbing generasi bangsa, meski di wilayah terluar sekali pun.
"Terutama pendidikan karena pada masa pandemi diberlakukan sekolah online. BAKTI bertanggung jawab mempersiapkan infrastruktur dalam konteks tranformasi digital. Infrastruktur itu ada yang terkait fiber optic (Palapa Ring) dan BTS (base transceiver station)," kata Staf Ahli Menteri Kominfo Prof Henri Subiakto.
Prof Henri juga mengemukakan kalau pandemi ini seolah membuka mata setiap orang akan keharusan menggunakan teknologi. Terlebih karena larangan untuk berkumpul masih akan terus diberlakukan.
“Dari situ akhirnya jadi ada percepatan penggunaan,” sambungnya.
Lebih dari itu, Prof Henri berpendapat jika Bakti memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) yang menanti. Misalnya menjangkau daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) dan perbatasan masih banyak yang belum tersentuh internet.
Tercatat pada 2020, terdapat 159 lokasi yang mendapat layanan program Akses Internet (Aksi) di bidang pendidikan oleh BAKTI Kominfo di Pulau Sumbawa.
Pendidikan sudah jelas adalah hak setiap warga negara agar tongkat estafet kemerdekaan ini nggak terputus begitu saja. Diharapkan, jaringan telekomunikasi dan aksesibilitas internet ini dapat menyingkirkan batu besar yang menghambat mimpi generasi muda.
Semoga infrastruktur di Sumbawa ini semakin merata ya, Millens. (IB28/E05)