BerandaFoto Esai
Senin, 29 Nov 2020 09:49

Jajakan Air Bersih di Kota Semarang, Angkut Puluhan Blek dari Warung ke Warung

Para penjual air bersih ini mudah ditemukan di sekitar Kota Lama dan Alun-alun Kota Semarang. Dengan gerobak dorong, blek-blek bekas biskuit berisikan air bersih diantar ke warung-warung langganan. <br>

Inibaru.id - Tiga blek bekas berisikan air bersih luput dari tangan Pardi. Brang! Brang! Brang! Berisik sekali bunyinya. Nggak lama kemudian, dia pun segera membenahi kekacauan itu, lalu membawa blek yang jatuh itu ke tempat yang lebih terang di dalam rumah, semacam "bengkel" untuk perbaikan.

Mata Pardi juga langsung memincing seraya menelusuri permukaan kaleng. “Mau saya tambal. Kalau kalengnya bocor, rejeki saya juga bocor,” ujarnya kepada saya yang menyambanginya pada Selasa (23/11/2020) sore lalu. Dalam jangkauannya, sekantung perkakas penambal kaleng diletakkan.

Pardi adalah salah seorang penjual air bersih di sekitar alun-alun dan Kota Lama Semarang. Bersama dua temannya, yaitu Sardi dan Paino, dia tinggal di sebuah rumah bekas gardu pandang milik PDAM di Jalan Kolonel Sugiono atau tepatnya di depan Hotel Oewa Asia.

Menemukan para penjaja air bersih ini tidaklah sulit. Mereka mudah dikenali lantaran membawa air dengan blek-blek bekas yang didorong memakai gerobak. Blek-blek yang dipakai merupakan bekas tempat makanan ringan, biskuit, makanan kucing, atau lem, yang terbuat dari seng.

Mereka sengaja memakai blek seng alih-alih jerigen plastik agar nggak gampang hilang karena blek bekas hampir dipastikan nggak laku kalau dijual lagi. Namun, blek itulah modal dan sumber penghasilan mereka. Inilah yang membuat Pardi sangat gemati merawat blek-blek itu.

Saat Pardi sedang sibuk menambal, terdengar langkah kecil seseorang yang menuruni sebuah tangga kayu. Dialah Sardi. Dari kedua temannya, Sardi adalah yang paling senior. Dia sudah berjualan air dengan blek dan gerobak dorong sejak 1987.

“Dari awal jualan (air) sampai sekarang, banyak yang berubah di kota ini,” terang Sardi seraya duduk di sebelah Pardi.

Berjualan air bersih adalah usaha turun-temurun. Sardi merupakan generasi ketiga, pun demikian dengan kedua temannya yang juga mewarisi usaha tersebut dari orang tuanya. Dulu, kakek Sardi berjualan air dengan memakai pikulan. Harganya masih Rp 25 per blek.

“Dulu itu ceritanya air kan belum seperti sekarang. Nah, kakek saya awalnya sukarela membawakan air, tapi kok banyak yang pesan, akhirnya jadi pekerjaan sampai sekarang,” ungkapnya.

Sardi, Pardi, dan Paino bukan dari Semarang. Mereka adalah perantau dan secara berkala pulang ke kampungnya Sukoharjo. Namun, lantaran pesanan datang saban hari, Sardi harus mencari pengganti, entah saudara atau kerabat, saat dia pulang kampung yang biasanya dilakukan 40 hari sekali.

Oya, nggak lama setelah saya berbincang dengan Sardi, Paino datang. Lelaki yang mulai berjualan air sejak 2005 itu nggak banyak bicara. Namun, dia pekerja keras. Itulah kesan Sardi pada Paino. Dia mengatakan, Paino tetap bekerja di tengah hujan dengan mengenakan jas hujan.

Melayani Warung-Warung

Sardi, Pardi dan Paino mulai bekerja pukul 03.00 pagi, mengantarkan air untuk warung-warung makanan. Biasanya, sampai tengah hari mereka hilir-mudik membawa air dalam blek yang mereka dapatkan dari sebuah sumur di sekitar ruko yang belokasi di depan Metro Hotel.

Mereka nggak mengambil air di sumur dengan cuma-cuma. Tiap bulan, mereka harus membayar sejumlah uang ke pengelola kawasan ruko itu. Nantinya, air bersih dijual Rp 2.000 per blek. Pardi, Sardi, dan Paino sudah punya pelanggan sendiri. Jadi, penghasilan mereka pun berbeda.

Dulu, sebelum penataan air di Semarang sebaik sekarang, nggak hanya warung yang memesan air ke mereka. Warga yang kesulitan air pun memesan dari mereka. Namun, kini penghasilan mereka kian menyusut. Selain warga nggak kesulitan air, warung juga banyak yang dipindah.

“Sekarang sepi. Warung-warung juga sudah banyak yang tutup atau pindah karena penertiban kota,” ujar Sardi.

Sardi cs bukanlah satu-satunya kelompok penyedia air di Kota Semarang. Laiknya kelompok Sardi, kelompok-kelompok lain juga mangkal dan tidur di suatu sudut, biasanya nggak jauh dari Kota Lama atau alun-alun kota. Kedua kawasan itu dulu memang merupakan pusat kota.

Sardi, Pardi, dan Paino hingga kini masih bergantung dari jumlah blek air bersih yang mereka antarkan saban hari. Namun, saya memahami kegundahan mereka di tengah modernitas zaman ini. Mungkin, suatu saat mereka bakal menyerah, tapi sepertinya bukan untuk saat ini. (Audrian F/E03)

Pardi siap-siap bekerja.<br>
Tinggal di sebuah bekas gardu PDAM.<br>
Siap mengisi kaleng-kaleng air.<br>
Paino mengambil dari sumur yang disewa dari pengelola ruko.<br>
Memenuhi kaleng-kaleng dengan air.<br>
Nggak lupa membawa minum apabila haus di tengah bekerja dan perjalanan.<br>
Sardi dan Pardi siap mengantar ke warung-warung.<br>
Sardi menyetok air dari satu warung ke warung lainnya.<br>
Hujan nggak menghentikan langkah Paino untuk terus bekerja.<br>
Istirahat sehabis menambal kaleng-kaleng air.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: