BerandaFoto Esai
Senin, 13 Jun 2021 10:37

Internet 'Tenaga Surya' Desa Kadirejo; Unlimited, Stabil, dan Bebas Gangguan Pemadaman Listrik

WFH dan sekolah daring memaksa tiap orang melengkapi diri dengan perangkat internet yang mumpuni. Nah, untuk memenuhi kebutuhan ini, Desa Kadirejo mendirikan internet desa. Terus, karena sering terjadi pemadaman listrik, perangkat ini pun dilengkapi dengan panel tenaga surya, menjadikannya sebagai internet 'tenaga surya' pertama di Kabupaten Semarang.<br>

Inibaru.id - Tepat pada malam perayaan Idulfitri setahun lalu, tepatnya pada 23 Mei 2020, seluruh Desa Kadirejo, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, resmi terkoneksi internet gratis. SuryaNett namanya. Internet desa yang stabil dan mumpuni itu bisa diakses tanpa biaya sepeser pun hingga Agustus 2020, lalu berbayar dengan harga yang sangat terjangkau.

Hari itu, inisiasi Pemerintah Desa (Pemdes) Kadirejo membangun jaringan internet nirkabel bertenaga surya terbayar lunas. Secara keseluruhan, jaringan ini mampu menjangkau desa dengan delapan dusun yang berlokasi sekitar 75 kilometer dari Kota Semarang tersebut.

Dibangun sejak Maret 2020, tepat di tengah pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat begitu tergantung pada internet untuk kepentingan pendidikan dan pekerjaan, jaringan internet ini tentu saja disambut gembira masyarakat setempat. Sebelumnya, warga memang mengaku kesulitan mengakses internet karena keterbatasan sinyal.

Nggak hanya jaringan internet yang stabil dan mumpuni, SuryaNett juga disokong enam panel tenaga surya yang memungkinkan adanya akses internet 24 jam nonstop. Perlu kamu tahu, pemadaman listrik memang kerap terjadi di Desa Kadirejo, yang kadang terjadi pada jam sibuk. Maka, keberadaan internet "tenaga matahari" ini tentu saja sangat membantu kebutuhan masyarakat setempat.

Tiap panel surya kepunyaan Suryanett mampu menghasilkan daya sekitar 50 watt. Kapasitas ini tentu saja sudah lebih dari cukup untuk menyuplai daya listrik ke server internet ketika terjadi pemadaman listrik. Menarik, bukan?

Riyadi, inisiator sekaligus Kepala Desa Kadirejo mengaku puas dengan pencapaian desanya tersebut. Ditemui di kediamannya belum lama ini, lelaki 39 tahun tersebut merasa lega karena warganya kini telah terbebas dari kendala sinyal dan akses internet.

Sumber Pemasukan Desa

Ketergantungan masyarakat akan internet di tengah pandemi memang nggak terbantahkan lagi. WFH dan sekolah daring yang dalam dua tahun terakhir diterapkan di Indonesia mengharuskan tiap orang menghamba kuota internet. Inilah yang membuat langkah Riyadi patut diacungi jempol.

Dengan investasi yang mencapai Rp 12,5 miliar, SuryaNett yang didirikan melalui kerja sama dengan pihak swasta ini tentu saja menjadi solusi yang tepat untuk desa-desa yang mengalami kesulitan akses internet dan pemadaman listrik.

Kendati saat ini warga nggak bisa mengakses internet dengan cuma-cuma, harganya masih terbilang nyaman di kantong. Laiknya pembelian kuota prabayar, masyarakat yang ingin mengakses internet di desa ini juga harus membeli voucher terlebih dahulu. Tarifnya mulai Rp 3.000 per tiga jam hingga Rp 50 ribu per 30 hari.

"Voucher berlaku untuk satu perangkat (gawai), dengan kecepatan 10 mbps," tutur Riyadi yang mengaku mulai menjabat sebagai Kades Kadirejo sejak 2019 tersebut.

Voucher yang dikelola Bumdes Kadirejo ini bahkan nggak hanya diperuntukkan bagi masyarakat desa setempat. Saat ini, SuryaNett juga sudah menjangkau sekitar 25 desa yang tersebar di pelbagai kecamatan di Kabupaten Semarang seperti Getasan, Pabelan, Suruh, Bawen, Pringapus, dan Sumowono.

Dengan 10 ribuan pengguna aktif, Riyadi mengatakan, per bulan SuryaNett bisa meraih untung sekitar Rp 8-10 juta dari hasil penjualan voucher, yang didistribusikan melalui bumdes tiap dusun dusun, reseller, atau perangkat desa setempat. Wah, sama-sama untung ya kalau begini!

Wahyu, salah seorang pengguna SuryaNett, mengaku sangat terbantu dengan keberadaan internet desa tersebut. Mahasiswa yang terpaksa kuliah daring selama pandemi ini merasa kini nggak lagi khawatir untuk kuliah daring atau mengerjakan tugas di rumah karena jaringan internet sudah stabil dan oke.

“Dulu, di sini parah banget sinyalnya. Sekarang jauh lebih baik. Internet lancar jaya!" terangnya.

Hal senada juga diungkapkan Jumangi, warga desa setempat. Menurutnya, akses internet dengan SuryaNett lebih sederhana dibanding kebanyakan paket kuota internet yang dijual bebas di pasaran. Selain itu, harganya pun jauh lebih murah.

"Misal, beli paket kuota Rp 50 ribu, untuk streaming Youtube satu hari saja paling sudah habis. Pakai SuryaNett dengan harga yang sama dapat unlimited, satu bulan full, akses tidak terbatas," ungkap Jumangi.

Keterbatasan memang sebaiknya nggak cuma dikeluhkan, tapi dipikirkan untuk dapat solusi terbaik. Hm, swasembada internet dan listrik di Desa Kadirejo ini tentu saja menjadi inovasi menarik di tengah ketergantungan masyarakat pada dua hal tersebut. Semoga menginspirasi yang lain ya. (Triawanda Tirta Aditya/E03)

6 panel tenaga surya berdiri kokoh di atas Kantor Kepala Desa Kadirejo.<br>
Kades Kadirejo Riyadi mengecek kabel tenaga surya.<br>
Pengecekan dan perawatan panel tenaga surya dilakukan berkala.<br>
Voucer internet yang harus dibeli warga kalau mau pakai SuryaNett.<br>
Warga membeli voucher SuryaNett dari perangkat desa Kadirejo.<br>
Teknologi ini hasil kerja sama dengan pihak ketiga.<br>
Server internet 24 jam nonstop.<br>
Pemandangan Desa Kadirejo.<br>
Microwave berdiri di atas tower untuk menyebarkan sinyal ke berbagai daerah.<br>
Kerja sama dengan perangkat desa untuk bergotong-royong swasembada internet.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024