BerandaFoto Esai
Senin, 7 Jun 2020 09:00

Bernala-nala dengan New Normal Kota Semarang, Adakah yang Masih Kurang?

Bernala-nala dengan New Normal Kota Semarang, Adakah yang Masih Kurang?

Walikota Semarang belakangan menyangsikan kemungkinan kebijakan new normal Kota Semarang. Namun, gimana dengan masyarakatnya? Sudah cukup siap atau adakah yang masih kurang?<br>

Inibaru.id - Penambahan sejumlah klaster baru penderita Covid-19 di Kota Semarang membuat kebijakan new normal di Kota Lunpia kembali ditinjau ulang. Walikota Semarang Hendrar Prihadi bahkan sempat meminta warganya untuk melupakannya. Namun, bagaimanakah kondisi sebenarnya?

Harus diakui, dalam beberapa hari terakhir, sejumlah titik di Kota Semarang memang nggak lagi lengang. Ruang publik semisal Lapangan Pancasila sudah dipenuhi aktivitas warga. Tiap sore, nggak sulit menemukan orang berolahraga di lapangan yang lebih dikenal sebagai Simpang Lima itu.

Setali tiga uang, tempat ibadah pun telah berfungsi seperti sedia kala, misalnya Masjid Kauman Semarang. Tempat ibadah yang bersebelahan dengan Pasar Johar itu telah kembali menggelar salat berjemaah setelah sebelumnya ditiadakan, kendati kini menerapkan aturan baru yang lumayan ketat.

Sementara, sejumlah pihak di dunia pariwisata juga mulai ancang-ancang, taruhlah misalnya sektor perhotelan. Untuk "merayu" pelanggan, beberapa hotel di Kota ATLAS terlihat menerapkan protokol kesehatan. Mereka berharap, ini bakal membuat konsumen merasa aman untuk menginap.

Seperti Bom Waktu

Siap atau tidak, diizinkan atau tidak, agaknya ke-"normal"-an itu pasti bakal dilakukan warga. Ini seperti bom waktu. Pertanyaannya, siapkah masyarakat menerapkan kelaziman baru tersebut?

Melihat aktivias warga di pelbagai ruang publik, sepertinya kemungkinan itu terlalu muluk. Lihatlah, sebagian orang masih enggan memakai masker! Namun, bukan berarti tanpa harapan. Nggak sedikit kok yang mulai membuat sistem penunjang new normal!

PO Hotel Semarang, misalnya, tampak menyeriusi kemungkinan itu dengan menerapkan sejumlah protokol kesehatan, mulai dari penyemprotan disinfektan hingga kewajiban menggunakan masker dan sarung tangan untuk pekerjanya.

Protokol tersebut juga dilakukan layanan jasa ojek daring Gojek. Kalau kamu naik ojek mobil, ada sekat pembatas antara penumpang dan pengemudi. Gojek juga memberikan penyemprotan disinfektan gratis kepada seluruh mitra driver mereka.

Hal serupa juga dilakukan di pasar swalayan. Mereka mewajibkan pembeli mengenakan masker. Partisi juga dipasang di meja kasir untuk meminimalisasi penularan virus corona.

Nggak mau ketinggalan, sektor pendidikan yang mungkin saat ini paling mendapat sorotan juga mulai berbenah. SMAN 5 Semarang, misalnya, mencoba memberi jarak antarkursi untuk siswa.

Kendati belum ada kejelasan kapan sekolah bakal dipakai belajar, fasilitas penunjang seperti hand sanitizer dan alat pengecek suhu tubuh juga telah disiapkan.

Hm, terlihat meyakinkan, bukan? Namun, sebagus apa pun sistem diciptakan, jika para pelakunya nggak mau menerapkan sistem tersebut, rasanya bakal percuma. Jadi, siap new normal atau tidak, semua ada di tangan kita. Akur? (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Pelatih tinju menggunakan masker saat melatih di kawasan Simpang Lima Semarang.
Sebagian warga memahami pentingnya menggunakan masker, tapi sebagian lainnya masih enggan mengenakannya.
Koki di dapur PO Hotel Semarang menggunakan masker dan sarung tangan saat memasak agar makanan tetap steril dari virus.
Petugas secara rutin menyemprotkan disinfektan di dalam kamar tamu PO Hotel Semarang. Penyemprotan dilakukan setiap kali tamu check out.
Kepala Sekolah SMAN 5 Semarang Siswanto (kiri) meninjau kesiapan fasilitas sekolahan dalam menyambut new normal.
Meja-kursi diatur berjarak untuk meminimalisasi penularan virus corona di ruangan kelas.
Layanan ojek mobil menggunakan sekat pembatas antara pengemudi dengan penumpang dalam menyambut new normal.
Kendaraan milik mitra driver ojol disemprot cairan disinfektan secara rutin untuk menanggulangi kemungkinan ada virus yang menempel.
Masjid Kauman Semarang menggelar salat berjemaah dengan protokol kesehatan yang ketat. Namun, protokol kesehatan itu masih nggak diindahkan sebagian orang.
Supermarket juga memasang sekat pembatas pada bagian kasir untuk melindungi calon pembeli dan karyawan dari penularan virus.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025