BerandaFoto Esai
Senin, 14 Jan 2024 09:00

Berempati pada Korban Perang di Permakaman Ereveld Kalibanteng Semarang

Permakaman Ereveld Kalibanteng yang berlokasi di Jalan Siliwangi Kota Semarang.

Di balik keindahan Permakaman Ereveld Kalibanteng yang bisa kita jumpai saat memasuki Kota Semarang dari sisi barat, bersemayam para korban perang zaman Kolonialisme.

Inibaru.id - Demi meningkatkan kesadaran dan empati terhadap korban peperangan masa lalu, Ereveld Kalibanteng Semarang belum lama ini menggelar tour dan diskusi bertajuk "Menjembatani Generasi: Memahami Perang, Menumbuhkan Perdamaian".

Sedikit informasi, Ereveld Kalibanteng adalah permakaman Belanda yang menjadi tempat bersemayamnya ribuan jenazah yang mayoritas anak dan perempuan berkebangsaan Negeri Kincir Angin yang menjadi korban perang saat Jepang menduduki Nusantara pada 1942-1945.

Hari masih cukup pagi ketika saya bersama sekelompok kecil orang diajak berkeliling permakaman Ereveld Kalibanteng. Sembari mendengarkan ulasan yang disampaikan pemandu, kami menyusuri tiap sudut permakaman yang terasa sejuk dan asri ini mulai dari sisi selatan menuju utara.

Di permakaman yang berlokasi di Jalan Siliwangi, Semarang Barat ini, ada sejumlah aturan yang harus dipatuhi pengunjung, salah satunya dilarang memotret nama yang tertera di batu nisan dari jarak dekat. Mungkin untuk melindungi identitas korban.

Trauma Orang Belanda

Kita semua tahu bahwa peperangan sebelum Indonesia telah menorehkan luka mendalam bagi para bumiputera, baik secara fisik maupun mental. Namun, nggak banyak yang mengetahui bahwa kondisi traumatik juga dialami warga Belanda yang tingggal di Nusantara kala itu.

Hal ini sebagaimana dikatakan Siti Juwindasari, salah seorang pemandu yang membersamai kelompok kami. Siti mengatakan, pada masa penjajahan Jepang di Nusantara, warga Belanda adalah orang-orang yang paling menderita kala itu.

"Kita trauma (akibat perang) juga, tapi yang mereka alami benar-benar luar biasa pedih," lontarnya. "Waktu itu, orang Belanda tinggal dan disatukan dalam satu kamp. Semula sekeluarga ditaruh di situ, lalu dipisah-pisah hingga tidak tahu anggota keluarganya masih hidup atau tidak."

Siti menambahkan, dalam situasi tersebut, anak dan perempuan menjadi pihak yang paling banyak terdampak. Karena itulah di permakaman ini kamu bisa melihat sejumlah patung, di antaranya anak kecil bertubuh kurus serta dua perempuan yang tengah menggandeng anak kecil.

"Kalau pas ada keluarga Belanda datang ke Ereveld Kalibanteng, kami kadang mengirim surat ke Penerbad, meminta mereka menunda pelatihan penerbangan, karena sebagian dari mereka kadang masih trauma mendengar suara helikopter," jelasnya.

Dampak Peperangan

Setengah jam berkeliling, kami dipersilakan beristirahat di pendopo Ereveld Kalibanteng sembari mendiskusikan dampak peperangan kala itu. Dalam diskusi, General Director Oorlogsgravenstichting, yayasan yang menaungi Evereld Kalibanteng, Theo Vleugels menekankan pentingnya empati untuk mencegah peperangan kembali terjadi.

"Mendiskusikan peperangan di tempat seperti ini (permakaman) sangatlah penting, karena kita bisa melihat langsung dampak dari konflik tersebut. Jadi, siapa saja boleh menggelar diskusi di sini," ungkap lelaki yang akrab disapa Theo tersebut.

Dia menambahkan, peperangan bisa terjadi kapan saja. Nah, untuk mencegahnya, dunia membutuhkan pemimpin yang memiliki empati dengan memikirkan dampak buruknya terlebih dulu; merugikan warga sipil atau nggak?

"Konflik itu tidak hitam-putih; ada aspek abu-abu di dalamnya, tapi yang jadi korban tetaplah warga sipil. Konflik muncul karena kesalahan, maka jangan sampai generasi selanjutnya melakukan kesalahan yang sama," tandas Theo.

Berdiri di tengah-tengah para korban perang bersemayam, saya menjadi sangat sedih sekaligus bersyukur. Sedih, karena ancaman peperangan masih bisa datang kapan saja. Namun, saya juga bersyukur karena empati masih ada di tengah-tengah kita. (Fitroh Nurikhsan/E03)

Patung dua orang perempuan dan satu anak ini adalah momumen paling ikonik di Ereveld Kalibanteng.
Kompleks permakaman Ereveld Kalibanteng yang mencakup area seluas 6,5 hektare dikelilingi danau buatan.
Para korban perang yang dimakamkan di Ereveld Kalibanteng ditandai dengan simbol yang berbeda-beda. Simbol berbentuk bintang menandakan jenazah beragama Yahudi.
Mendiskusikan sejarah peperangan di Nusantara dan dampak yang muncul pasca-konflik.
Selain makam-makam orang Belanda, di kompleks Ereveld Kalibanteng juga terdapat sebuah pemakaman orang Indonesia dengan hiasan khusus.
Sebelum keliling kompleks permakaman Ereveld Kalibanteng. Kepala Pusdik Penerbad Kolonel CPN Hartopo Tri Utomo juga mengimbau peserta untuk menyambangi Taman Makam Pahlawan.
Beberapa orang Belanda yang juga pengurus Ereveld Kalibanteng turut menghadiri acara tour dan diskusi 'Menjembatani Generasi: Memahami Perang, Menumbuhkan Perdamaian'.
Gerbang utama kompleks Permakaman Ereveld Kalibanteng yang menghadap langsung Jalan Siliwangi Semarang.
Patung anak kecil bertubuh kurus ini menggambarkan kondisi anak-anak korban peperangan yang kelaparan dan tidak terurus.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024