BerandaFoto Esai
Senin, 14 Nov 2021 09:00

Arungi Lautan demi 'Bertemu' Keluarga di Makam Tenggelam Semarang

Kendati sudah digenangi air laut dan harus menyeberangi lautan untuk mencapainya, ziarah ke kompleks makam tenggelam di Semarang masih saja dilakukan warga setempat.

Inibaru.id - Kuburan yang secara berkala disambangi Nurwahab Prasetyo nggak terlihat seperti tempat permakaman umum (TPU) kebanyakan. Tiada gerbang masuk, kijing, atau pohon kamboja di area itu. Dia bahkan harus menyewa perahu dan mengarungi lautan untuk menyambangi permakaman tersebut.

Lokasi yang menjadi tempat keluarga Nurwahab disemayamkan itu memang berada di lepas pantai Kota Lunpia. Untuk mencapainya, orang-orang harus menaiki perahu nelayan dari Tambaklorok atau Tambakrejo, lalu mengarungi perairan Jawa selama 10-20 menit.

Nurwahab harus ekstrahati-hati saat turun dari perahu karena tanah dan bebatuan di "makam tenggelam" itu sangatlah licin dipenuhi lumut dan lumpur. Saat air pasang, kompleks tersebut memang akan benar-benar tenggelam dan hanya menyisakan nisan bagian atasnya saja.

Dulu, makam tenggelam sejatinya merupakan bagian dari daratan Semarang yang masuk Kelurahan Tambakrejo. Namun, air pasang atau rob yang terjadi selama bertahun-tahun membuat wilayah ini terpisah. Satu-satunya akses menuju tempat tersebut kini hanyalah melalui moda air.

Sejak tergenang, permakaman mulai nggak terawat. Sejumlah nisan batu tampak terserak di dekat batuan berlumut, sedangkan sisannya telah lapuk atau hilang tersapu gelombang. Namun, hal tersebut rupanya nggak menyurutkan niat para peziarah menyambangi makam itu, nggak terkecuali Nurwahab.

Di permakaman itu, mendiang orang tua Nurwahab dikebumikan. Inilah yang membuat lelaki 54 tahun tersebut tetap menyambangi makam tenggelam ini. Selain niliki, Nurwahab mengaku merasa lebih sreg saat bisa "menyapa" orang tuanya lewat doa-doa secara langsung.

“Saya biasa bertolak dari Tambaklorok sekira pukul 09.00, terus naik kapal sekitar 15 menit," terang Nurwahab dalam perjalanan menuju makam orang tuanya, Kamis (4/11/2021). "Ini makan orang tua saya. Gimana pun caranya ya harus jenguk sesekali.”

Dia kemudian menambahkan, kuburan mendiang orang tuanya mulai tergenang air rob pada 2016. Saat itu permukiman warga di sekitar TPU telah lebih dulu jadi langganan banjir. Kuburan keluarga Nurwahab menjadi salah satu makam yang tersisa, sementara ratusan lainnya sudah dipindah atau disapu lautan.

“Sebagian makam sudah dipindah ke daratan. Namun, karena biayanya besar dan butuh tenaga yang banyak, sebagian orang memilih membiarkan makam keluarganya tetap di sini,” ungkap Nurwahab sembari menunjuk beberapa nisan yang masih tegak berdiri di tengah genangan air.

Ramai saat Ramadan

Salamun, nelayan yang kerap nyambi sebagai pengantar para peziarah ke TPU tenggelam di Tambakrejo itu mengatakan, para pelawat umumnya adalah penduduk setempat yang tinggal di Tambaklorok atau Tambakrejo. Kunjungan terbanyak biasanya saat Ramadan hingga menjelang Idulfitri.

"Kalau pas mau Lebaran, banyak banget perahu yang disewa untuk mengantar peziarah. Ramai di sini!" kata Salamun, Kamis (4/11).

Selain momen Ramadan, lelaki murah senyum itu menambahkan, para penduduk juga kadang datang ke tempat tersebut pada hari-hari lain. Dia mengaku paling sering mendapat permintaan mengantarkan peziarah saban Kamis.

“Setiap Kamis pasti ada warga Tambaklorok dan Tambakrejo yang menghubungi saya, minta diantar ke makam naik kapal," terangnya.

Dia mengimbuhi, tugas Salamun adalah mengantarkan pelawat sampai makam, lalu meninggalkan mereka di tempat tersebut selama satu jam. Setelahnya, dia akan kembali ke makam untuk menjemput para peziarah tersebut.

“Para peziarah butuh waktu untuk berdoa di makam. Mereka nggak mau diganggu karena ini memang momen sakral bagi mereka. Nggak mudah untuk bisa sampai sini, kan?” ujar Salamun sembari menunggu waktu para peziarah dijemput.

Menjelang akhir obrolan, Salamun menunjukkan sebuah jalan setapak yang rusak, lalu menjelaskan bahwa jalur itulah yang semula digunakan peziarah untuk melawat. Sayangnya, satu-satunya akses darat menuju TPU tersebut kini sudah porak-poranda lantaran terus-menerus didera air laut.

"Sekarang mengenaskan, nggak bisa dilalui kendaraan lagi," tandasnya sembari menyusuri jalan setapak berbahan beton tersebut beberapa langkah.

Melihat aktivitas rob di Semarang yang makin hari makin meninggi, bukan nggak mungkin suatu hari makam-makam itu juga bakal karam dan nggak bisa dikunjungi lagi. Saat masa itu datang, semoga semua penghuni TPU sudah bisa dipindahkan ya, Millens! (Triawanda Tirta Aditya/E03).

Suasana peziarah yang berdoa di makam yang tenggelam.
Proses mendoakan jenazah.
Kondisi batu nisan sudah nggak terawat.
Nurwahab membaca doa dari pinggir makam.
Nurwahab bersiap menaiki kapal dari dermaga Tambaklorok.
Suasana perjalanan mengarungi laut menuju TPU Tambakrejo.
Peziarah turun dari kapal yang diparkir di dekat makam.
Akses jalan menuju TPU tenggelam. Sebagian kecil masih bisa ditapaki, tapi sisanya sudah hancur disapu gelombang.
Ada budi daya mangrove di sekitar makam supaya nggak memperburuk keadaan.
Kondisi sekitar makam yang sudah hancur.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024